BATIN & FAKTOR MENTAL BY KO SANDI TANU WIJAYA 23-1-22
Guru besar, saat jadi manusia sama dengan Buddha Sakyamuni hanya berbeda beliau duluan, saya harus dulu bernamaskara. Bisa saja kita lebih tinggi tapi beliau lebih berupaya maka akibatnya kita tertinggal, karena kita belum fokus saat ini kita sudah berada dikondisi menguntungkan tapi kita tidak tahu, mumpung kondisi belum berubah kita kerja keras lagi mumpung masih ada hp, wifi omricon belum ganas kita belum tahu mencapai pencerahan kita tidak perlu merubah cara hidup untuk sehari hari, kita harus ubah jangan pikir diri sendiri juga jangan kejar bahagia sementara, namun jika masih ada hal ini kita harus coba rubah belajar dhamma untuk merubah batin yang mementingkan diri sendiri, kita harus identifikasi dulu kenapa kita harus belajar batin & faktor mental, diri sendiri kita perlu hilangkan juga tinggalkan yang mana, kalau kita tidak lihat diri sendiri tidak cocokan itu bahaya kalau berupaya praktik tantra, kalau masak kita tidak ada bahan bagus hasilnya tiada kualitas sama dengan belajar ajaran, harus ada kualitas pertama tama harus belajar batin & faktor mental dulu baru bisa paham.
Kita belajar dhamma ingin merubah kualitas diri, kita kalau tidak terapkan untuk obati batin ya percuma untuk belajar dhamma, seperti kita ingin mobil mewah jadi ada penderitaan kita jadi hal wajar, kalau dapat nyelekit dihati. Padahal ini sebuah kemelekatan & juga jadi penderitaan walau sudah adapun biaya pajak, pembenaran mobilnya pajak 1 milliar lebih ada perasaan hilang tidak untuk bayar pajak tahunan, nabrak / ditabrak kalau khawatir tidak belajar itu hal biasa, tapi jika didalam buddhist itu besar kalau tiada materi susah makan kalau banyak takut hilang, takut dicuri maka kita penting untuk belajar kita mau cari dalangnya samsara hanya menwawarkan penderitaan, kita cari tahu dalangnya siapa karena faktor mental kilesha, melihat itu baik padahal berbeda itu belum tentu bajik kita mau makan siang keluar ke warteg, cuman jalan 20 meter tapi kepikiran isi kelas capek makan bakmie capek enak nih butuh self reward, ada urusan lain “mewah” tujuannya baik kita detailkan lagi itu hal teliti daripada makan warteg, butuh yang lebih lagi oh ada yang bajik ada juga yang tidak bajik karena kurang mengenali bisa “dibodohi”, kenapa kita belajar batin & faktor mental agar tidak dibodohi, kita belajar pada diri sendiri kalau buat kesehatan demi menolong semua makhluk.
Ini bukan hanya diomongan, ini harus lihat motivasi lagi kalau misalkan makan yang dijamin bersih, supaya bebas dari samsara tiada masalah. Jangan sampai ada kamuflase untuk lihat upaya praktik, ini kan tujuan baik kata kilesha kita harus lihat benar benar niat batin diri sendiri kalau lihat musuh kelihatan mudah, kalau tidak terlihat susah coba tanya ke batin dulu memang untuk sehat, untuk penerangan sempurna apakah benar / tidak perlu “jujur” dalam diri sendiri beli dulu self reward, kalau besok butuh self reward itu tidak pas kita benaran hanya dibisiki saja, buddhisme ada 2 jenis keyakinan buta kalau keyakinan buta itu bisa hilang kita bisa diajak, analisis pikiran jangan terpengaruh seperti kejadian Alda Risma cukup heboh seorang guru terseret kematian, jangan sampai salah menilai ada keyakinan buta bukan untuk menjudge murid muridnya, bukan keyakinan buta ini maksud dibalik itu gurunya sengaja masuk dalam penjara, agar bisa menolong yang didalam penjara itu keyakinan tidak buta kita pernah melihat seorang buddha & bodhisattva, kalau yakin pada buddha sampai mana keyakinan buddha, itu benar benar yakin benar benar lihat kualitasnya benar benar yakin pada buddha, ini kualitasnya samgat bermanfaat..
Mengaggumi / mengidolakan, ada kualitas kualitas yang besar aspirasi kita percaya pada kebenaran itu keyakinan yang kokoh, selama disamsara tidak bisa dapat bahagia sejati kita lihat benar benar dibatin, keyakinan kita sampai mana. Ntah itu Guru / Bodhisattva ingin seperti beliau ingin ini bukan hanya sebatas kata kata, kita benar benar mengarahkan cara pandang coba kita lihat beneran kokoh / tidak terhadap hukum karma, yakin tidak samsara itu penderitaan apakah kita bisa melihat, menderita bahagia yang muncul itu juga penderitaan yang berubah kita bisa introspeksi, kita bisa mengalami keyakinan teguh pada Sang Buddha mengubah cara pandang kita ini, tidak tiba tiba muncul ini ada sebab & akibat yang dicapai saat jadi Pangeran Siddharta, merubah cara pandang kita dapat pengetahuan baru batin ini tidak diobati capek capek ke vihara, udah ada resep obat tapi tidak dikonsumsi hanya pengetahuan saja kalau tanpa keyakinan kita terima hal baru, tapi jika tanpa keyakinan itu jadi kurang pas, suatu aktivitas sama tapi motivasinya beda halnya juga berbeda sama dengan belajar faktor mental, itupun sama aka nada keyakinan hasilnya lebih baik kalau tiada keyakinan kurang pas.
Ketika mencapai penerangan sempurna, itu pasti sama karena ada kualitas Buddha Dhamma & Sangha, ada 32 tanda utama & tanda sekunder itu aktivitas beliau. Kalau kita jadi buddha akan ada muncul, dengan hasil karma kita pelru kenali benar benar perlu lihat kualitas kualitas triratna, perumpamaan lain mau nikah kenal dulu sifat keluarga silsilah sampai benar benar yakin, kita harus benar benar perlu tahu kualitasnya apa saja kita hanya kagum saja / pelan pelan mencapai kebuddhaan itu sendiri, kita lihat tampilan sosok luar itu memang seperti itu tekankan dikualitas dulu, menghargai diri sendiri menghargai orang lain faktor ini mencegah berbuat sesuatu, apakah pantas memegang atthasila saya makan malam itu melanggar tentu melanggar, menghargai orang lain kita harus lihat juga apakah akan melakukan kesalahan pada orang lain, ingin mencuri toko jadi ada kerugian harus ingat ingat dalam diri sendiri mau berbohong yang lain tersakiti, jadi pertimbangkan orang lain karena kebajikan apapun yang dilakukan, tiada melekat terhadap harta duniawi bukan jual kita butuh barang kebutuhan minimum, tertentu punya bmw boleh jangan sampai melekat kalau ingat lagi melekat batasnya dimana.
Misalkan main ke mall, eh bmw saya aman tidak ya jadi kepikiran terus teman teman yang sudah punya anak, melekat / tidak punya barang bagus. Tiada masalah jangan sampai melekat kalau itu barang minimun, yang tidak bisa kita lepas itu hanya media kebutuhan primer sekunder terpenuhi, yang penting ada baju yang layak itu bukan sumber bahagia sejati kita pasti akan berpisah, kecelakaan sakit keras meninggal tidak ada menderita dalam perasaan meninggal sudah menderita, melepas tubuh jasmani sudah sulit tanpa kemelekatan itu kita sampai ada yang nyenggol bmw, bisa memukul / masuk penjara ada dendam itu kemelekatan jadi penting, sangat mudah marah untuk benci kalau tidak ada sifat marah juga benci penderitaan yang kita alami, itu buah karma masa lampau kita pelan pelan dulu kurangi pelan pelan secara bertahap, marah ini sudah menempel tiada guna marah itu hanya buat sebab negatif lagi, kalau mau marah tarik nafas hitung 1-10 coba tenang marah bukan sebuah solusi perlu cari solusinya, intinya pertahankan tanpa kebencian kalau tiada lagi kita baru bisa terima cari solusi dulu, marah itu tiada yang baik bainya kalau tanpa sombon juga sangat baik tanpa kebodohan batin, itu upaya upaya masa sebelumnya bisa juga dengan belajar dari buku perenungan jadi buat sebab sebab lagi.
Komentar
Posting Komentar