PRAKTIK MEDITASI SEBAGAI UPAYA BENAR MENTRANSFORMASIKAN KEBENCIAN & MENJADI LEBIH WELAS ASIH BY BHANTE NYANABANDHU
Bagaimana kita melihat praktik meditasi dalam kehidupan kita sendiri, banyak benih welas asih jangan kembangkan kebencian, kebencian ini fundamental & menghancurkan bagai bom waktu, meledakan diri kita & semua orang. Ini memengaruhi kehidupan kita dalam diri kita ada 3 akar, melandasi perbuatan tidak bajik perbuatan, ucapan, & pikiran / lobha, dosha, moha kebencian ini harus kita singkirkan, disini akan dijelaskan kebencian adalah dosha, bukan dosa yang dianggap hal tidak bajik kebencian muncul iri hati dengki tidak sesuai apa yang kita inginkan / tidak sesuai, kritetria kia bukan hal kecil tapi ini jadi sangat mendasar, makanan yang tidak disukai kita juga mengalami kebencian meditasi berperan untuk hal itu bukan benci, pada saat ini tapi dari waktu dulu ada digudang kesadaran kita apapun yang kita lakukan dari 5 indra kita, ada digudang kita juga sama kita taruh semua harus menyalakan lampu, jadi tidak mengganggu dalam agama buddha tidak membuang / mensugesti pikiran kita, tapi harus diselesaikan ke akar akarnya cara kerja pikiran kita kita terdiri dari 5 rupa; mata, telinga, hidung, kulit, mulut yaitu mata melihat, telinga mendengar, hidung membaui, kulit merasakan refleks, mulut merasakan cita rasa, ada yang menerima ada yang suka suara keras / lembut, ada hal yang tidak enak pas tidak terima marah, benci sering sekali terjadi jadi tidak mampu, identifikasi ada 5 pintu luar.
Kita pikirkan juga muncul, beruntung selesainya seperti apa ada rasa dalam diri kita jadi persepsi, diri kita mengapa meditasi itu berpengaruh melihat dari mata tangkap objek lalu muncul salah satu gambaran, 5 indra kita menangkap. Kita tahu warna kuning dimana itu melihat pada sebelumnya, persepsi jadi itu sebagai paten / bentuknya seperti apa mengapa disini bukan warna hijau, tapi bentuk meditasi jadi sadar penuh untuk kita benar benar menyadari dalam batin / fisik, jadi melihat segala sesuatu sebagaimana adanya supaya tidak muncul kebencian dominan, rasa tidak suka ada rasa marah & benci kita harus jinakan pikiran kita, melihat secara mendalam apa yang muncul kalau muncul kita tahu melihat objek pikiran itu, hanya menyadari jika kita sadar secara penuh meditasi bukan duduk mengosongkan pikiran, menjadi sakti tapi meditasi itu buat diri kita lebih hidup bukan untuk jadi sakti, mata, dewa, telinga dewa tapi kembali kepada kehidupan sehari hari meditasi lebih kehidupan sehari hari / sadar penuh.
Jalan, mendengar, melihat, merasakan, duduk, berbaring itu butuh latihan meditasi tidak jarang kita menderita, karena banyak drama lebih dari drama korea. Akhirnya kita jadi korban sekaligus pelaku, dulu sering melihat keadaan disekeliling rumah orang lain kumpul makan sekeluarga, orang lain dekat dengan satu sama lain mengapa semua orang memiliki televisi mengapa orang lain bisa berkumpul, orang lain selalu diterima dianggap belum pantas untuk bicara, keadaan terus bergulir saya merasa diluar lingkaran saya korban dari situasi saat itu, tidak jarang kita melakukan hal yang lebih besar & ingin membalas dendam jadi ada rasa tidak nyaman, sehingga menyirami benih benih yang sangat kuat jadi kita sirami benih kebencian, tapi jika lebih ke meditatif itu kebencian tidak terima tidak suka tidak puas semenjak praktik meditasi, masih ada tendensi disana meditasi namaskara chanting itu jadi memberikan pengalaman yang luar biasa, diawal masa vassa banyak rintangan ada rintangan fisik disengat lebah / terkena lilin, tapi karena fisik jadi bisa diatasi di minggu kedua ada rasa yang lebih baik, ingatan pas masa kecil energi kita sangat kuat kita berhadapan dengan diri sendiri terutama, kita lakukan secara berulang ulang baca paritta setiap hari itu akan lebih baik, masa vassa kedua muncul kebencian kemarahan menjadi sulit konsentrasi merasakan kebencian itu jadi lebih ke praktik, meditasi duduk, jalan, namaskara, pengulangan mantra, & meditasi jalan.
Kembali ke nafas masuk nafas keluar, jus apel ada ampas & keruh walau meditasi duduk lalu pindah ke meditasi jalan, itu bentuk batin & pikiran. Karena pengalaman yang kuat kita harus menerima dari masa kecil sampai sekarang, tiada yang perlu ditolak tidak boleh secara frontal, kita meditasi tanpa penghakiman relaksasi pada dirikita meditasi penghakiman, relaksasi pada diri kita meditasi jalan mampu untuk melenyapkan kebencian biarkan diri kita sebagaimana adanya, lakukan secara perlahan energi sadar penuh kita terima & menyadari, sehingga kebencian mulai reda konsentrasi & memunculkan fokus sadari secara mendalam merasakan, kita jadi satu sensasi yang muncul hal itu membantu kita pada sehari hari banyak yang nangkap meditasi itu duduk lama, sila hadap altar kita anggap sakral itu biasa divihara, kita tutup mata kita itu tidak salah energi kebiasaan turun temurun ekspolarasi lagi & dalami meditasi mana yang lebih baik, itu jadi membantu kita kebencian kita tidak nyaman gelisah, bimbang, khawatir, menolak, marah, benci; ketika benci pada diri kita disirami, jadi lebih parah akhirnya ada ucapan yang tidak baik menghilangkan kebahagiaan orang lain, mampu mengenal diri kita kehidupan lebih bermakna lagi.
Bagaimana kita merasakan sehingga muncul energi kita menolak, kita tahu jadi kita tidak boneka energi kebiasaan kita supaya sadar setiap saat, sehingga kita jadi jangan merasa kita putus asa, tolak diri, tolak saran orang lain; tapi kita harus damai melalui meditasi / pikiran kita meditasi pengembangan batin, perilaku pengolah batin. Kita jangan meditasi selalu sore hari / setiap minggu diluar kebaktian, harus mengolah dari bangun sampai tidur mata hidung telinga kulit kita mulut kita, apakah baik / tidak lalu dalam keseharian kita lebih bajik / sebaliknya, apa yang kita lakukan akan jadi diri kita konsumsi mata, mulut, hidung itu akan membentuk diri, sadari diri kita banyak yang kebajikan meditasi itu bisa untuk moha / ketidaktahuan mana yang harus dilakukan keraguan jadi harus sam sama sama lihat ini sebagaimana apa adanya, agar lebih bajik itu tidak arahkan kita pada kebencian tapi lebih kebajikan kita menjadi sadar penuh.
Membantu kita bebas dari 3 akar; lobha, dosha, & moha mampu melihat sebagai manifestasi meditasi sangat berperan, mampu jadi lebih solid. Ketika kita mampu jalani praktik moralitas dasar sama diri kita, jika kembangkan samadhi itu akan lebih damai secara batin & fisik, praktik lima moralitas itu lebih baik kalau menjalankan praktik lima moralitas tidak melakukan kejahatan, bebas dari kejahatan tidak mendukung kejahatan malah jadi damai, aman, tenang, sehingga jai maksimal konsisten kerja keras memunculkan pengertian benar, juga jadi ada pikiran benar lalu pandangan benar kehidupan secara nyata jadi mampu mengembangkan prajna, jadi bisa lebih optimal lagi jadi lebih maksimal dalam pengembangan batin, menjadi pemikiran benar pandangan benar jadi sebuah kebiasaan dalam diri, kita jadi karakter diri kita akhirnya mampu.
Jadi pencerahan diri kita mampu melihat 4 kesunyataan, mulia mampu melihat & menyikapi fenomena yang ada sampai berakhir, kebahagiaan sejati saat ini mampu menghargai kebaikan, tidak menyiapkan hal hal yang tidak baik. Tapi kita bisa menjadi buddha, buddha hingga mencapai kebahagiaan untuk mencapai ini langkah konkret yang nyata, tidak bisa meditasi melalu youtube pergi ke satu guru baru kita baca ulang liat dari praktik video yang tidak jelas, jangan praktik sendiri dirumah awal ada rasa nyaman tapi ada yang muncul tidak nyaman, kita butuh komunitas baik Theravada, Mahayana, & Tantrayana tidak masalah suka meditasi, boleh ditahap awal tapi sudah lama harus pilih yang cocok meditasi cocok dengan kita, pergi belajar dari metode lainnya ada yang tidak mendalam jadi banyak pindah pindah tahu setengah setengah, banyak sekali jadi tidak baik belajar buddha dhamma bukan bisa / memiliki sesuatu yang hebat, meditasi kehidupan sehari hari baik pembiasaan dominan / belum, tapi jadi dirubah welas asih, pandangan benar, & memiliki cinta kasih ini jadi kebiasaan ke diri kita, bukan teori tapi dipraktikan juga menjadi membantu pengembangan buddha dhamma yang sangat baik untuk diri kita jadi lebih semangat dalam pandemi ini.
Kita bisa kembangkan diri, kita jadi bisa latihan meditasi 15 menit dipagi hari, 15 menit disiang hati, 15 menit disaat sore, 15 menit sebelum tidur. Buddha dhamma bisa menyesuaikan dapat diterapkan, bisa berubah & mengubah praktiknya ini juga bisa diri kita & orang lain, jadi umat buddha bukan pemupupuk diri kita saja tapi bisa dikembangkan disekitar kita, jadi ada kebahagiaan sejati yang hidup berubah membawa tanpa rasa nyaman jadi tidak bajik, jadi sosok jauh dari itu yang harusnya mampu merubah diri kita sendiri supaya lebih baik lagi, beberapa tahun yang lalu ada sekitar 3 tahun lalu monastik juga manusia ada kalanya hal hal yang tidak membuat kita nyaman menghiraukan orang lain lebih banyak, tapi cepat merespon dari luar untuk diri kita banyak yang bukan teman dekat jadi ada memfitnah, ada rasa kesal menangis & membenci kok bisa orang menyaakan hal ini itu sangat tidak layak diucapkan meditasi, dalam 5 tahun terakhir ada kebencian diri saya merasa stress terpukul, menanyakan kehidupan komunitas / monastik kita.
Ketika melakukan sebuah praktik tidak melakukan apapun / reaksi, padahal itu ada relaksasi sehingga kita mengendapkan ampas ampas jus apple, dimasak dikompor gas. Jus apple dimasak dikompor gas kita tidak bisa mengambil air mendidih, perlahan lahan kompor dimatikan ketika dingin lalu mulai tenang & perlahan menjadi dingin, supaya aman relaksasi total itu meditasi yang bebaskan diri kita, relaksasi dalam seminggu sehingga bisa melihat secara detail, bukan pembicaraan bohong / orang tapi melihat ke batin kita supaya jadi melihat diri kita, bukan diluar tapi dalam diri kita ada rasa damai / benci damai dengan diri sendiri tahu itu ada kesalahan, apa rasa tidak puas karena tidak sesuai apa yang diharapkan sehingga jadi ada kondisi seperti itu, kita mampu melihat secara mendalam apa yang terjadi dalam diri kita? Kita bukan mentalitas korban, dia juga menjadi korban keserakahan diri pada intinya kita semua sama, karena ada cenderung ada dalam diri kita jadi rangkul fenomena itu memaafkan / tidak itu bukan soal lagi, pengertian yang benar itu ada welas asih penerimaan kebersamaan sehingga tidak menyakiti diri kita / orang lain, apalagi dalam praktik moralitas yang baik & benar untuk selesaikan fenomena itu.
Jadi pribadi yang bersyukur itu adalah bonus, kita nanam mangga itu bonus dengan diri kita jadi tumbuh, ada momen banyak yang cari kedamaian tidak perlu dicari. Itu meditasi yang lebih baik pikiran dizona nyaman kita ada vassa seminggu adalah waktu yang tidak enak melihat kualitas bukan kuantitas, rutin & intens menjadi kebiasaan yang baik meditasi menghadapi secara nyata, ada rasa tidak nyaman kesemutan saja bukan membuat orang meninggal kaki kita pegal kita pelan pelan pijat, ada rasa tidak nyaman kita berdiri meditasi jalan gerak badan kesadaran, kita hadapi momen yang tidak nyaman, keluar zona nyaman kita jadi reaktif, ada rasa sakit sedikit / tidak nyaman bukan waktu yang berleha leha jadi sebagai praktisi, komitmen merasakan dalam diri kita relaksasi secara fisik kalau fisik nyaman batin akan damai & tenang, mampu melihat secara nyata kita mampu melihat hal hal yang baik supaya lebih bahagia, makan sederhana sekali walau makanan terbatas energi sadar penuh ada apresiasi rasa syukur yang mendalam itu sangat baik.
Aspek terima kasih bersyukur, itu jadi lebih aman pelajari meditasi secara rutin itu jadi mentalitas yang baik, itu juga tidak jalur ekstrim. Tapi jalur tengah membawa kita supaya lebih baik lagi, meditasi pada saat sibuk monastik lebih sibuk dari ceo ada banyak sesi sehari hari mengajar, kalau rabu 3 kelas, kamis jumat 1 kelas, lalu jadi STAB Jinarakhita Lampung dalam waktu satu minggu, ini jadi tasan yang mampu bertemu banyak pihak bukan multi tasking tapi multi multi mulit tasking, mindfullness justru membantu karena supaya tidak stress, kita dituntut jadi multitasking semakin banyak hal yang dilakukan itu baik kerjaan kehidupan materi baik, mindfulness itu kehidupan seimbang.
Harus
tahu mengelola hidup, kita mampu tahu limit batasan waktu kita jadi
mampu beradaptasi, tahu keseharian kita tahu apa yang kita lakukan.
Dalam keseharian kita tahu jelas menjadi dasar pemahaman sadar penuh,
dari sumber kerjaan kita jadi diri kita yang harus jadi tuannya secara formal, itu divihara baca paritta pagi & malam itu rutin informal itu pas dikantor duduk meditasi, beberes
sarapan kembal ke kamar merasakan langkah yang dibuat duduk, gosok gigi
itu merasakan lebih baik lagi jadi sangat baik sekali harus bijaksana
lagi.
Komentar
Posting Komentar