MERENUNGKAN DALAM BANYAK CARA MEMENTINGKAN ORANG LAIN BY KO SANDI TANU WIJAYA 28-8-22
Alangkah baiknya kita ikut dari awal puja bakti, agar kita menjadi wadah yang tepat selesai puja baru masuk, masih bisa terdistraksi lagi. Maka alangkah baiknya kita ikuti semua karena buat sebuah rangkaian, ini dibahas dari buku laksana sinar mentari dhamma untuk batin diri kita dulu alangkah baiknya, kita aja belum benar kita malah koreksi semua makhluk dulu maka alangkah baiknya, kita cerminkan dulu dalam diri kita kalau sudah sesuai itu bagus tapi kalau belum kita coba intropeksi, coba direnungkan dalam ladang karma tertatanam banyak karma, meski banyak perbuatan baik yang berdiam dalam diri kita hanya seorang yang bertangan kosong.
Dimanapun kita terlahir, kita terus berputar terus dalam penderitaan ini perkataan buddha perkataan ini, juga bisa didengarkan dalam syair guru lain. Ketika bertarung dengan panah & tombak, ketika kita kalah kita menyalahkan orang lain menyalahkan guru terpelajar kita iri pada semua orang, dari sahabat tertinggi sampai bawah itu kilesha iri hati yang buat kita gelisah kita tidak boleh menipu diri, kebahagiaan muncul dari kebajikan sementara penderitaan muncul dari ketidakbajikan, semua orang inginkan kebahagiaan kita terlibat dalam tindakan buruk ibarat air yang mengucur ke bawah, dalam diri kita ada memegang berpandangan salah yang jahat, janjinya bertolak belakang dengan pandangannya kita telah berputar putar dalam samsara.
Namun meskipun kita telah menutup banyak pintu menuju bahagia, kita masih tidak tersadar dalam diri kita berdiam sesosok patung tanah liat, dari beberapa bait ini kita lihat suatu kenyataan yang pahit, mau tidak mau kita harus terima. Karena sepertinya benar dalam diri kita ada seseorang pemalas telanjang, bersifat teramat manja nampaknya iya benar apakah kita rakus, tertarik sebuah makanan bekas apakah kita terpesona akan keajaiban samsara nampaknya benar, apakah ada seseorang yang jahat yang tidak tahu malu ya benar kita bisa lihat diri kita, iri dari yang unggul dari kita angkuh dengan yang dibawah kita marah ketika dihina angkuh ketika dipuji, apakah kita seperti itu? Apakah dalam diri kita ada sesosok orang berpandangan salah, tindakannya bertolak belakang dengan apa yang dijanjikan lalu apakah ada yang berdiam, patung tanah liat yang buat maunya bahagia tidak mau menderita itu kilesha.
Tapi apakah kita seperti sesosok patung tanah liat yang buta, kita tetap tidak melihat kalau itu tidak, sangat sangat bagus kalau iya. Sekarang bukan waktunya putus asa depresi ketika kita dapat ajaran ini, kita dikasih tahu & sadar ini bukan lagi untuk depresi kita tidak tahu sumber masalahnya, kalau sekarang kita sudah dikasih tahu kilesha kita masalahnya batin yang mementingkan diri sendiri, bukan waktunya menyerah sudah tahu solusinya kita kerjakan kita ketemu ajaran buddha, walau tidak ketemu buddha langsung kita bisa ketemu ajaran mahayana, kita ketemu ajaran lamrim kita punya kondisi yang mendukung semenderita apapun kita dapat sesi pemahaman dhamma, ini sangat susah didapatkan tapi kita saat ini dapat usahakan fokus, agar bisa dapat manfaat sebesar besarnya sangat sayang kalau kita lewatkan, tiba tiba ada tugas kuliah kerjaan dadakan yang membuat kita berhalangan kelas tapi tiada halangan, kita perlu turut senang kita perlu manfaatkan sekali karena sayang kalau dilewatkan, seberapa banyak manfaat / materi yang diterima disini itu tergantung dari seberapa fokus, tidak terdistraksi saya akan terus ngomong kembali lagi manfaat yang ditarik seberapa besar, jadi usahakan fokus.
Usahakan tidak terdistraksi sayang kita lewatkan, kita ingin menolong orang lain cukup sulit untuk menambah feel lagi, kita merenungkan lagi manfaat membantu orang lain untuk mensejahterakan diri, berarti harus sekolah tingkat terbaik. Kuliah diuniversitas ternama kerja harus minimal 2 digit, punya anak punya rumah punya mobil dll itu pandangan umum dimasyarakat diri kita dipupuk, dikembangkan terus belajar lagi bekerja keras ini jadi teringat pertapa siddharta, meletakan mangkuk makanannya kalau mangkuk ini melewati arus upayaku tidak berhasil, kalau mangkuk itu melawan arus itu bisa mencapainya tampaknya kalau sudah lihat lamrim secara seluruhnya, wah ini benar benar kita menentang arus duniawi.
Pandangan umum masyarakat, kita rubah ternyata berlawanan dengan masyarakat percayai semua kesejahteraan didunia ini, merupakan sumber kebahagiaan orang lain batin yang membahagiakan semua ibuku, merupakan pintu kebahagiaan tidak terbatas meditasikan kebaikan besar semua makhluk, memperoleh kekuatan yang baik. Itu berasal dari makhluk lain berkaitan karma, kita harus berbuat baik supaya dapat kebahagiaan harus ada makhluk lain yang menerima kebaikan kita, jadi kalau dipikir pikir tidak diluar logika tapi logis banget kalau mau dapat kebajikan, harus ada makhluk lain yang diperoleh kita berbuat baik yang banyak pada semua makhluk, kalau kita menghindari pembunuhan kita peroleh umur panjang kalau kita murah hati tidak mencuri, itu akan membawa kekayaan sebenarnya tidak diluar logika sekali.
Kita harus rubah sudut pandang, kita mau bahagia bukan kaya sebanyak banyaknya kalau kita ke spiritual, kita tetap masuk akal. Kita butuh makhluk lain kita mementingkan makhluk lain berbuat baik, agar kita dapat manfaat yang besar si dungu mengejar kepentingan sendiri ini karya Ariya Santideva, singkatnya bukan mengejar kepentingan sendiri tapi mengejar kepentingan semua makhluk, sepertinya sulit kerugian kerugian mementingkan diri sendiri, kita sudah tahu masih bodoh kita tetap lakukan sudah tahu seperti ini kita harus lakukan yang seharusnya, yang terBijaksana terMulia itu merujuk pada Buddha guru juga, pada awalnya Sang Guru dengan kita sama sama dalam lautan samsara tapi ada sebuah cerita pertapa Sumedha, ini awal buddha Sakyamuni awal menapaki jalan spiritual itu pertapa Sumedha beliau itu, ada dizaman Buddha Dipankara pertapa Sumedha seorang pangeran juga sebelumnya, setelah ayah & ibu meninggal semua didanakan masuk ke pertapaan bareng istrinya, karena sudah berdana besar pertapaan cukup ok tidak samsara banget.
Beliau mendapatkan hasil, mencapai kesaktian bisa terbang ada kekuatan gaib dll ketika itu ada kabar, dipemukiman dekat bertapa itu. Ada kabar kedatangan Buddha Dipankara semua masyarakat, berusaha memperbaiki jalan sepetak karena pakai tangan pertapa Sumedha punya kesaktian, saya ambil yang panjang sampai hari H tiba jadi semua Buddha Dipankara jalan, merasa terpukau Buddha Dipankara pertapa Sumedha sakti sudah melihat auranya Buddha, ada sebuah petak yang belum selesai diperbaiki dengan segala rasa hormat kagum pertapa Sumedha, tiduran agar Buddha Dipankara lewat langsung melihat kualitas pertapa Sumedha ini, ada satu pemikiran dalam batin pertapa Sumedha beliau bilang dalam batin kalau aku mau, mencapai arahat aku bisa langsung saat itu juga memiliki kondisi yang besar punya kebijaksanaan dll, namun setelah melihat Buddha kasihnya kepada semua makhluk kalau aku membebaskan diri sendiri, bertapa egois sekali aku langsung padahal aku bisa.
Karena melihat kebaikan Sang Buddha, lalu terinspirasi pertapa Sumedha saya tidak mau pembebasan pribadi, saya ingin jadi Buddha juga. Itu sebuah pijakan awal maju terus untuk mencapai kebuddhaan, lalu Buddha Dipankara meramalkan itu sungguh luar biasa dalam buku riwayat agung para buddha, prasyarat jadi Buddha itu kebijaksanaan meditasi semangat aku agak lupa, poinnya disini kalau kita lihat pertapa Sumedha dulu sama sama manusia bahkan kalau kita mau tarik benar benar, Pangeran Siddharta sama sama manusia kita kembali pada Pertapa Sumedha, beliau manusia bedanya beliau lebih dulu saja.
Komentar
Posting Komentar