4KEBENARAN MULIA 2 HAL EKSTRIM BY BHANTE VIVEKADASSO ON YOUTUBE VJDJ 5-6-22

            Ini sebuah kebahagiaan, dalam melakukan aktivitas walau masih terbatas syair ini dikutip dalam dhammacakkapavattana sutta, itu kalimat pertama yang dinyatakan oh para bhikkhu ada 2 hal ekstrim, yang tidak patut dilakukan oleh para pertapa meskipun penjelasan ini khususnya, pada para bhikkhu. Ternyata penjelasan ini akan sangat bermanfaat untuk para perumah tangga kenapa 2 hal ekstrim.

            Poin setelahnya, hal yang sering kita ucapkan jalan tengah saja tapi tidak membahas sisi kiri & sisi kanan, apa yang harus kita waspadai. Sudah menjelaskan 2 hal ini sebelum masuk jalan tengah, menuruti hawa nafsu untuk menimbulkan hawa nafsu mencari hal hal hawa nafsu yang lain, kita sudah tahu mungkin yang tidak relevan pada poin kedua jadi kita ingin cari yang nyaman, baik untuk kita tetapi tidak bermula dari sisi positif / akhir positif bagi orang sakit gigi, enak makan permen terlepas manisnya permen sakitnya tidak hilang manis tidak selalu bermanfaat, gigi kita akn semakin sakit caranya hilangkan makan permen.

            Sakit gigi, itu tidak terobati tapi kalau pakai pilihan benar berobat meski dicabut juga sakit nantinya gusi, kesehatan mulut akan lebih bik. Punya kesadaran meski copot gigi cara yang tepat seperti itu, kita sudah terlalu berfokus kehidupan yang nyaman enak bahagia disini tiada yang salah, yang dikejar bukan penderitaan tapi dilihat kebahagiaan sejati permen atau berobat.

            Bagaimana nafsu jadi ilusi, kita mudah terkecoh disaat yang sama akan terus membakar hubungan, kita dengan orang yang disayangi. Ketika kejar timbul hal hal nafsu kita pantas bahagia, tetapi kebahagiaan bentar saja itu yang ditimbulkan oleh nafsu seberapa fatal efek samping, setelah mendapatkan kebahagiaan dari nafsu rasa senang dari nafsu ada efek samping juga.

            Akan tetapi, Sang Buddha lebih menjelaskan menuruti nafsu ada 5 hal yang ditimbulkan oleh nafsu adalah rendah, bukan hanya duniawi. Tapi kampungan kita disebut utujana oang tidak memiliki pengetahuan, orang yang bodoh kalau sudah ada pengetahuan cendekiawan tidak mulia, tiada manfaatnya mengapa disebut rendah tidak berafedah bagi yang terus mengikuti nafsu, terus menerus diikuti bukan kita yang memegang kendali tapi dikendalikan oleh nafsu, ini hal ekstrim yang pertama kita tidak jadi masalah bahagia kebijaksanaan bukan seorang jompo / berjubah, itu orang bijaksana.

            Ketika sudah tahu mana baik buruk, sudah tahu mana yang dilatih sudah ada kebijaksanaan itu bukan hasil yang dikejar, moralitas konsentrasi. Kebijaksanaan itu jalan mulia berunsur delapan, praktik sedang berjalan dalam jalan itu sudah ada modal kebijaksanaan sedang kita bawa, dana sila samadhi sudah kebijaksanaan mau praktik mau melakukan kusala karma ini kebijaksanaan.

Komentar

Postingan Populer