NONTON FILM

 Kalau kita sering ke vihara keyakinan akan Dhamma dapat terbangkitkan. Jika ajaran Sang Buddha dipraktekkan, lalu terbukti maka kita akan bahagia. Satu contoh misalnya, seorang istri tetap tenang ketika tangan suaminya putus dipotong penjahat. Sebab sang istri sudah punya konsep Agama Buddha dan juga sering meditasi. Dengan tenang ia memegang dan membungkus tangan suaminya. Kemudian membawanya ke rumah sakit. Pikirnya, bila ia pingsan, juga adik dan kakaknya ikut pingsan, siapa yang akan membawa suaminya ke rumah sakit. Darah suaminya akan terus mengucur sehingga dapat menyebabkan kematian. Orang seperti ini kalau bercerita di vihara akan menumbuhkan rasa kekaguman terhadap ajaran Agama Buddha. 

Ibarat menonton film, misalnya, film seri tv. Sering gara-gara film di tv, vihara menjadi sepi. Apalagi jika film tersebut diputar pada hari di mana diadakan puja bhakti. Banyak yang tidak datang. Nah, mengapa tiap hari orang masih sempat nonton film seri tv padahal mereka sibuk? Jawabannya, karena mereka kagum. Walaupun kadang mereka harus mengeluarkan air mata. Begitu pula dengan Agama Buddha. Kalau sudah kagum maka pasti minimal tiap hari Minggu orang akan datang. Orang kagum tentu ada alasannya. Apa sih alasan belajar Agama Buddha? Karena Agama Buddha bisa dirasakan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Dasar Agama Buddha adalah kenyataan bahwa setiap saat kita selalu punya perasaan kecewa (dukkha). Agama Buddha mengatakan hal ini bukan karena pesimis terhadap kehidupan. Bukan juga optimis. Tapi karena Agama Buddha bersifat realistis, nyata, dan dapat dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari. Berpisah dengan yang dicintai-entah orang, barang, atau hal lain-dan berjumpa dengan yang dibenci. Juga ketika kita menginginkan sesuatu tetapi tidak terpenuhi. Semua itu membuat kecewa. Contoh nyatanya, dalam puja bhakti. Saat membaca paritta, ada yang ingin cepat-cepat, tapi kenyataannya yang lain malah pelan. Atau sebaliknya. Pula dalam bermeditasi, ketika kaki kita kesemutan. Pasti timbul kekecewaan. Bila kita rajin mengamati gejala kehidupan, sebetulnya pengalaman tentang ajaran Sang Buddha selalu ada setiap saat. Semua pasti pernah kecewa. Kita akan melihat sebenarnya sumber kekecewaan itu adalah pikiran. Dari pikiran bisa muncul berbagai keinginan. Dari situ akan timbul kekecewaan 

 

Komentar

Postingan Populer