DULLABHA SUTTA BY Y.M BHIKKHU DHIRASARANO
Sutta ini terdapat di Anggutara Nikaya, berupa pernyataan singkat kalau kita lihat dalam kehidupan kita masing masing, apakah memiliki fisik dewasa. Hidup sangat baik apakah kita dapat peroleh sendiri, tentu tidak pada saat kita kecil kondisi fisik tidak memiliki dukungan besar saat berjalan sulit, berkomunikasi juga sulit mengambil suatu hal yang dibutuhkan sangat sulit yang memberi support ke kita, orang tua baby sitter dengan adanya mereka tentunya telah memberikan kasih pada diri sendiri, telah banyak hal baik yang kita peroleh telah banyak jasa baik yang kita peroleh, tidak hanya orang tua mungkin dari orang lain jadi apakah segala bentuk kesuksesan kita saat ini, apa diperoleh sendiri tentu tidak ini adanya bantuan orang lain maka dari itu dalam salah satu sutta ini, pada dasarnya kita memiliki kehidupan yang baik karena kebaikan orang lain, seperti yang disebutkan oleh Sang Buddha 2 jenis manusia yang sulit ditemukan memberikan pertolongan sejati, kita tahu budi mengapa kedua hal ini sulit ditemukan dapat kita temukan dari kebanyakan manusia, bahwa sangat mudah kita melupakan bahkan pada teman / saudara, sebagian orang mudah melupakan mereka bahkan untuk memberi bantuan pada mereka, terkadang sangat sulit yang timbul didalam diri kesombongan bahkan sang buddha ketika mencapai yang telah direalisasi, Sang Buddha mencoba siapa yang dapat diberikan penghormatan, karena tiada brahma para dewa & manusia yang tidak dapat melewatinya ternyata hanya ajaran, memberikan penghormatan pada dhamma memberikan ekspresi makasih, karena sudah memberikan pencerahan seperti Y.A Sariputta disebut sebagai 2 siswa utama Sang Buddha, pertama kali bhante Sariputta bertemu bhante Assaji beliaulah yang memberikan ajaran, bahkan beliau sudah mendapat sottapatti atas desakan bhante Assaji telah memberikan pencerahan, bhante Sariputta selalu memberikan penghormatan kepada bhante Assaji, padahal beliau tidak pantas tapi Sang Buddha memberikan pencerahan bahwa siapapun ya harus menghormati ajaran, jadi Sang Buddha tidak memberikan statement salah makanya itu teladan, terhadap siapapun yang sudah memberikan jasa baik pada kita kepada orang terdekat kita, tentu sebenarnya dengan kita memunculkan betul betul memahami orang lain memberi hal baik, kita berkewajiban membalas budi harus kembangkan 2 hal intelektual benar benar memahami, kalau hanya tahu tentang kebaikan apakah seseorang akan lebih baik hanya dasar pengetahuan, tentu tidak banyak contoh yang melakukan korupsi mereka orang orang pandai.
Mereka tahu itu hal tidak baik, tapi mereka tidak mempraktikan dengan baik kita bisa menjadi orang baik, apakah kita mau jadi orang baik tapi masih bodoh. Tentu tidak karena kita kurang secara pemahaman bisa saja hal kebajikan itu hanya dipermukaan, ada didasari keinginan keinginan tertentu, bisa saja didalam diri kita masih ada lobha dosha & moha ragu terhadap perbuatan bajik yang kita lakukan, perlu kita lebih tahu bukan hanya mau buat hal baik saja tapi tahu manfaat, sehingga menjadi semangat motivasi kita tentu dengan hal itu dengan kita memiliki pemahaman, tahu memunculkan rasa terima kasih maka kita bisa kembangkan secara praktik & pemahaman, selain itu bukan tahu saja tapi kita bisa kembangkan sisi memberikan pertolongan sejati, memberikan bantuan tanpa rasa pamrih pada orang tua kita sendiri, orang tua kita adalah orang yang berjasa apa perlu kita berbuat baik dengan mengharapkan hal lain, tentu tidak dengan pemahaman orang tua sebagai orang berjasa memberikan penghormatan tanpa rasa pamrih, sebagai bentuk ucapan balas budi kita kepada orang tua kita, tapi hal ini tidak mudah dilakukan.
Perlu kita memiliki pengertian sedari awal, bahwa penting kita mengetahui terima kasih tahu budi kepada mereka, juga bagi siapapun.tentu memberikan kasih. Kepada orang terdekat kita saudara saudara kita, tentu akan sangat mudah jika kita berikan tapi bagaimana dengan yang pernah menyakiti / memfitnah kita, melakukan hal buruk pada kita apa akan mudah bagi sebagian orang memberikan kasih, sebagai bentuk balas budi kepada mereka apakah perlu mengucapkan terima kasih, pada mereka yang telah menyakiti saya tentu akan muncul pernyataan itu, tapi tahukah bahwa kalau memahami secara pembelajaran / pemahaman yang kita miliki, yang namanya kemarahan itu sudah ada dalam diri kita secara sikologis tapi bagaimana dengan orang yang menyakiti kita, apakah mereka sebagai problemnya tentu pada dasarnya letak masalah, ada didalam batin kita kemarahan rasa tidak suka itu bentuk dari kekotoran batin kita tahu, apakah perlu menyakiti mereka menghancurkan mereka supaya hal itu setimpal seperti apa yang kita alami, tapi bukan penyelesaian masalah yang kita miliki tentu memahami kemarahan kita letak dari masalah, bukan hanya sekedar pemahaman kita mempraktikan sesuai ajaran, yang diajarakan guru agung kemarahan itu bukan muncul terus menerus kemarahan itu akan mereda, kita perlu melatih secara berulang ulang melihat bahwa kondisi batin ketika marah, terhadap yang tidak kita sukaipun akan hilang secara praktik mengalami perubahan, tidak kekal maka dari hal itu bisa menjadi salah satu kondisi persepsi tentang anicca, mengalami kondisi tidak menyenangkan.
Tidak selalu mengalami kondisi tidak menyenangkan, suatu saat akan muncul juga hilang jika kita praktik secara terus menerus, kita tahu teori annica. Maka kita jika memperoleh suatu masalah, dengan batin yang sudah terasah persepsi tentang annica kita mudah menanggulanginya, misalnya ada kemarahan kita bisa akan pelan pelan melepas yang telah menyakiti kita membuat kita terluka, mereka adalah orang orang yang patut kita berikan ucapkan terima kasih, mereka mengajarkan kita tentang kemarahan memang kita tahu kemarahan tidak baik, bagaimana kita merasakan kondisi marah itu mereka guru guru kita untuk mengajarkan kemarahan, pada dasarnya perlu memunculkan sikap terima kasih pada mereka dengan memberikan pemahaman itu, memberikan level yang lebih diatas mereka kita mampu berupaya kita bisa memberikan terima kasih, bukan hanya pada yang kita kasihi tapi pada mereka yang menyakiti kita, kita juga bisa memberikan ungkapan terima kasih tanpa menilai orang baik / tidak, membutuhkan suatu bantuan tanpa ada rasa suka / tidak suka kita berikan satu pertolongan itu, jadi mengapa kedua hal ini sangat sulit untuk kita temukan terutama dalam diri kita, apakah kita sesosok manusia mudah memunculkan tahu budi / berterima kasih, sejauh mana kita memiliki hal itu kalau memang demikian salah satu orang yang bisa dikatakan oleh Sang Buddha, sukar ditemukan memunculkan rasa terima kasih kepada siapapun terkhususnya orang tua kita, sedari kita kecil sampai mereka tidak ada lagi masih memikirkan anak anaknya, punya harta warisan yang banyak itu akan diserahkan pada anak anak sendiri, kasih sayang yang luar biasa dari orang tua jangan diremehkan tentu sangat berharga bagi diri kita, memberikan pelayanan kasih sayang terbaik untuk mereka termasuk orang lain juga yang sudah memberikan hal baik.
Tentu bukan 2 orang, tapi 2 jenis manusia yang sukar ditemukan apakah orang yang tahu budi pada dasarnya kedua hal ini, memiliki keterkaitan. Seperti yang disampaikan sebelumnya katakanlah, ketika seseorang ingin menjadi orang baik apa hanya berdana bisa dikatakan sebagai orang baik, pada umumnya memberikan anggapan orang baik terutama yang dapat hal itu, tapi apakah motivasi orang memberikan hal baik itu kita ketahui tentu yang tahu pasti orang yang melakukan, apa dasar mereka melakukan hal itu kalau kita menanyakan setiap orang motivasinya apa, tentu ada semua bisa berbeda / sama ada juga yang dedikasi saya kehidupan mendatang bisa lahir disurga, bila pasangan hidup saya telah mendahalui saya semoga bisa bersama kembali, dengan orang yang dikasihi bisa juga mempertahankan tradisi telah memberikan hal baik itu, sudah menjadi kebiasaan ia melakukan praktik hanya mempertahankan tradisi keluarga, motivasi orang berbuat baik ada yang berbeda ada juga yang sama tentu pada dasarnya, pandangan umum menganggap orang baik karena hal yang dilakukan bermanfaat, bagaimana yang mengetahui orang tahu budi & berterima kasih tanpa didorong suatu hal tertentu, ada memiliki seorang sahabat disaat membutuhkan sesuatu disaat frustasi orang itu selalu ada disamping kita, selalu memberikan nasihat kepada kita mensupport kita merasa nyaman, merasa terbantu dengan dukungan yang diberikan.
Secara otomatis yang tahu budi, akan memberikan bantuan tanpa rasa pamrih memiliki keterkaitan, apakah seseorang yang sukar ditemukan. Tentu tidak demikian dengan dasar seseorang yang tahu terima kasih, berkewajiban membalas budi untuk memberikan pertolongan sejati akan dilakukan, ada jasa membalas budi kepada mereka memberikan pengertian terhadap dhamma, ada 4 hal yang disebutkan dalam dhamma keyakinan kemoralan kedermawanan kebijaksanaan, jadi jika kita memberikan itu bukan hanya pelayanan materi saja walau pada dasarnya, ketika memberi hal demikian bisa memberikan kepuasaan tapi akan dialami melalui materi itu, dalam waktu lama bisa hanya pada saat ini saja tapi bagaimana jika orang tua kita, tidak sesuai dalam perilaku bisa mempengaruhi dalam kehidupan mendatang maka perlu tidak hanya materi, dalam ajaran kita perlu dorongan spiritual seperti orang tua yang tidak memiliki keyakinan, contoh keyakinan minimal hukum karma tidak memiliki pandangan melakukan hal baik, seseorang tidak dapat bahagia itu hal keliru tapi jika kita tuntun melakukan hal baik, itu bisa jadi balas budi kita moralitas membunuh mencuri ucapan kata tidak pantas seksual salah, mabuk mabukan bagaimana kita seorang anak supaya tidak melakukan hal itu, minimal pancasila menghindari 5 perbuatan buruk kedermawanan seumpama orang tua kita pelit, tidak suka berbagi maka kita bisa mengarahkan pada mereka untuk menumbuhkan, memunculkan sikap dermawan dalam diri mereka tentang kebijaksanaan jika memiliki pemahaman, tentang hal kebaikan oh begini kalau buat hal baik jadi hasil baik kalau berbuat buruk hasil buruk, menumbuhkan sisi kebijaksanaan apakah berpatokan pada keyakinan, tentu tidak kalau kita lihat lagi memiliki pengertian tidak hanya keyakinan bisa dipraktikan oleh siapapun, tanpa didasari buddhist / non buddhist karena ini hal universal lalu bagaimana jika kita sendiri, dalam lingkungan keluarga yang sesuai ajaran Sang Buddha tapi anggota keluarga lain berbeda, jika memang benar benar mempraktikan ajaran buddha tanpa memberi pengaruh yang terlalu, sampai buat mereka marah bisa tidak memunculkan kemarahan dalam ajaran kita bisa memberikan, 4 hal tadi kalau kita bisa sampaikan tidak bisa membuat keluarga tegang, membuat dermawan keluarga praktik dalam moralitas perilaku sesuai dengan moralitas.
Praktik samadhi bisa kita lakukan, bukan mengusir mereka praktik samadhi bisa memberikan kekokohan secara batin, memiliki batin yang kuat. Bisa menerima dengan ketenangan jika ada disuatu masalah, bisa kita terapkan tentang kebijaksanaan bisa dipahami bukan hanya teori, bisa juga kita praktikan dalam hal sila samadhi panna bagaimana kita ajarkan pada keluarga, yang penting jangan dalam tradisi tidak mengundang tradisi ambil praktik yang bisa diambil oleh keluarga, praktik dana sila samadhi panna tidak memunculkan permasalahan dalam keluarga, jika keyakinan yang beragam dalam hal ini kita bisa membuat hal hal baik, kita membuat hal baik pasti arahnya ke hal baik katakana dizaman Sang Buddha ada beragam kisah, ketika perumah tangga melakukan hal baik mereka memiliki aspirasi keinginan semoga perbuatan baik yang saya lakukan, bisa memperoleh hal baik misalkan berbuat baik kepada arahat, kehidupan selanjutnya banyak cerita bisa merealisasi apa yang menjadi aspirasi ia mengharapkan, mencapai kesucian arahat yang seperti yang direalisasi diceritakan dalam kisah dhamma, mereka langsung merealisasi bila membuat motivasi yang baik diarahkan kepada alam surga, pada kehidupan mendatang jika kondisi pikiran ke sana akan memperoleh kebahagiaan setelah kematian, dialam surga akan memperoleh kebahagiaan pada dasarnya, aspirasi mempengaruhi bagaimana kondisi kedepannya itu harus diimbangi perbuatan baik yang dilakukan, kalau mengharapkan supaya dapat kondisi baik apakah kita bisa realisasi, tentu kalau kita lihat hukum karma baik akan baik buruk akan buruk jika buat hal buruk tidak bisa hal baik.
Kalau kita memiliki aspirasi yang baik aspirasi baik itu bisa direalisasi, tentu didasari dengan usaha yang baik, kalau dibatasi keinginan membantu. Tidak sampai dilakukan akan memunculkan kesedihan, ntah buat siapapun yang tentunya memiliki empati itu lalu bagaimana cara mengatasi, kita harus benar benar bijaksana pada diri sendiri termasuk orang lain apa kita salah sedih seperti itu, karena empati yang kita miliki tentu tidak hendaknya kita memahami diri kita kalau dibatasi, memiliki kekurangan maka jangan sampai jadi beban yang membuat sulit dalam diri sendiri, artinya kalau kita memahami ada keterbatasan lakukan sesuai kemampuan jika memang tidak mampu, memberikan berupa materi doakan yang terbaik jadi apakah karena kita tidak ada barang, kita dicap bahwa anda tidak bantu sama sekali walau berempati tentu tidak, walau seumpama tidak memberikan barang dengan mata langsung tidak masalah dengan doa doa baik, secara pikiran itu juga salah satu bantuan jadi kita harus benar benar bijaksana pada diri sendiri, termasuk orang lain kalau kita memiliki kekurangan jangan sampai berkecil hati, bahwa secara batin kita bisa memberikan bantuan terbaik.
Jika suatu saat nanti mampu membuat hal baik secara materi, kita bisa membuat itu mampu ya kita lakukan, bukan hanya barang saja. Tapi bisa juga melalui pikiran positif mendoakan hal hal baik pada mereka, tentu berkaitan topik hari ini mungkin jadi hal biasa biasa saja, berkaitan tema dalam hari ini, memberikan pertolongan sejati memberikan hal baik menjadi rintangan ego, membuat apa yang muncul ego karena merasa dirinya yang paling merasa berkontribusi, oh saya memperoleh keberhasilan karena usaha saya sendiri ada orang yang memiliki, tetapi kalau kita merenungkan dengan baik memejamkan mata mengingat hal hal lalu, bagaimana kondisi kehidupan kita sedari awal tentu banyak orang yang sudah memberikan banyak kontribusi pada hidup kita, orang tua memberikan kontribusi secara pendidikan bagaimana cara mengungkapkan hal baik, termasuk orang orang yang kita temui walau tidak langsung memberikan kebaikan pada kita, orang lain juga yang patut kita berikan terima kasih pada orang lain, baik saudara saudara kita memberikan bantuan pada kita jika mereka mampu, termasuk tetangga kita jika orang yang peduli pasti akan memberikan bantuan termasuk rekan kerja, lingkungan masyarakat mereka orang orang yang sebagai sosok makhluk social tentu tidak bisa hidup sendiri, karena ada mereka bisa mempunyai rekan banyak sehingga bisa bersosialisasi, jika butuh asupan dengan adanya orang lain baik berupa makanan minuman beras, mungkin secara kasat mata hal biasa biasa saja kita perlu hal hal itu dalam sehari hari.
Walau kita mengeluarkan uang membeli untuk makanan kita, jika mereka tidak jualan kita mana bisa peroleh, pada dasarnya hidup ini sama sama saling membantu walaupun kita memberikan suatu nilai, tentu kehidupan demikian bukan hanya 1 / 2 orang saja mengenai yang ditanyakan, pengalaman demikian. Ada kebanyakan orang yang pasti mengalami ada orang tua inginkan anak sukses, semua pasti mengharapkan anaknya memiliki kesuksesan tapi jika seumpama kenyataan & harapan tidak sesuai, terkadang menjadi problem buat seorang anak saya tidak mampu untuk mencapai apa yang diharapkan, tapi hendaknya jangan sampai karena kita sebagai orang anak, merasa tidak sukses merasa berkecil hati tapi kita terus berupaya sebaik mungkin, untuk menggapai apa yang diharapkan oleh orang tua tentu harapan diri sendiri siapa yang tidak mau sukses, semua ingin sukses tetapi jika seumpama kita sebagai orang anak tidak sesuai dengan harapan, tanpa usaha sama sekali kita benar benar mengecewakan orang tua kita, kalau sudah bekerja keras itu hanya cukup memenuhi kebutuhan sehari hari sudah berusaha semaksimal mungkin, tidak memperoleh kesuksesan masih untung jika sudah mampu memenuhi kebutuhan sendiri, tapi jika demikian yang terjadi setidaknya kita sudah berusaha, sebagai orang tua juga mempunyai pengertian,
Tiada orang tua yang memaksa, tetap saja orang tua dengan lapang dada akan menerima apa yang dialami anaknya, karena sudah berusaha. Kalau dipaksakan terus lagi tapi tidak memberikan hal itu, ketika sudah memberikan yang baik anaknya bisa frustasi mengingat harapan orang tua, dengan usaha yang dilakukan tapi tidak sesuai bisa menjadi hal hal tidak baik memang tentu kita harus memahami, situasi yang kita lakukan sudah semaksimal mungkin melakukan belum mencapai harapan, jangan sampai berkecil hati terus lakukanlah siapa tahu dengan usaha yang kita lakukan, ada hal baik dibelakangnya mungkin berupa kesuksesan sebenarnya jika mengenai orang yang gangguan mental, kenyataan & harapan yang terjadi tidak sesuai, katakan ingin menikahi orang yang dicintai tapi orang yang dicintai menikah dengan orang lain, jika tidak benar benar ikhlas bisa gangguan mental apa buat mereka demikian melakukan perbuatan baik bisa, memang masih bisa jika ada orang gangguan mental bisa dibuat sengaja, hanya karena ingin bisa terhindar dalam suatu masalah ada konflik dengan saudara sendiri ada juga yang membuat diri seperti orang gila, tergantung sejauh mana bisa untuk menerima kondisi yang dialami, kalau dia mampu untuk kembali ke sedia kala untuk menerima kenyataan itu.
Meninggalkan kebiasaan yang dianggap gangguan mental, bisa melakukan hal hal baik orang yang ada gangguan mental, tidak bisa berbuat baik. Itu tetap bisa berbuat baik ada orang yang mengatakan orang gangguan mental, orang lain butuh bantuan pasti mau melakukan hanya sekedar upah diberi makan saja, orang yang memberikan makanan itu sudah merasa cukup itu sudah pernah saya temui, jadi pada dasarnya orang yang gangguan mental bisa melakukan hal baik, tergantung taraf gangguan mental jika terlalu parah itu sangat sulit jika gangguan mental tidak terlalu berat, tetap masih bisa melakukan hal hal bermanfaat untuk orang lain, kalau harapan seseorang supaya bisa lahir dikondisi alam yang baik pada dasarnya tanpa kita terlalu membawa hal tradisi, sebenarnya itu bisa memberikan pengaruh seperti yang disebutkan seorang perumah tangga, dalam meminta permohonan sila ada bhante mengungkapkan silena sugattin yanti, itu bisa masuk ke alam surga dalam hal moralitas bagi kebanyakan orang itu patut dijalankan, jika tiada moralitas kenyamanan dilingkungan itu akan sulit jika ada kebiasaan hal tidak baik, jika hidup disana bisa saja saya dicelakai jika hanya mengatai dia, jadi dengan hanya merawat sila itu bisa membawa ke arah yang baik walau tanpa mengambil sisi tradisi, jadi tidak masalah menjalankan sesuai dengan apa yang dipahami walau tidak sesuai tradisi, tetap menjalankan apa yang menjadi hal patut dilakukan bisa diterima keluarga mengapa tidak, kalau bisa diambil dalam praktik sehari hari dalam dhamma jika kita ingin peroleh kebijaksaan, ada 3 cara memperoleh kebijaksanaan dengan membaca mendengarkan berdisuksi.
Kebijaksanaan yang diperoleh dari perenungan, jika disaat memiliki masalah bagaimana solusinya, tanpa menyakiti orang lain termasuk diri sendiri. Kebijaksanaan yang diperoleh dari meditasi, tentu dalam hal ungkapan tadi kebijaksanaan berupa logika pada umumnya, pada dasarnya tidak bisa kita hindari dengan ada logika mencoba memahami dengan gagasan yang disetujui, kalau kita berbuat buruk akan menjadi buruk sama halnya baik tentu pada logika kita tidak bisa hindari, terkadang baik menurut kita kalau yang menjadi patokan yang sudah disepakati bersama, untuk hal ini tidak akan terjadi pertentangan selain itu juga yang dapat kita jadikan patokan, apa yang kita yakini dari apa yang kita pelajari katakanlah kita meyakini ajaran Sang Buddha, kita bisa jadi patokan ajaran beliau tentang perbuatan dari hukum karma saja bisa jadi patokan, perbuatan apa yang patut & tidak patut kita lakukan pada dasarnya memang, jika kembali pada hukum kamma logikanya ke hukum kamma tergantung patokannya seperti apa, tentu kalau kita ingin menjadi orang baik apakah dasar yang kita pahami dana sila samadhi, sehingga jika melakukan itu tentu tidak bisa jadi orang baik walau menanggap diri kita baik, tapi buat orang lain belum tentu baik tapi tidak dapat jadi ketentuan karena baik praktik dana sila / samadhi, hanyalah sebagai sebuah sarana tapi yang kita pahami bersama pada topik ini, dengan memunculkan sikap tahu terima kasih kepada siapapun maka untuk menjadi orang yang melakukan perbuatan baik, dengan berdana praktik sila samadhi bisa dilakukan sepenuh hati, melihat diri sendiri sudah sejauh mana kita mampu memunculkan sikap terima kasih, juga berkewajiban membalas budi pada masa hidup saat ini itu kiranya yang bisa disampaikan, semoga dhamma class hari ini bisa menambah pengertian pemahaman buddha dhamma terkhusus, pada kesempatan ini kedua jenis manusia yang sulit ditemukan semoga semua berbahagia sadhu sadhu sadhu.
Komentar
Posting Komentar