KEHIDUPAN TIDAK PASTI, NAMUN KEMATIAN ITU PASTI BY VEN. DR. K. SRI DHAMMANANDA

Sang Buddha bersabda: kehidupan tidak pasti, namun kematian itu pasti setelah menyadari dengan jelas bahwa kematian pasti akan datang, merupakan suatu akhir yang wajar, serta harus dihadapi setiap makhluk. Maka sebenarnya kita tidak perlu takut akan kematian namun, kenyataannya masih banyak diantara kita yang merasa takut menghadapinya, karena itu kita tidak ingin mengingat-ingat bahwa kematian itu tak terelakkan dan kita ingin terus melekat pada kehidupan tercinta ini, lahirnya seorang anak ke dunia membawa kebahagiaan dan kegembiraan, bagi seluruh sanak keluarganya bahkan sang ibu merasa sangat puas dan bahagia, walau ia harus menanggung penderitaan yang hebat pada saat melahirkan, ia merasa semua kesulitan dan penderitaan yang dialaminya cukup berharga untuk itu namun, sang anak pada waktu kelahirannya di dunia ini juga menunjukkan penderitaan yang turut ditanggungnya dengan menangis. 

Kemudian sang anak tumbuh menjadi remaja dan dewasa, ia melakukan berbagai perbuatan baik dan buruk, dari dewasa kemudian menjadi tua dan akhirnya mengucapkan selamat tinggal pada dunia ini, dengan meninggalkan sanak keluarga dalam kesedihan yang dalam, demikianlah alur kehidupan seorang manusia yang senantiasa berusaha membebaskan diri dari perangkap kematian ini, namun tak seorangpun yang mampu mengatasinya dengan pikiran yang berputar putar, di sekitar tabungan kekayaan yang telah dikumpulkannya dan terus-menerus mengkhawatirkan anak-anak tersayang, yang berkumpul mengelilinginya serta tidak ketinggalan pula, selalu menjaga dan memperhatikan kesehatan tubuhnya akan tetapi walaupun telah dirawat dengan hati-hati dan penuh perhatian, tetap akan kian lapuk dan melemah, yang akhirnya menimbulkan suatu kesedihan. Harus berpisah dengan tubuhnya tercinta hal demikian memang sukar diterima oleh kita, namun tak dapat dihindarkan oleh setiap orang, dan cara yang biasa ditempuh oleh kebanyakan orang dalam meninggalkan dunia ini adalah dengan keluh kesah dan ratap tangis, kematian yang datang tiba-tiba telah dipandang sangat menakutkan, dan sikap ini timbul karena ketidaktahuan mereka. 

Rasa takut terhadap kematian manusia, merasa terganggu bukan hanya diakibatkan oleh sebab-sebab dari luar, tetapi juga oleh sebab-sebab dari dalam seperti misalnya pandangan mereka terhadap kematian, hal ini sebenarnya tidak perlu ditakutkan karena rasa takut dan ngeri, hanya muncul di dalam pikiran kita. Keharusan untuk menerima kenyataan akan penderitaan sering menyakitkan, terutama bagi pikiran yang tidak mampu menghadapinya namun, hal ini dapat membantu mengurangi atau menghilangkan perasaan takut dalam menghadapi kematian, sekali kehidupan dimulai akan terus berlangsung seperti peluru yang meluncur menuju ke sasarannya, yaitu kematian. 

Setelah menyadari hal ini, kita harus berani berhadapan muka dengan kefanaan kita sendiri dan apabila kita ingin dipandang, sebagai manusia yang bebas dalam kehidupan maka kita harus bebas dari rasa takut terhadap kematian, kita telah mengetahui bahwa ilmu pengetahuan mengajarkan tentang proses kematian, yakni bahwa kematian hanya merupakan suatu proses pelapukan fisik, dari tubuh manusia. Karena itu kita tidak perlu membohongi diri sendiri dengan bayang bayang/ khayalan khayalan menyeramkan yang tak pernah terwujud seorang dokter termasyur, Sir Williams Oslet mengatakan menurut pengalaman saya yang cukup lama di bidang kedokteran, sebenarnya banyak orang yang meninggal tanpa rasa sakit atau takut.

 Seorang perawat berpengalaman, menceritakan pengalamannya sebagai berikut “bagiku selalu tampak sebagai suatu tragedi besar, bahwa demikian banyak orang yang sepanjang hidup mereka dihantui ketakutan akan kematian, namun ketika saatnya tiba mereka akan menyadari bahwa kematian sama, wajarnya seperti kehidupan itu sendiri dan hanya sedikit orang yang merasa takut, pada saat menjelang kematiannya. Sepanjang pengalaman saya, hanya satu orang yang kelihatannya merasa ngeri, yakni seorang wanita yang telah berbuat salah terhadap saudara perempuannya, dan kesalahan itu sudah terlambat untuk diperbaiki kembali, sesuatu yang indah dan mengherankan terjadi pada mereka yang telah tiba di penghujung jalan kehidupan mereka, semua rasa takut dan kengerian hilang lenyap saya seringkali mengamati kebahagiaan yang terpancar dari mata mereka pada saat-saat terakhir kehidupan mereka. 

Kemelekatan terhadap kehidupan di dunia telah menciptakan rasa takut yang tidak wajar atas kematian, juga dapat menciptakan orang-orang hypochordriac yakni orang yang tidak pernah berani mengambil resiko, bahkan untuk sesuatu yang benar sekalipun. Orang orang seperti itu hidup dalam ketakutan, bahwa sesuatu penyakit atau kecelakaan dapat memutuskan hidup mereka, yang begitu berharga dan sangat dicintainya dengan menyadari bahwa kematian tidak terelakkan, maka orang-orang yang mencintai hidup di dunia ini akan pergi berdoa untuk menyatakan harapan mereka, agar jiwa mereka diterima di surga namun,tak seorangpun dapat berbahagia dengan godaan rasa takut dan harapan seperti itu.

Akan tetapi nampaknya sukar bagi kita, untuk mencela atau tidak mau tahu atas segala perwujudan naluriah, untuk keselamatan diri mereka tersebut. Hanya ada satu cara untuk mengatasi hal tersebut, yakni dengan cara melupakan kepentingan pribadi dan berusaha menolong orang lain, disertai pancaran kasih sayang dari dalam diri kita yaitu dengan mengembangkan pelayanan, kemanusiaan dan mencurahkan kasih sayang terhadap semua makhluk karena melalui peningkatan pelayanan terhadap orang lain, maka anda akan segera menyadari sendiri, bahwa segala harapan dan kemelekatan yang mementingkan diri sendiri kesombongan dan anggapan, hanya diri sendiri benar adalah tidak bermanfaat sama sekali. 

Komentar

Postingan Populer