SHARING SUHU BHADRA RUCI MERENUNGKAN KEMATIAN
Merenungkan
kematian kehidupan orang umum sulit ini harus dipraktikan jangan melihat
masalah ini sepele, tujuan dilamrim keBuddhaan lengkap & sempurna baik
Bhikhu / umat perumah tangga ke-Buddha-an bukan sesuatu yang tidak mungkin
dicapai jika engkau meletakan target ini dalam kehidupan mendatang tidak
masalah, tapi kita buat target ini dalam kehidupan mendatang tidak masalah tapi
kita buat target seperti memikirkan kehidupan mendatang itu umat awam saja,
tapi jika orang berjubah harus menjamin diri sendiri mampu mencapai dan tidak
melekat dengan dunia ini. Contoh: mencapai kualitas Boddhicitta harus tidak ada
masalah dengan diri sendiri untuk bisa memikirkan orang lain, kita harus merasa
cukup menemukan kualitas welas asih jika masih ada masalah dengan diri sendiri
kita belum dapat bebas, jika masih butuh tidak mungkin bekerja total dengan
orang lain contoh: makan sepiring cukup uang segitu cukup kalau masih cari lagi
itu bohong, jika mengejar uang lagi sama seperti ibu ke anaknya jadi untuk
memiliki kualitas itu harus tahu tentang kematian, 4 kebenaran mulia, &
merasa cukup makan bisa bekerja untuk orang lain nama semua makhluk untuk
menggunakan kebaikan itu, kalau dia tidak cukup berdana tanpa pamrih.
Tidak akan
mungkin goal untuk lamrim, kelengkapan untuk menjadi Buddha itu baru mencapai
ajaran. Lamrim kita mau dunia / dhamma ya pasti harus mengejar dhamma &
harus mampu mengatasi kematian kenapa kematian? Karena mampu meletakan dunia
ini jika meninggal bisa tidak kalau tidak bisa jadi kita harus tahu kualitas
kematian itu penting, Boddhicitta itu penting & memiliki keinginan besar
untuk melepaskan dari samsara jika aku mati inigin bebas dari alam samsara
kematian bukan putus nafas saja, tetapi ketidakkekalanpun juga kalau tidak bisa
maka kita pikir itu kekal,kenapa tidak bisa? Karena tidak ada pemahaman sang
jalan walau engkau merasa takut akan mati ingat kematian itu harus merenungkan
4 faktor kematian.
Mereka tidak
bahagia pas meninggal tapi ditolong tidak jadi meninggal tapi bukan itu, kita
hampir mau meninggal itu dimanfaatkan untuk belajar aku harus berpraktik
dhamma, menghimpun kebajikan maka jadi tidak meninggal, contoh sakit keras mau
meninggal tapi ditolong menghimpun kebajikan agar selamat maka tidak jadi
meninggal, tapi kualitas pemikiran meninggal tapi bahagia tidak meninggal &
ternyata Dewa Yama tidak datang.
Semua tidak bisa
menghindari dari kematian bahkan terlahir kembali tidak akan terlampaui lagi
kematian seperti Buddha Sakyamunipun harus meninggalkan tubuhnya dengan
fenomena tua, sakit, mati,& kemerosotan tidak bisa menghindari kita tidak
bisa memperpanjang jangka waktu hidup, intinya kematian itu suka tidak suka
pasti akan datang, kehidupan manusia tidak bisa melawan arus maka manusia tidak
akan mampu bebas dari kematian. Sama halnya seperti kilasan angkasa yang
sekilas sama saja dengan manusia tidak akan bebas dari kematian, dana paramita
setelah Boddhicitta semua orang ingin kaya tidak ada masalah ingin kaya tapi pola
pikir kita mesti dirubah, kita mampu berdana tanpa pamrih tapi memberi sampai
tidak adayan bisa diberi sampai rumah kosong.
Kasih semua bisa
diberi ada titik akhirnya? Tidak akan ada batas akhirnya praktik inisiasi
Jhambala kalau tidak selesai dengan dunia kita tidak akan selesai berkerja
untuk bahagia, kalau tidak ada objek tidak ada penderitaan tanpa karma baik tidak
bahagia, jadi kalau pakai jubah itu harus berjuang untuk diri sendiri kita
harus berjuang mencapai semua itu kualitas berbuah tanpa kita melewati semua
praktik dhamma, tidak ada yang kurang sama seperti lilin hidup kita jadi kita
harus merenungkan praktik Dhamma, dengan menjalankan ajarannya praktik dana itu
harus jujur, tulus, murni, & tidak berharap berlebihan serta percaya diri
jika tidak percaya diri itu tidak akan muncul kenapa? Sedikit karena karma
buruk banyak jadi kita harus tulus & menjalankan saja pelan pelan.
Praktik dhamma
harus percaya diri & tulus jangan berfikir mencapai kualitas yang harus
baik praktik dhamma untuk diri sendiri seperti menolong orang tanpa pamrih,
memeperdagangkan Dhamma untuk diri sendiri jika melakukan untuk ketenaran dll
tapi harus pelan pelan yakin bisa bebas mencapai kebebasan sempurna. Kalau
tidak yakin pada Buddha tidak akan bisa bebas dari kematian takut tercemar
dengan duniawi, praktik Geshe tidak mudah coba hitung 1 periode makan pagi
sampai siang maksudnya ini menggunakan media batu putih untuk kebaikan
dan batu hitam untuk keburukan, nah kita juga disitu bisa saja lupa
karena kurangnya konsentrasi secara penuh & batu hitam serta batu
hitam & putih tidak terpenuhi karena praktik mindfulness, itu susah kesannya
mudah tapi tidak mudah kualitas itu tidak jatuh dari langit.
Tapi kita yang
berjuang untuk bebas dan praktik sehari hari belajar kalau tidak cocok harus
belajar & mencari kualitas orang lain, contoh kenapa center lain habis yang
lain praktik yang menyenangi para donatur ada yang tidak menyenangi prakti
dhamma dari 60 tahun usiamu jika mencari penghidupan & dekat meninggal kalau
75 tahun umur kita 25 tahun untuk tidurnya sisa 1/3nya untuk pekerjaan.Serta 1/3nya
lagi untuk jalan jalan, pulang ke rumah tidak akan praktik dhamma kalau sudah
capai kalau kerja ke diri sendiri tapi tidak punya waktu contoh kalau kita mau
jadi ema kwan im itu harus bisa selesai tanpa pemikiran supaya kita bisa
menjadi penolong, jikalau tanpa tuntutan purifikasi dengan itu bisa duduk
dengan tenang, untuk memberikan keyakinan pada diri sendiri tanpa memikrikan
apapun harus tulus & berpasrah pada Buddha setahap demi setahap itu tidak
terjadi diruang praktik itu semua itu berkahnya, sama seperti kehilangan barang
pencapaian kecil itu dihimpun seperti daun layu itu sudah melampaui kematian
tapi lewat juga tentang awal mula dukkha harus berjuang keras terhadap, waktu
kalau tidak kita tanpa menghimpun karma baik pasti kita akan takut menghadapi
kematian.
Jika tanpa
praktik perenungan ajaran perhatian kita terhadap diri sendiri, orang non
Buddhist tidak mencari ke dalam pembebasan samsara itu dari dalam diri kita
orang Buddhist harus melihat ke dalam kenapa bahas kematian? Kalau karena alam kalau
kamu sedang berhadapan dengan kematian, bagaimana perasaanmu tiada orang yang
berhasil menghadapi kematian tidak akan pernah ada yang kembali lagi. Berjalan
semua ke depan jadi tidak akan kembali lagi & tidak ada orang yang tahu,
kita selalu berpikir tidak pernah mati kita berfikir saya abadi & berfikir
berjuang untuk menghimpun dunia ini tapi kematian itu pasti kok Buddhist bicara
kematian kenapa? Bukannya alamiah masalahnya bicara / tidak kematian pasti
tidak tahu kapan datang & tidak tahu datangnya tanpa ketenangan dialam
bawah itu habis jadi masalah besar, terhadap kematian kita tidak serius dengan
diri sendiri bicara / tidak bicara itu tidak perna ada karena tidak serius
mencapai kalau surga mudah dijanjikan.
Ya mudah dunia
ini tidak ada kebaikan & keburukan tidak ada lagi, dunia ini tidak ada kebaikan
& keburukan jika semua bisa masuk surga dengan mudah kalau orang tidak mau
terima kematian, matahari tenggelam besok terbit lagi itu semua normal, patah
hati putus cinta sama dengan kematian mudah move on salah juga kalau pacaran
itu sulit diterima nalar karena semua dilihatnya indah, itu kan tidak ada
bedanya dengan kematian jika putus cinta kepastian kematian jangka waktu hidup
itu tidak pasti tapi didunia utara itu pasti kalau selatan itu tidak pasti
terlihat dipagi hari setiap orang mati sama dengan hal buah yang jatuh dari
pohon, itulah kehidupan kita banyak kondisi yang menyongkong kematian dan
penunjang kehidupan sedikit, renungkanlah kata berikut.
Kematian karena
tidak akan tubuh manusia bebas dari api itu malah akan menjadi abu semua bersifat
tiba tiba kematian bisa saja kapan datang, kelahiran manusia ini potensi besar
bebas dari samsara, orang praktik dhamma butuh bahan bakar orang mau mencapai
sukses butuh bahan bakar seperti keluarga, pacar, orang tua, dll itulah bahan
bakarnya jaman kecil pacaran itu nilai akan meningkat buat kita semangat, untuk
belajar ketika berkerja keluarga sebagai bahan bakar untuk menjadi ayah &
suami yang baik jadi praktik dhamma butuh bahan bakar juga seperti tubuh
manusia, potensi mencapai kebudhaan dia sangat berharga api sangat singkat,
jadi jika kita mengerti akan mengejar potensi mencapai semua itu kualitasnya
dicapai dengan bahan bakar itu kalau kita merasa, sesaat lagi meninggal kita
pasti akan setengah mati konsep pemahaman luar biasa kematian kapan saja bisa
datang itu untuk berjuang, kalau praktik dhamma lalai mengingat kematian maka
kita lalai praktik Dhamma. Semua orang praktiknya tidak kena karena, banyak
penghalang penghalang yang muncul memang kita tidak punya tanggungan semua kan
butuh uang.
Blessing untuk
mengetahui & mata ke buka blessingnya tidak dapat ketika menjadi suami
istri motivasi kerja keras untuk menghasilkan hasi yang sama ketika kita
potensi melihat kehidupan ini mudah hancur lalu tidak memiliki itu ,maka kita
akan harus berbuat baik & meneruskan banyak hal kita hidup dizona nyaman,
kita tidak selesai dengan diri kita banyak halangan, terhadap hidup diri kita
tidak serius untuk mencapai kualitas hidup, kita kalau begini saaja besok masuk
ke 3 alam rendah itu bagaimana harus lihat paruh hidupnya itu titik pointnya,
hidup itu seperti itu jika kita tidak berbuat rasa kemanusiaan, tidak akan ada
lagi karena percaya meninggal dengan cara mengebom bunuh diri masuk surga
sedangkan buddhist bisa mencapai potensi kalau tidak berjuang pasti kita akan
mencapai samsara kenapa? Semua total pointnya lalu tidak mudah maka kita harus
menekuni itu keluar dari zona nyaman, banyak halangan dengan diri sendiri tidak
selesaikan kita, dan sunya tidak diberikan Cuma Cuma alam Sukhavati itu
perjuangan banyak yang berjuang, untuk mencapai itu semua percaya diri punya
keyakinan kalau tidak kita tidak mecapai itu semua jadi manusi tidak tanggung
jawab karena kehidupan mendatang membuat kita menderita siapa yang berbuat itu
diri sendiri.
Kualitas batin
kalau kita malas itu akan lahir seperti itu lagi harus dirubah &
ditumbuhkan kualitas batin bukan pemberian tidak bisa protes itu berjuang
contoh kok belum memahami belajar kok banyak pemikiran buruk, pola pikir itu lahir
di kehidupan mendatang kok saya mudah lupa itu kan kualitas yang segitu kita
tidak berjuang bisa lebih banyak / berkurang hidup itu perjuangan hidup itu
bukan pemberian kualitas bukan pemberian tapi harus berjuanglah untuk mencapai
itu semua & semua orang punya masalah, kita hanya bisa melihat diri sendiri
karena mementingkan diri sendiri kenapa kualitas memikirkan orang lain? Harus
kalau mau menjadi Buddha harus bebas dari masalah diri sendiri & untuk
orang lain, jadi rentetan kematian karena aku potensi besar bahan bakar kita
motivasi itu Boddhisattva bahan bakarnya penderitaan semua makhluk memikirkan
diri sendiri / semua makhluk kebanyakan ke diri sendiri kita menciptakan lewat
pemikirannya itu hanya membayangkan tapi yang asli penderitaan diri sendiri.
Kualitas tidak
turun dari langit semua bisa yang menolong kita hanya dengan kebaikan &
dhamma tidak ada yang mampu menghantarkan maka berbuat baiklah biar banyak
karena berbuat baik bebas dari mara bahaya, karena yang bisa dibawa kebaikan
& keburukan kematian yang membuat kita terlahir dialam bahagia hanya karma
baik saja itu pelengkap yang mencapai semua untuk dibebaskan, mencapai
kebuddhaan semua makhluk juga harus bebas, dan jalankanlah penderitaanmu untuk
bisa mencapai itu semua diri kita & semua makhluk untuk mengeluarkan
penderitaan itu & kita menemukan satu hal ego yang besar jadi itu yang
tidak mampu untuk mendorong diri kita untuk menolong orang lain, kita mampu seperti
ini & itu semua karena kita tidak akan berhati hati karena itulah kita terus
berputar dialam samsara.
Komentar
Posting Komentar