PRAKTIK PROLAM DALAM SEHARI HARI BY KO SANDI TANU WIJAYA 11-9-22
Kita diberikan pr ini, untuk menjadi refleksi dalam sehari hari kita merenungkan kita sudah bahas panjang lebar, kita hanya menjalani keseharian seperti biasa saya masih menderita saya masih menderita, itu aneh oh ini penyebabnya. Kita banyak tidak sih kalau banyak & menderita itu wajar, jadi kita perlu cek padahal keseharian kita belum tentu sama saat dikelas oh iya benar, tapi apa yang terjadi dalam sehari hari itu hanya pengetahuan saja tapi tidak kita praktikan dalam sehari hari, kerugian kerugian untuk diri sendiri itu sangat sulit.
Kita sadari dulu dari yang paling besar, sampai pada hal hal yang paling kecil yuk makan siang apa, yang lain mau chinesse food kita ingin western food. Itu hal yang tidak penting penting amat, tapi itu terjadi dilampu merah sudah macet kita mau buru buru padahal belum tentu jelas, kita nyelap nyelip agar lampu hijau nyala saya gas langsung itu lebih mementingkan jadwal kita dibandingkan orang lain.
Saya sangat apresiasi, apa yang sudah didengarkan dalam kelas ini sudah menjalankan dalam keseharian kita hanya tahu saja, bahkan hanya yang mau ikut prolam ini hanya jadi prasyarat itu hal yang luar biasa, tapi kalau melewatkan kesempatan prolam itu begitu saja hanya teaching ret ret yang penting saya hadir, itu sayang juga karena kita mendapatkan teaching / retret kita butuh persiapan, ikut prolam itu hal yang baik juga ikut dalam retret itu hal yang baik, tapi jika kita kurang maksimalkan menjadi kurang baik maka ikuti arahnya kalau 2 jam dalam seminggu, perbandingannya sangat sedikit sekali.
Kita berharap bisa bahagia selama 1 minggu kita kurang pas jadinya, maka perlu melakukan sesuatu kita ikut prolam 2 jam, kita bahagia seminggu. Itu tidak akan mungkin Guru Buddha Sakyamuni, kalau bisa menghapus dosa manusia itu udah dilakukan sayangnya kita tidak bisa ditolong, apalagi jika kita ngeyel itu sangat tidak bisa ditolong mementingkan diri sendiri itu tidak baik, maka kita renungkan dulu sadari kita benar benar redam ego kita sepertinya masih susah sekali.
Batin yang mementingkan diri sendiri itu susah, dengan kita tahu itu ada itu salah satu langkah yang cukup, itu kita tahu saja jadi kemajuan yang sangat besar. Apa yang kita pelajari dhamma sebagai cermin, bukan memperkaya diri kita dengan menjudge orang lain kita harus lihat dalam diri kita, seperti jerawat dalam wajah kita lihat cermin dhamma ketika nunjuk dengan satu jari, 4 lainnya menunjuk ke kita lebih banyak harusnya kita jangan marah kita itu lebih banyak, ketika satu sesi pengajaran dhamma itu tetap guru di tahta guru sudah hidup ditahta 85, itu tetap mengajar dalam 2-3 jam duduk seperti itu guru itu tidak pernah meninggalkan tempat duduk, kalau meninggalkan tempat duduk itu kurang baik jadi kurang kebajikan ini suatu amanat kebajikan, bagi teman teman disini kurang kebajikan karena banyak yang kurang baik, apakah kita mungkin kurang kebajikan maka ayo kumpulkan kebajikan lagi nyalakan pelita, recite mantram pentingnya kita membawa dalam sehari hari maka renungkan tanya ke batin.
Setelah belajar kelas, kita renungkan ke batin rugi kita maunya bahagia ada 1001 alasan kita harus counter dulu, kita mengumpulkan amunisi. Kita ini dimasa lagi mau melatih prajurit membuat panah tombak, kalau itu kita kumpulkan amunisi dulu pertanian itu dijalankan buat persenjataan, agar nanti siap kita kumpulkan argumen argumen dari text buddha batin kita sangat picik, karena apa yang mengubah persepsi kita itu sangat jahat picik seperti kita terlihat baik, kita diskusi kita harus menang kalau diskusi kita bisa saja kalah kita juga harusnya bisa menang, kalau kalah kita kumpulkan sampai benar benar deal sampai batin kita oke.
Saya tidak mau mementingkan batin diri sendiri lagi, apapun itu kita melakukan aktivitas seperti biasa, biasa buat kita makan siang apa ya bakmi enak nih. Ngidam ini saya mau ini harus terpenuhi, batinnya yang sadar ketika kita pikir sepertinya tidak benar tapi dalam batin yang nyeletuk, ketika kita mau marahin tidak baik memang tidak ada cara lain seperti posisi iya, dalam posisi makhluk hidup biasa saja kita beri wejangan cara terakhir kita mengalah kalau batinnya yang bicara, jadi itu tanda tanda sudah maju dalam spiritual bukan sebatas lewat saja.
Sudah memberi perubahan, memandang sebuah fenomena dari sudut yang berbeda memang harus marah tidak ada cara lain, jadi sebuah hal yang aneh. Emosi kilesha kemarahan batin jadi ada jeda, jeda ini yang kita cari sebelum kita ambil reaksi kita semakin reaktif jadi mayoritas tidak baik, ketika kita bahagia tidak usah mengumbar janji ketika sedang sedih jangan keluarkan kata apapun, kalau sedang marah kita jangan bicara hal hal tidak baik, kalau menang lotre saya bayar semuanya disatu restoran ini reaktif juga tidak bahaya harus cari jeda, dengan merenungkan dhamma diskusi sama batin sampai memberi batinnya jeda batin yang nyeletuk.
Memang harus marah saya, emang tidak ada cara lain itu berbeda dari otak & batin kalau dari otak, batin kita memang panas jadi nahan emosi. Padahal jika dalam batin itu memang harus marah, perlu dikeluarkan kilesha kemarahan itu batin yang nanya itu suatu kemajuan maka kita beri jeda, agar kilesha itu turun supaya kita bisa melihat batin yang menjawab 2 jam selama sesi, duduk mendengarkan 3-4 tahun mengharapkan kebuddhaan kita hanya menjalankan sehari hari saja, tidak melakukan apapun diluar sesi itu sangat sulit justru kita dalam prolam kita perang dalam sehari hari, bukan waktu 2 jam ini saja kita perang sudah tidak ada namanya spiritual & duniawi, keseharian kita itu sudah menyatu bukan berarti meninggalkan pekerjaan kita, kalau bisa memang sangat baik kalau tidak bisa kita ubah sudut pandang kita dalam fenomena itu.
Saya butuh me time deh, kalau energi sudah habis capek sekali boleh istirahat ya boleh kalau sudah aktivitas seminggu, ditambah menerapkan dhamma. Kita ambil sudut pandang dhamma saya capek, butuh istirahat buat apa kalau saya tidak istirahat saya bakal sakit kalau sakit saya mati, maka kehilangan tubuh ini agar bisa belajar merenung praktik lagi boleh tiada masalah, saya butuh me time capek saya malas saya malas ngapa ngapain mau nonton drakor mau leha leha, kan kita udah belajar kematin belajar batin faktor mental kita mau menolong semua makhluk, terus kita mau leha leha jadi tidak pantas.
Komentar
Posting Komentar