Q & A BY BHANTE THITASADDHO ON YOUTUBE VJDJ 2-8-22
Ini merupakan lanjutan pada kegiatan 2-2-25, telah sukses dalam praktik telah tiba melalui ariya magga, secara penuh kebenaran amata. Yang disebut sebagai nibbana yang telah diketahui oleh Sang Buddha, penjelasan dari saddhamma itu disesuaikan dhamma yang sejati yang bisa membuahkan hasil, dhamma bisa diartikan sebagai sebab bukan dhamma tiruan kira kira bagaimana kita bisa menentukan, dhamma / vinaya karena dalam sangghika sutta Angguttara Nikaya 4 280-281, ciri ciri dhamma / vinaya itu mengarah pada kondisi tidak bernoda bukan dengan bernoda.
Viraga kondisi tanpa noda, noda disini seperti mencelup kain pewarna itu yang disebut noda disini / kilesha, mengacu kepada nafsu indrawi. Lebih luas lagi sebenarnya kalau judulnya praktik dhamma, bertambah serakah benci keliru pandang menganggap ada diri perealisasian anatta, jadi anatta dianggap entitas itu pandangan keliru ketika itu mengarah pada viraga bukan mengarah pada penambahan noda, kalau nambah noda bukan dhamma mengarah ketidakbelengguan, bukan berarti kita bisa bebas ke mana mana kalau bebas ke mana mana itu pengotor batin, kalau bisa bebas dari pengotor batin kita bisa pahami mudah melepaskannya mengarah ke pelepasan, sebenarnya tidak menimbun barang barang / hal lainnya mengarah kepada keinginan sedikit, kalau kita lebih berpuas tidak ingin menambah lagi.
Itu tidak mengarah pada ke sana, itu disebut sebagai dhamma kalau banyak keinginan itu bukan dhamma, kelengangan bukan santai santai. Lengang dari segala jenis niravana mengarah pada semangat yang mudah dimunculkan, bukan kepada kemalasan semangat disini menimbulkan kecekatannya, mudah disokong bukan karena sakit tapi manja jadi sulit untuk disokong itu bukan dhamma.
Kenapa penting sekali tahu dhamma, yang disebut saddhamma bukankah dhamma itu kebenaran kenapa penting tahu dhamma murni, pada suatu ketika. Bhante Mahakassappa bertanya pada Sang Buddha, peraturan masih sedikit itu banyak yang mencapai tapi banyak bhikkhu malah sedikit yang mencapai, memang itu yang akan terjadi ketika munculnya tiruan dhamma berarti sudah ada sejak dulu, karena masih ada yang menjaga dhamma sebagaimana emas asli tidak akan musnah, ketika tidak ada tiruan emas dalam atthakata ketika ada emas tiruan yang mudah didapatkan, orang orang yang tidak mengerti dia akan mengambil emas tiruan demikian juga saddhamma, lebih sulit dipraktikan tapi menambah pengotor batin akan lebih dinikmati.
Saddhamma akan hilang, bukan karena unsur tanah air api / hal lainnya bukan hal hal yang dalam semesta, karena munculnya orang yang salah mengerti. Runtuhnya dhamma ini bukan seperti kapal tenggelam, akan bertahap bagaimanakah kondisi yang disebut kehancuran dari saddhamma, ketika para bhikkhu bhikkhuni upasaka upasika menganggap remeh Sang Buddha, tiada penghormatan pada Sang Guru dalam bentuk segala hal yang mengacu pada Sang Buddha bukan dianggap penting, termasuk penggambaran wujud Sang Buddha ditempatkan kurang pantas, dalam wujudnya disebut patung / lukisan bukan manusia tapi nilai yang disematkan, itu nilai nilai agung Sang Guru bukan ditaruh dicover surat undangan / tempat yang kurang pas, berfoto dengan pose tidak pantas itu salah satu bentuk tidak hormat.
Memiliki foto orang tua yang mendiang, memang hanya foto kalau ada orang asing yang menduduki itu bukan sepatutnya demikian, itu kehancuran Saddhamma ketika tiada bentuk penghormatan, menganggap enteng bukan melanggar. Jadi menganggap remeh pelatihan termasuk kehancuran dari Saddhamma, juga dalam samadhi / keteguhan pengembangan batin tiada penghormatan pada dhamma, tidak dianggap pantas kita sembrono tidak dianggap berat, tidak dihargai itu bentuk tiadanya upaya menghormati.
Komentar
Posting Komentar