RIWAYAT HIDUP BUDDHA PART 2 BY BHANTE RATTANADHIRO ON YOUTUBE VJDJ 9-8-22
Syarat syarat jadi buddha tidak mudah, kita mempelajari cara kehidupan Buddha Gautama kita mampu memahami ajaran buddha, kita bisa pelajari semua. Karena kelahiran mencapai penerangan sempurna, sampai parinibbana itu semua dhamma dengan demikian sangat penting kita pelajari, sebagai pedoman & teladan untuk bisa hidup sesuai dengan dhamma.
Sekarang kita akan membahas pertapa sumedha, tentu sebagian besar dari anda sudah tahu sebelum menjadi buddha, sebelum menjadi Siddharta Gautama. Bodhisattva lahir sebagai anak brahmana, waktunya pada 4 asankeakappa 100.000 kappa cerita ini saya ambil dari buku kronologi hidup buddha, pada waktu yang silam 4 asankeakapaa 100.000 kappa hidup disebuah kota, beliau pas usia belia ditinggal kedua orang tua walau kehilangan kedua orang tua tapi mewarisi banyak harta, mewarisi yang kaya raya sebagai brahmana muda mempelajari 3 kitab veda, mereka mempelajari kitab veda brahmana itu kelas paling tinggi paling diakui paling dihargai, karena memiliki level tertinggi diantara kasta lain lainnya sumedha sangat pandai, maka mampu menghafal mampu mempelajari dengan sempurna.
Ketika beranjak dewasa, ia diberikan sebuah harta karun membuka tempat penyimpanan harta, ada emas perak rubi mutiara dll. Banyak batu batu mulia & bendahara menyerahkan seluruh harta itu pada Sumedha, anda boleh berbuat apapun yang anda inginkan warisan turun temurun, ini bisa dibayangkan sangat banyak hartanya 7 generasi tidak habis habis jika dipakai, pada suatu hari Sumedha duduk sungguh menyedihkan hidup saat ini karena tubuhku menjadi tua sakit & mati, jadi merenungkan tentang hidup.
Hidup ini sungguh menderita, hanya meninggalkan tubuh ini aku akan terbebas dari lahir tua sakit & mati, orang tua & leluhurku mampu menimbun kekayaan. Alangkah baiknya aku setelah meninggalkan harta ini, aku lebih baik ke hutan aku akan mencari jalan pembebasan untuk mengakhiri belenggu ini, orang tua & leluhur mengumpulkan kekayaan saja ditinggal begitu saja, tiada manfaatnya perenungan kehidupan ini sudah muncul sejak zaman pertapa Sumedha.
Ini mirip juga pada zaman pangeran Siddharta, melihat 4 peristiwa muncul keinginan seperti ini juga, orang orang yang memiliki kebijaksanaan luar biasa. Bisa berfikir sejauh ini coba kita bayangkan, umat buddha saja yang sudah mengenal dhamma tiada pemikiran seperti itu, tiada pemikiran hidup ini tidak kekal tua sakit mati tidak ada kesempatan lagi maka aku akan berjuang, supaya tidak lahir kembali kalau lahir lagi akan alami siklus kehidupan nanti lahir tua sakit & mati lagi, pemikiran seperti itu memang khas dari calon Buddha kalau kita ingin jadi Buddha, menjadi orang suciwan alangkah baiknya kita bisa berfikir ingin bebas dari penderitaan, keluar dari siklus kehidupan samsara setelah dapatkan izin dari raja, genderang ditabuh beliau memberikan seluruh hartanya / maha dana barang siapa yang menginginkan kekayaanku, silahkan mengambilnya jadi benar benar berdana semua harta warisan tadi, didanakan semua harta kekayaan didonasikan siapapun boleh datang sebebas bebasnya mau ambil banyak / sedikit, dia tidak perduli dengan hartanya.
Ia mau jadi pertapa keluarganya tidak ada, maka dibagikan pada masyarakat hanya Boddhisattva yang bisa melakukannya, meski sudah kaya tidak ingin berbagi hanya para bodhisattva saja, disini kita bisa ambil kesimpulan. Kalau ingin jadi buddha harus melepaskan semuanya apalagi ini harta duniawi, tidak lagi terikat pada segala macam harta duniawi lalu masuk ke dunia pertapa, setelah melakukan dana besar besaran itu sumedha pergi ke gunung Himalaya, beliau mencari tempat hidup dengan tenang mendaki gunung melewati lembah, mencari tempat tenang untuk meditasi setelah tahu gubug daun itu tiada penghuninya beliau menggunakan jubah sederhana, semenjak hari itu beliau menekuni pertapa ada pemikiran kepuasaan indrawi, niat jahat kekejaman yang merugikan atau menganiaya pihak lain, ini adalah pikiran pikiran buruk.
Melenyapkan pikiran niat jahat nafsu indrawi / kekejaman, mengetahui hal ini beliau melatih untuk tidak melekat, beliau meditasi lalu meninggalkan gubug pas besok hari pagi berikutnya beliau pergi ke desa terdekat, dengan gembira para penduduk desa memberikan makanan aku menjadi pertapa, bukan untuk makanan yang bergizi. Alangkah baiknya aku menghindari makanan dari biji bijian, hanya bertahan hidup memakan buah buahan yang jatuh dari pepohonan.
Beliau menjadi pertapa mendapatkan makanan enak, pertapa mana boleh makan enak kalau gitu saya menghindari, biji bijian yang ditanam ditanah. Tumbuh seperti padi jagung dll beliau tidak mau makan biji bijian lagi, tapi hanya makan dari buah buahan yang jatuh ini tekad dari sumedha, ia benar benar bertekad hanya makan buah buahan yang jatuh ini cukup ekstrim bagi sebagian orang, sejak saat itu hanya makan buah buahan yang jatuh dari pepohonan.
Komentar
Posting Komentar