ADA YANG SALAH DENGAN BUDDHIST INDONESIA BY SUHU BHADRARUCI

 

Budhhist memiliki cara pandang sendiri melihat Tuhan negara Indonesia memaksakan cara pandang cara menakar mengukur menilai penilaian mereka, standar ke buddhist setalah tahun 1965. Menilai ulang tentang agama buddhist punya aturan yang sama buddhist punya Tuhan bukan sang pencipta, buddha bukan nabi akhirnya buddhist berbenah diri, buddhist berkembang kembali tahun 1953-1965, mulai ada institusi agama belum canggih aksara klasik kita tidak bisa membacanya, kita berterima kasih kepada Internet & Covid-19 karena memiliki perubahan besar bagi perkembangan buddhist, kenapa harus ada Tuhan? Manusia menjual Tuhan tapi si manusia mereka reka pikiran Tuhan sesungguhnya ia melakukan tindakan yang bernama ego jadi dia sesungguhnya siapa yang bicara dengan Tuhan? Kita tidak mau tidur dikandang ayam / sapi kita ingin di hotel, apakah Nabi / Tuhan mau memberi kepercayaan ke kita? Pasti tidakkan, apa itu sekedar ego / real? Jika sudah berhasil komunikasi dengan Tuhan. 

Pasti manusia itu jadi suci tapi jika dia berangasan / bertaring wahyu yang benar / tidak mereka berbicara atas ego jadi hal yang memalukan ketemu Tuhan, bisa disana marah pasti sama seperti menghayal dimarahin ayah kita. Praktik diri kita dari dunia buddhist benar / tidak, apa kamu menjual dhamma / praktik dhamma yang benar / membawa 8 angin duniawi? Apakah kita bisa bertanggung jawab dalam agama buddha? Membahagiakan umat maka vihara penuh tapi praktik dhamma vihara kosong, umat mau sukses kaya instan sesuai apa yang dikehendaki vihara pasti ramai apa sesuai? Kan Buddha sudah pernah bilang jangan sering senang senang sang Buddha ingin selesai bebas praktik harus melawan arus, kenapa tidak mau jadi bhikkhu? Tidak bisa senang senang orang yang melawan arus dunia ceramah online banyak sekali develop hati / kualitas kita / bikin senang hati kita. 

Itu harus ditinggalkan sebenarnya, membahagiakan umat harus tahu definisi bahagia, definisi bahagia praktik dhamma merenung tidak nonton tv tiada kepiting yang mati, masalahnya adalah konsep buddha tidak sama dengan agama lain. Buddhist mau selamat /tidak tergantung diri kita / karma kita tidak bergantung pada Tuhan kita berbuat baik, semua orang berlatih kebahagiaan bisa kita lihat / ingin saja tidak mungkin kalau malas malasan hotel, kandang ayam / kambing, kita pilih hotel pasti bagaimana kita memperoleh kualitas hotel, pikiran jahat kualitasnya sama seperti ayam kan tidak masuk hotel kualitas kita ingin tergantung mau sekolah nilai bagus kita berjuang yang nyontek dapat A kita belajar tidak dapat nilai baik, tidak mungkin kita merasa kerja senin - jumat cape cape sabtu ke vihara minggu ke vihara kan tidak mungkin kalau 60-40, tidak mungkin juga kualitas umat harus baik hal hal dasar kita harus paham. 

Kita tidak bisa belajar buddhist dari Youtube / Instagram, meditasi / sembahyang tiada masalah bumi ini kan bulat virus covid-19 kan sudah jelas itu memang ada nyata logika adalah basis dari keyakinan, tumbuh dari pemahaman umat buddha yang tua 40-80an masih hidup berbeda dengan kualitas anaknya masalahnya penyelenggara vihara, tidak menaikan mutu pendidikan. Bangun kritis tidak umat berpikir dunia ada jelas filsafat bertentangan dengan ilmu agama, institusi agama buddha pemahaman filsafat langsung disokong keluar dari samsara hal hal dasar harus selesai dulu dengan logika filsafat tidak mensupport pendidikan vihara bertambah / berkurang? Pasti berkurang lalu anak milineal beda cara pikirnya jadi pengurus viharakan pedagang / pengabdian bukan dari pembelajaran kualitas umat buddha bertambah / berkurang pengajaran dari vihara ada buddhist ke non buddhist banyak sekali surat nikah, surat kematian, ktp, perkara besar bagi institusi agama memberi pendidikan tidak pasti, tidak kita menghargai. 

Semangat mereka apa yang muda ke vihara? Sembahyang monoton kenapa tidak ke vihara? Pasti bosen jawabannya langsung ke mall, buddhist itu berat capek suruh saya berpikir berharap anak saya ke buddhist bapaknya bisa memberi? Masalah besar ini anaknya protes lahir millineal pasti dia cari pacar / teman dia ikut kebaktian / latihan vippasana pasti sangat dikit. Umat buddha di Indonesia berapa persen? Anggap 100% berapa orang ke vihara & tidak ke vihara? Lalu dibagi ras, kota, & desa, lalu jadi berapa persen, cara sembahyang dibutuhkan institusi yang kokoh agama buddha di Indonesia bisa bakal punah? Bagaimana jaman sekarang meramu sebuah menu? Makhluk millineal ini bisa tertolong belum agama lain kenyataan dilapangan lebih berkembang banyak yang buddhist, tidak mempengaruhi jumlah umat buddha diluar bertambah karena internet & covid-19 ini bisa meningkatkan umat buddhist juga. 

Millineal tidak bisa mencerna makanan yang kental harus memiliki orang tua, toleransinya masing masing masa depan buddhist? Anak millineal minimalis setelah moderen tumbangnya tradisi, besar rumah joglo sokoguru ada 4 makna kalau rumah tingkat 3 tidak ada maknanya sudah susah membendung arus moderen tahan saja arus tradisi kita kasih ke tangan kiri menuding itu kurang ajar. Ini nilai tradisi di Eropa / Amerika anak makan kasih tangan kiri, terus panggil nama tidak memanggil papa generasi berikutnya kacau yang nilainya kosong makan dimeja makan bersama tidak ada, anak drugs kacau ke vihara kan divihara ada nilai nilai yang ditransfer ke anaknya setelah presiden Gus Dur boleh dibuka kembali bahasa mandarin mulailah orang orang yang punya latar belakang budaya Tionghoa, bahasa mandarin penting dikirim ke tempat khusus bahsa mandarin. 

1 kitab klasik Tiongkok tata krama anak, wah anak saya diajarkan bahasa mandarin yang baik lalu setelah lulus buku itu ceritanya sama saja tiada berhasil anak diajarkan tata cara yang baik bapaknya merokok, bicara kasar, kebiasaan kita berbicara pelajaran yang baik itu gagal. Tidak seiring seriama baik baik bapaknya pulang rumah; membunuh, mencuri & budaya tiada junjung tinggi kita menuntut generasi kita meruntuhkan ada orang tua bawa anaknya ke panti jompo, anak meniru orang tua kita mempertanyakan pertanyaan besar; besok setelah mati saya diurus / tidak sembahyangin tidak, sampai detik sebelum kita mati reinkarnasi / tidak kalau orang tuanya tidak sembahyang? Diajari pakai dupa / tidak disekolahkan non buddhist semua khawatir bertanya kepada diri kita zaman sekarang ini orang tua sibuk, kerja siapa bapaknya pengurus vihara, virus semua bisa sakit butuh obat nilainya ada tidak mengabaikan tradisi, diri kita masing masing terancam khawatir tidak disembahyangin / tidak makan babi anaknya / tidak memanggil kamu ayah. 

Anakmu tidak memegang hio / tidak setelah mati orang tua khawatir anaknya megang hio / tidak? Tuhan / Gusti raja agung besar mencapai kesempurnaan, hidup pasti manunggal dengan Tuhan itukan konsep buddhist kok buddhist tiada protes kita mencapai / menyatu dengan kebuddhaan. Tuhan pasti membayangkan sosok tapi suhu berkata, buddhism sosok buddhist Tuhan itu sosok kalau bukan? Kita bicara tentang apa kita mau tidak disurga / neraka pasti jawabannya surga, kita punya kualitas baik / kesempurnaan ; kenapa setan diusir? Karena tiada kualitasnya ya harus ada kualitas bajik kalau siapa saja boleh ke surga & neraka tidak ada, surga tentang kualitas yang sempurna tentang tidak bereksistensi & tidak berego, tapi diri kita ber eksistensi & ber ego, tapi diri kita ber eksistensi & ber ego kita harus polanya berubah, pemahamman boddhicitta kualitasnya harus baik cepat / lambat pasti mati bukan ancaman saja, kematian tidak sukanya tanya memang ada buddhist & hindu bisa menjawab kenapa covid-19 ada karena buddhist & hindu mengajar fakta jelas kematian itu besar & memang ada. Pesan Suhu mohon maaf jika ada yang tersinggung tetap jaga kesehatan.

Komentar

Postingan Populer