AKIBAT BURUK DARI UCAPAN TIDAK BAIK BY BHANTE DHIRASARANO

     Tentu karena ini tentang ucapan, ini pada dasarnya kita hidup bermasyarakat kita tentu sebagai dasar ucapan kita sendiri, dalam komunikasi dapat kita sadari. Satu ucapan bisa mengarah pada 2 hal, tentu ada hal baik pasti akan memberi manfaat yang menerima secara langsung apa yang disampaikan orang lain, 1 ucapan tidak disertai dengan kehendak tidak baik pasti membawa hal buruk dalam sehari hari, kita menemukan bisa langsung alami hal seperti apa satu ucapan disampaikan dengan cara tidak baik, kondisi awal kehendak jadi ada keserakahan, kebencian, & kebodohan batin didasari hal yang tidak baik jadi akibatnya tidak baik, ucapan yang tidak bajik bisa menemukan dalam dasa kusala kamma ada 3 bagian perbuatan buruk pikiran, ada 3 perbuatan buruk jasmani, & ada 4 perbuatan buruk dari ucapan; pertama dari ucapan berbohong melakukan perbuatan dari menipu jadi menyampaikan satu kebohongan, ketika seorang melakukan kebohongan awal & jadi berbohong terus, jadi tiada habisnya.

            Seharusnya ada tindakan nyata, sehingga tidak perlu lagi menutupi satu hal fitnah / ucapan memecah belah, bisa juga didasari sifat iri hati. Ketika melihat sukses / bahagia orang lain bilang yang tidak sesuai, padahal itu fitnah jadi orang lain disalahkan padahal tidak dilakukan tentu ada akibat buruk, secara langsung bagi pelaku akibatnya tidak baik niat buruk berbohong memecah belah, jadi gusar batin ucapan kasar entah disadari baik ingat / mengingat, kalau ada ucapan tidak menyenangkan / mengumpat jadi ucapan tidak kasar bagi orang yang dengar secara langsung, itu kata umpatan yang kasar ucapan tidak baik itu harus diketahui, ucapan tidak bermanfaat ketika seseorang dilanda oleh kenikmatan obrolan yang menyenangkan, apalagi diskusi gosip pada sampaikan / dengarkan jadi memberi kenikmatan bagi pendengar, bisa timbul fitnah info yang didiskusikan ada info buruk orang lain ada kabar berita / website baik TV, Radio / Online.

            Mendiskusikan bagian artis kiranya kurang ada manfaat, jadi banyak yang disenangi apakah perbincangan itu bermanfaat, bagi kita itu ada 4 hal ucapan yang tidak baik. Bisa beri lebih pengertian, ucapan tidak baik ada dalam sutta nippata ada seorang bhikkhu bernama bhikkhu Kokaliya ada niat buruk terhadap sang buddha, memfitnah bhante Moggalana & bhante Sariputta, mengatakan ada niat buruk mana mungkin bisa ada itu karena ada yang sudah sampai arahat, baik berupa nafsu keinginan / kebencian itu adalah bohong / fitnah yang dilakukan bagi Kokaliya, ada muncul penyakit berupa bisul membesar awalnya seperti biji kacang hijau lalu makin besar, pecah & keluar nanah serta darah akhirnya meninggal bukan hanya penyakit, lalu lahir di neraka jadi umur panjang neraka dialam tersebut sangatlah lama ada cerita, jadi lebih hidup dizaman sang buddha ada pertapa Zambuka sebelum arahat tinggal waktu kecil bersama orang tuanya.

            Orang tuanya mampu tapi ia tidak mau makan, jadi makan kotoran banyak baju tapi ditidak pakai, tidak tidur didipan jadi tidur ditanah ada makan kotoran sendiri. Telanjang tidur di tanah waktu kecil, belum paham sampai dewasapun sama akhirnya dibawa kepada kumpulan pertapa telanjang, jadi sama juga dilakukan untuk sisir rambut bukan sisir biasa tapi dari dahan lontar, tidak bisa menerima itu petapa telanjang makan kotoran kebiasaan buruk itu dilakukan selama 55 tahun, lalu bertemu Sang Buddha kenapa dilakukan terus menerus alasan yang dikatakan buddha, ketika ia dimasa Buddha Kassapa sudah juga ada Thera mencari makanan kepada perumah tangga, ada bhante Thera disitu ada bhante yang kesucian arahat, ada seorang pertapa yang dilakukan sangat berbeda melayaninya ketika melihat itu ada iri hati.

Atas dasar iri hati ia mengumpat kepada orang itu, lebih baik anda makan kotoran anda sendiri, daripada menerima perumah tangga, lebih baik anda tidak terima jubah yang perumah tangga, lebih baik anda tidur ditanah. Lebih baik anda sisir pakai daun lontar daripada menggunting rambut, atas dasar itu jadi kehidupan lampau petapa Jambuka tidak mampu mengalahkan kondisi itu, lalu dapat hal alam buruk lalu hidup di zaman Buddha Sakyamuni, jadi seperti itu kita jaga ucapan memang mudah pas niat buruk ada kata tidak menyenangkan, walau sangat mudah ada jadi yang diterima hal yang tidak baik dalam kehidupan ini mengembangkan sikap batin, yang menjalankan 5 aturan moralitas yang menuntun jaga ucapan itu, sila keempat untuk menjaga ucapan yang tidak baik jadi kita kendalikan ucapan kita, jadi tidak menerima akibat juga tidak ada rasa sesal nantinya jadi introspeksi dalam diri kita, apa ada ucapan yang selalu seperti itu.

Pelan pelan kita harus lebih baik jaga ucapan lagi, berkenaan mengenai nasihat sebagai orang tu, beri nasihat tegas ke anaknya itu memang perlu. Untuk mendidik anak anaknya, jika memberi nasihat dengan tegas apa melanggar sila keempat ucapan kasar / tidak baik jika memang ada satu kategori, jadi ucapan yang tidak baik sebagai orang tua kita bisa lihat lagi, jika ada ucapan kasar / merendahkan martabat orang lain ada kata pengumpat penghuni taman safari, beda hal bagi orang tua beri nasihat tanpa alasan tidak mungkin jika anaknya nakal, itu ada alasan untuk nasihat tegas itu tidak termasuk ucapan sila kempat kalau takut melanggar lagi, bukan pelanggaran beri nasihat yang tegas itu sangat diperlukan kiranya di didik jadi lebih baik lagi, bisa jadi anak yang baik itu bukan pelanggaran seperti itu.

Untuk anaknya pada dasarnya dalam lingkungan, pergaulan ucapan yang kiranya tidak pantas, tapi bagi kelompok sendiri pantas itu jadi dilema. Lalu bagaimana intinya adalah pada dasarnya kembali ke ucapan, ini hal yang pertama bagi seorang yang tidak biasa dengar kata yang tidak pantas, tapi bagi kelompok sendiri pantas itu jadi dilema lalu bagaimana intinya adalah pada dasarnya kembali ke ucapan, ini hal yang pertama bagi seorang yang tidak biasa dengar kata yang tidak pantas, cukup diketahui tidak diterima ada kata panggilan, anak sekarang dalam pergaulan isi safari, ada untuk nama panggilan dalam pergaulan itu dirinya, kondisi berbeda lalu bisa bertengkar orang diluar dalam pergaulan cukup didengarkan, tidak boleh diucapkan itu sudah kebiasaan / umum juga saling terima orang diluar pergaulan, itu bisa memperoleh masalah yang didalam sana tiada masalah apa jadi masalah, kita ikut bergaul dalam kelompok itu jika mampu memperoleh pengalaman / pemahaman, itu yang tidak pantas kita patut ubah sudut pandang seperti semula jadi sesuai nama mereka, maka bisa jadi orang lain manggil kita dengan nama kita sendiri.

Bukan seperti hal itu yang diucapkan pada dasarnya, memang sering ditanyakan oleh banyak orang, berbohong demi kebaikan supaya tiada khawatir. Untuk apa yang dikhawatirkan ketika dalam hal berbohong niat / cetana, bukan berarti kebaikan itu tetap kebohongan, itu pada dasarnya ada cetana dalam hal ketika berbohong kasusnya positif tentu tidak memberatkan kedua belah pihak, ada pekerjaan lembur kedua orang tuanya tidak mengkhendaki lembur ada keinginan dari anak, untuk pemasukan lebih jadi bekerja lebih pulang malam biasa tidak dikunci oleh kedua orang tua, jika begadang pagi pagi kusut masih ngantuk kok belum bangun, raut wajah masih kusut ada dalih lain supaya tidak diketahui pulang lembur, karena kerja ada positif tapi jika ingin beralasan jangan sampai ke ranah berbohong, jika seorang istri masak ada masakan yang disiapkan makanan kurang enak.

Kalau dibilang enak bohong, pandai ambil sikap tentu menyampaikan cukup duduk disini sudah menambah cita rasa, membuat khawatir orang tua takut ituhalnya lihat dulu apakah berbohong positif / malah negatif, patut dilihat kembali. Beri beban bagi diri sendiri / orang tua, ini menjadi dilema bagi pendatang baru cara untuk membiasakan pengucapan baik kalau umpama bertemu orang dari asalnya berbeda, ucapan & intonasi berbeda itu sudah jadi kebiasaan kalau ada contoh orang Medan berbicara keras, orang yang baru ketemu seperti itu orang Medan itu keras, itu jadi marah seperti miss komunikasi orang dari medan ada nada sedikit naik, bisa menerima itu amarah kiranya jadi masalah kurang memperoleh informasi kebiasaan orang tersebut, tapi yang sudah tahu itu sebagai amarah bisa mengubah kualitasnya sedikit low nada / tutur kata, sangat sulit bagi yang mendengarkan itu orang medan nadanya datar harus teriak teriak, mengubah kebiasaan yang jadi karakter dari diri sendiri tentu sangat sulit jadi diri sendiri, kalau sudah jadi kebiasaan kembali harus dipikir ada kata yang pas / tidak, diselowkan jadi supaya tiada hal jadi amarah walau sulit jadi diri sendiri tidak perlu orang lain, perbedaan pandangan orang tua & anaknya.

Tentu dalam hal ini jika memang terjadi kasus demikian, ada ucapan yang berselisih ada kasus apa sehingga orang tua mengucapkan kata, “anak durhaka” ada salah satu konflik beda pendapat, bisa merembet juga riskan. Itu bisa konflik kedua orang tua bilang kok anak itu durhaka, anak yang baik memiliki sudut pandang yang selsisih cita cita jadi anaknya ingin kuliah menjadi guru, karena bisa memberikan manfaat tapi orang tuanya mampu memperoleh pendidikan yang baik belum jadi dokter, maka orang tuanya masuk kuliah kedokteran jadi dokter yang sengit, memunculkan perdebatan anaknya durhaka tentu belum bijaksana maka kiranya kasus cita cita orang tuanya harus bijaksana, belum tahu bahagia seperti apa anaknya kuliah jadi dokter anaknya nyaman tidak, sesuai jurusan hasilnya kurang baik kalau niat jadi dokter tekun giat juga sesuai yang ditekuni, memperoleh hasil difakultas memadai kalau tidak sesuai tidak pas, tapi ia mau tidak masalah masuk guru penuh semangat yakin jadi guru bisa memberi manfaat bagi banyak orang, tidak semua anak ingin ada memiliki anak yang durhaka, durhaka anak tersebut kondisi yang lebih buruk katakanlah anak sudah besar tiada perduli orang tua, juga tidak menganggap orang tua.

Tidak baik apalagi membunuh seperti raja Ajjata 1, terhadap membunuh orang tua sendiri lahir dialam rendah, orang tua haruslah bijaksana memicu emosi kurang baik ada kata seperti itu, saya bukan orang tua itu memahami bapak / ibu serta saudara sebagai orang tua bijaksana, penuturan terhadap anak. Bagi masih dalam tingkat pertumbuhna ucapan tidak baik jadi ada ingatan memori anaknya, tidak suka itu jadi butuh kebijaksanaan apakah kata kata itu ungkapan kasar, bisa jadi salah satu apa kategori yang dimaksud berbohong, fitnah, memecah belah, kasar, omong kosong kalau kita sampaikan ke 4 ranah itu berbohong tidak mungkin fitnah juga tidak, kata kata kasar maksudnya disini merendahkan martabat orang lain satu sisi, ketika anak yang menerima anak durhaka perilakunya kiranya bisa terima ungkapan itu, kalau anak baik perbaiki kalau anaknya kurang baik acuh tak acuh omong kosong tidak mungkin, jadi tidak termasuk ada 2 sisinya.

Jika anaknya cuek bagaimana anak mengucapkan kepada orang tua, jika memang disini maksudnya adalah, jika itu terjadi bingung karena orang tua melihat anak cuek. Anak harus menyampaikan apa kepada kedua orang tua, jika orang tua ingin anak normal sediakala tentu sebagai orang tua rujuk lagi, ucapan bisa mengkondisikan magnet yang memisahkan kalau magnet itu diputar, kutub utara & selatan bisa bersatu kalau keduanya ada ego itu sulit kalau salah satu mengalah aman, kalau sebaliknya makin cuek pada dasarnya sudut pandang saya benar pandangannya, sedangkan orang lain melihat tidak sesuai memikul pandangan itu kalau orang lain tidak suka, itu tidak baik jika ada rendah hati sifat kita lebih fleksibel bisa lebih berdamai dengan yang konflik, bukan berarti kita pegang terus terutama anak durhaka bukan 100 % benar, jika melepas itu mau rujuk kembali menyampaikan alasannya.

Jika minta maaf lebih baik mengurangi ego, kalau salah satu kurangi ego bisa rujuk lagi pasti bisa, kalau kita memiliki sudut pandang. Kalau kita kaitkan hal buruk pada masa lampau kurang bijaksana, ada juga beragam kondisi bukan klaim itu mungkin bisa jadi bawa kebiasaan buruk kehidupan lampau, secara itu belum bisa memastikan kita tidak tahu kondisi lampau kita, tahu kondisi saat ini bisa juga faktornya banyak kondisi yang memicu jadi perilaku buruk, contoh tindakan ekonomi yang kurang jadi kriminal bisa juga bergaul sama orang jahat bisa membuat orang lain jadi jahat, ada faktor perilaku yang buruk pada kehidupan ini kita tidak bisa memastikan, seperti apa kehidupan lampau kenapa bisa seperti itu ada beragam faktor, kalau awal yang baik jadi buruk karena ada beragam sebab kalau pertanyaan satu ini saya tidak bisa menjawab, tidak teringat apa sebabnya Raja Bimbisara memeroleh kondisi itu dalam cerita itu, ketika raja Ajjata 1 pun meninggal dibunuh oleh anaknya sendiri.

Tidak bisa lebih lengkap lagi, banyak makhluk yang tertolong karena satipattana sutta jika memang di zaman sang buddha, kita ketahui bahwa dengan itu sudah tertolong. Sudah sampai Sottapati, 4 alam Apaya sudah tertutup; alam hantu kelaparan, neraka, binatang, alam dewa umur panjang itu sudah tertolong, Sattipattana sutta itu sudah lebih baik seperti itu kalau lewat begitu saja, tidak pas jika lebih damai itu lebih dari cukup itu tidak dibaca tapi dijalankan itu memperoleh lagi pertolongan yang lebih besar, bebas dari itu Sottapati sudah luar biasa kita tidak ada ragu soal itu, kalau semangat terus praktik bisa lewat juga sebenarnya jika memang hal seperti itu dilakukan lebih baik, jadi informan dalam diskusi itu kadang beri nasihat ada hal yang tidak baik, jangan sampaikan berita itu tidak baik ada tutur kata yang kurang baik apalagi, orangnya gemar situasi itu nasihat jadi itu tidak termasuk.

Ucapan tidak baik jika pribadi bisa bagus seperti itu, jadi ada rasa ingin ikut kelompok dari ibu ibu, pasti suka akan jadi diskusi. Walau topik satu jadi berjam jam ada kegemaran itu, ada yang bilang jangan omongin dia umpan balik tidak menyenangkan ungkapan balasan yang kita harus terima, sudah coba lebih baik tidak mau ikut nimbrung sudah tahu, beri nasihat baik hal yang didiskusikan jadi fitnah kata tidak manfaat bisa jadi fitnah, informasi itu benar / tidak nyatanya seperti apa kalau belum tahu jagu pelaku jika sudah beri nasihat itu lebih dari cukup, cengbeng pergi ke kuburan peringati kematian para leluhur, sudut pandang orang lain masuk akal kalau sudut pandang pribadi yang namanya tradisi cengbeng.

Itu kegiatan bagi orang Tionghoa, sudah dilakukan kurun waktu yang lama kita tidak bisa mengklaim, bahwa tradisi tidak masuk akal. Tidak bisa diklaim tiada larangan jadi setiap orang punya hak itu, apa masuk akal / tidak tentu tidak bisa membenarkan diri selama tradisi itu tidak sampai memberi kerugian bagi orang lain / kerugian diri sendiri, tiada masalah tradisi orang tua, penghormatan kalau pemakaman / abu yang ditempatkan itu hal yang baik bagi anak kita seperti itu, mengingat kedua orang tua kesan bagi diri kita sebagai seorang anak, kalau tiada mereka belum tentu bukan merupakan yang tidak masuk akal itu baik terutama ke kuburan / abu, orang tua selama tradisi tiada rugi bagi siapapun itu hal yang baik.

Bagi saya pribadi hal itu wajar, jika setiap orang ada gayanya sendiri dalam hal penuturan tiada masalah, gaya berbicara setiap orang berbeda beda. Ketika orang dari Medan itu keras / tempat lain rendah jadi masalah, kesalahpahaman mengalami didirinya nada keras bertutur kata yang biasa, itu ungkapan yang kasar kadang dilihat sebagai ungkapan orang marah, itu tolak ukur bagi kita sejauh mana informasi ada kebiasaan nada keras memaklumi mereka tidak bisa judge itu, jadi masalah bicara biasa / sedang susah pasti karena sudah biasa & keras jadi kita maklumi, kalau tidak tahu itu jadi masalah bagi diri kita sendiri stylenya berbeda.

Itu wajar setiap daerah kita harus tahu jadi tidak sampai gejolak batin, yang tidak baik intinya harus lebih baik lagi, dengan saling memahami untuk diri kita & orang lain. Sebagai  kesimpulan yang bisa saya berikan ada sutta Nippata disana Sang Buddha mengungkapkan bahwa semua orang yang lahir, ada kapak yang muncul bagi orang tidak baik akan membelah diri sendiri, kita yang tidak baik jika betul betul bijaksana kita jaga 3 pintu itu ucapan, badan, & pikiran itu peroleh bahagia, jika sebaliknya pasti mengkondisikan yang tidak ada kesenangan bagi kita / orang lain, jaga ucapan yang sebaik mungkin ucapan yang baik & cinta kasih lebih baik lagi.

Komentar

Postingan Populer