MEMAHAMI & MENYIKAPI CELAAN BY Y.M BHIKKHU DHIRASARANO
Berkesempatan kembali minggu pagi ini, berkumpul & melakukan puja kepada triratna untuk memahami & menyikapi celaan, kita semua dihadapkan sebuah pilihan antara celaan & pujian yang mana kita pilih, pasti kita akan lebih menerima pujian daripada celaan pujian buat merasa senang, bahagia & gembira berbeda dengan celaan. Ini kita tidak gembira akan sulit menjaga batin kita sendiri, apalagi jika terima pujian saja pujian diperoleh jika sesuai / pas dengan ekspetasi, sekarang bisa dicela baik duduk diam, banyak bicara, sedikit bicara tiada seorangpun yang tidak diecela, semua pasti dapat pujian & celaan ini 8 angin duniawi.
Hal itu pasti kita hadapi didunia, pasti mengalami celaan ketika seorang mencela baik langsung / tidak langsung, baik di media lisan / terulis. Media sosial banyak ungkapan tidak baik berupa gambar, teks, video tidak sedikit informasi ujaran kebencian tidak sedikit berujung akibat hukuman pidana kita tidak ingin seperti itu, pasti semua pernah dapat celaan bahkan Sang Buddha & para muridnya pernah dicela orang lain, hinaan fitnah dll kita semua bisa peroleh celaan, berbeda kita dengan yang sempurna lebih condong kita marah & benci tapi Buddha Sakyamuni pasti bisa bersabar itu sangat sulit, bagaimana respon Sang Buddha dicela orang lain, ada brahmana Akosaka ia datang ke Sang Buddha dicerca perkataan tidak baik ke Sang Buddha, ada brahmana dibarat Vaja ada yang tinggalkan brahmana itu akhirnya mencela Sang Buddha, bertanya brahmana apakah teman teman sahabat para saudara keluarga / para tamu datang mengunjungi, terkadang berkunjung apa kamu persembahkan makanan itu, masih milik siapa jika tidak menerima? Seseorang mendapat celaan menerima cacian / celaan, itu tetap miliknya tapi jika terima kita marah & berkata serupa orang makan makanan itu jadi pertukaran sama saja.
Jadi begitu nyata, Pertapa Jambuka ini sendiri masih hidup bersama orang tua ada 4 kebiasaan buruk; memakan kotoran sendiri, tidur diatas tanah, tidak pakai baju, sisir daun lontar orang tuanya amat kaya, ia lebih suka makan kotoran sendiri. Tapi ada satu hal ketemu Buddha mengapa suka hal itu, kehidupan lampau mencaci maki ada 4 umpatan pada saat pertapa Zambuka 4 hal itu yang didapatkan, mengapa dapat itu merasa marah & iri ada perhatian lebih Thera arahat, bhikkhu tamu ketika mencela hal itu tiada respon sama sekali muncul dalam batin Thera arahat itu merasa kasihan, ketika menjadi Zambuka ada 4 hal itu sampai menjadi anggota pertapa telanjang, tapi pada saat arahat tiada lagi hal itu semua pasti bisa jadi korban celaan, tergantung bagaimana kita sikapi perolehan celaan itu ketika seseorang dicela ada ungkapan tidak baik, benci & marah jadi respon negatif ungkapan yang tidak baik itu akan jadi pemilik karma sendiri, pasti susah sekali respon yang baik kalau berusaha bersabar, memahami ini kalau seperti kasus Zambuka tidak akan seperti itu kita.
Jadi tiada dicela & mencela ada kasus Sang Buddha, menerima dana makanan ada seorang perempuan memiliki kebencian mendalam, karena ditolak jadi istri karena melihat sosok Sang Buddha sangat baik, karena tolakan itu jadi menyewa orang mencaci maki maka bhante Ananda berkata, mari kita berpindah tapi Sang Buddha ingin menyelesaikan jika pindah dikota lain, apa akan pindah tempat. Itu tidak mungkin saya menerima walau tiada moral ada sutta Buddha memberi nasihat, ketika ada yang menghina buddha, dhamma, & sangha tidak usah marah & tidak tersinggung, kalau sampai marah & tersinggung pasti akan meluapkan kemarahan itu ada kata yang tidak sesuai, apalagi marah ketika seseorang tidak senang akan sulit melihat benar & salah, mengatakan itu salah tidak ada pada kita jadi ketika melihat itu kalau bisa menerapkan apa yang dinasehatkan oleh Sang Buddha, tentu kita sudah dapat perlindungan pada diri kita sendiri, celaan itu jadi beban sederhana karena kenyataan tidak sesuai 3 pintu; pikiran, ucapan, & perbuatan yang baik kalau respon tidak baik tidak akan selesai, sulit & bisa besar ketika sabar jadi pasti akan kita bisa selesaikan.
Sama halnya seperti Buddha Sakyamuni, bisa melatih diri batin kita untuk bersabar dalam segala kondisi, baik celaan ada respon tidak baik cukup dalam pikiran jadi tiada masalah bagi orang lain, ketika sudah pergi aman kalau dituangkan jadi bisa beban selanjutnya sebagai simpulan, ini tentu sudah memahami ini. Sepatutnya kita tidak mencela orang lain dengan kata tidak baik, tapi jika ada yang mencela kita harus kasihan patut juga dikasihani, karena akan kembali lagi jika orang tiada salah murni tanpa noda kejahatan itu akan berbalik lagi mari kita jaga ucapan kita, karena kita tidak mau dicela patutnya kita tidak mencela orang lain, semoga kita bisa lebih paham bisa diaplikasikan pada kondisi itu semoga kita selalu maju, semoga semua makhluk berbahagia sadhu sadhu sadhu.
Komentar
Posting Komentar