MODERASI BERAGAMA MEMBANGUN KEDAMAIAN 4-6-22 BY BHANTE VIJJADASSO ON YOUTUBE VJDJ
Kembali pada kesempatan ini, menyempatkan waktu untuk mendengarkan dhamma secara online, moderasi beragama sangat tepat untuk momen saat ini ada kesempatan melakukan saling toleransi, satu dengan yang lainnya. Sehingga damai dalam beragam diIndonesia moderasi beragama, menjadi kebutuhan untuk menemukan persamaan dalam perebedaan.
Bukan mempertajam perbedaan, moderasi beragama untuk sifat saling bersahabat bukan saling melakukan kekerasan, karena bisa memperkeruh suasana. Ada muncul sifat ingin menguasai, tidak ditunjukkan pada individu tapi kelompok tertentu perlu keluasaan wawasan berfikir, dalam konteks sejarah saling menghargai agama pada saat itu aspek yang beragam dimasa depan yang maju, oleh karena itu dengan keseimbangan agama memperluas makna agama menjadi panutan beragama, esensi pandangan pendiri pada teks agama moderasi beragama memajukan toleransi.
Sehingga moderasi beragama bisa berjalan baik, ada raja bangsa syailendra banyak membangun candi buddhist, sementara yang lain membangun candi hindu. Itu semua bisa saling menghormati pernikahan beda agama, sudah terjadi dimasa hindu & buddha kehidupan berimbang pada prinsip jalan tengah, menghindari 2 jalan ekstrim.
Yang bisa menimbulkan hawa nafsu rendah,tidak luhur tidak berfaedah melaksanakan jalan ekstrim yang keras, itu tidak pas. Maka jalan tengah yang bisa membawa kebahagiaan juga ketenangan, agar bisa mencapai parinibbana yang menimbulkan pengetahuan pengetahuan batin yang luar biasa.
Inilah jalan mulia berunsur 8, semua benar inilah oh para bhikkhu jalan tengah yang sempurna diselami tahtagatha, kedua jalan hidup ekstrim keduanya sudah dijalani sebelumnya jadi pangeran, kemewahan apa yang dia inginkan sudah tercapai dikisahkan Sang Gautama, sudah dibangun istana musim panas. Musim dingin musim hujan jadi kehidupan Pangeran Siddharta diliputi kesenangan, indah mencium wewangian makan enak tubuh juga kulit menikmati sentuhan, ini yang tidak perlu dipraktikan selama 6 tahun ini melakukan penyiksaan diri.
Sehingga badan beliau kurus kering, memegang perut sampai tulang belakang itu juga ekstrim Sang Buddha jadi sadar, karena ibarat tali gitar kencang / kendur tidak merdu suaranya, maka dibuat seimbang. Jika terlalu santai maka jauh dari kesempurnaan jika menyiksa tubuh ini, tidak luhur tidak berfaedah tidak sempurna kedua jalan ekstrim ini sudah dialami oleh Pangeran Siddharta, maka menemukan jalan tengah.
Komentar
Posting Komentar