REVIEW TIBETAN BY KO SUANDI
Bahagia ketika minum air senang, gelas kedua sudah mulai kembung & ketiga sudah cukup apakah itu bahagia sejati, air itu bukankah pelepas dahaga. Belajar, merenung, & meditasi Kadam Choeling, kita percaya hukum karma tiada satupun yang terjadi karena kebetulan, apakah kondisi sekarang ini bisa punya hp / laptop punya kuota / wifi apa ini kebetulan? Pasti bukan, karena ada hukum karma ntah dimasa lampau / masa lalu kalau gitu kehidupan lalu saya, ciptakan sebab ini semua sebagian orang bertemu guru spiritual & bisa menuju pencerahan dulu pernah buat sebab & kondisi seperti ini, kalau begitu seperti apa buatnya? Itukan ada perumpamaan bagai kura kura buta, yang harus masuk ke cincin emas kenapa, melakukan sebab dulu sampai seperti sekarang ini? Kondisinya walau sekarang ada covid tapi masih bisa online, seperti sekarang buddha sakyamuni menunjukkan & semua buddha selalu muncul dimanusia, kenapa bahagia tidak bisa jadi buddha / dialam rendah juga sama? Sangat banyak dialam manusia, buat karma buruk tapi bisa berbuat baik lain hal dialam dewa jadi manusia itu adalah hal yang sulit diperoleh, lebih berharga dari permata pengabul harapan, tubuh ini bisa hilang dengan cepat / kematian itu pasti tubuh manusia sangat bermanfaat & semua bisa dilakukan dialam manusia, bahkan pembebasan tapi tubuh manusia ini bisa hilang, karena banyak faktor.
Kematian itu pasti, berupaya siang malam untuk bisa menemukan kebahagiaan sejati kita dapat mobil, itu kebahagiaan sementara. Nah ajaran dhamma ini bisa menjadi pembebasan sejati tidak akan menyia nyiakan, saat ini ajaran sangat susah kesalahpahaman meditasi garis besar tahapan menuju pencerahan, sumber ajaran yang terpercaya ajaran ini benar benar oleh buddha & dipelajari guru guru besar, kita hidup dizaman kemerosotan pikiran menurun bisa mengerti baca Tripitaka, hebat sekali riwayat hidup buddha tapi buddha ulu mengucapkan satu kata ada yang arahat / sotapanna, kok saat ini tidak ada bukan kesalahan ajaran, tapi kitanya belum mampu contoh ada yang baca risalah agung tahapan jalan menuju pencerahan, ada yang bisa paham? Tapi ada lagi buku tahapan jalan menuju pencerahan bisa paham, tentu guru besar mempelajari intisari ajaran kalau sekarang susah karena distraksinya banyak, sumber ajaran langsung dari buddha sementara dioutline lamrim mempelajari tentang riwayat Guru Atisha, banyak yang dipelajari guru buddha sakyamuni, guru atisha, biografi guru pribadi kita, seperti apa untuk cari tahu kita perlu cari contoh bagaimana cara praktik dhamma, ada contoh yang harus kita lihat biografi guru besar seperti Y.M Atisha di Biara Wikramasila tapi masih ada yang kurang.
Beliau saja yang sudah banyak baca, tapi masih ada yang kurang beliau rela berlayar selama 13 bulan, sangat sulit tapi beliau rela demi dhamma. Beliau bertemu dengan guru Serlingpa Dharmakirti, beliau kembali ke India juga beliau di undang ke Tibet apakah perjalanan beliau ke Tibet memberikan manfaat, bertanya kepada Y.M Arya Tara tapi umurnya akan berkurang, tapi beliau tetap akan pergi ke Gunung Salju di Tibet jadi tantangan sendiri kita diiklim tropis, tiba tiba pindah ke subtropis pasti susah tapi beliau tanpa keraguan beliau pergi ke sana, karena kepentingan semua makhluk apa kita perlu upaya pasti perlu jadi tidak hanya ongkos mulut, itu jadi motivasi kita menghasilkan ini maka lebih baik kalau riwayat buddha kita sudah tahu beliau sadar kebahagiaan sementara, maka beliau keluar istana untuk cari obat, bebas dari penyakit guru Serlingpa pun sama terlahir sebagai pangeran itu contoh yang kita teladani, mungkin sekarang kita tidak lahir dikerajaan guru guru besar aja rela.
Masa kita tidak hanya cari kebahagiaan sementara, riwayat guru besar penting dipelajari pengajaran bebas dari pertentangan, dhamma ini kan obat. Jadi kita harus cari obat ini yang bisa menyembuhkan kita, semua ajaran tanpa pertentangan untuk bebas & bisa mencapai kebuddhaan, serta penyesuaian juga ada yang percaya kitab Mahayana / Sutrayana tapi pengajaran ini gurunya sama juga, jadi tiada pertentangan membangkitkan keyakinan ajaran lainnya, supaya dapat mencapai kebuddhaan dikenal sebagai instruksi pribadi kaya dalam pembelajaran, namun miskin dalam pengajaran kita belajar bukan untuk pengetahuan saja, tapi itu untuk memperbaiki batin sendiri banyak belajar tapi bingung padahal semua ajaran buddha bisa dipraktikan, jika mengenal sebagai instruksi pribadi amunisi untuk menghancurkan kilesha, demi mengembangkan kapasitas batin.
Kita kalau instruksi pribadi itu semua praktik, tapi kita perlu pahami belajar ini untuk diri kita sendiri, kita yang butuh. Kalau kita mau harus cari obat & minum setelah beruntung bertemu kita tahu pahit, tapi bertahap ayo laksanakan pikiran dasar sang penakluk mudah dipahami, beruntung kita ketemu mempelajari hal ini bahasa yang disampaikan & dimengerti saat itu juga, kita akan bingung disatu sisis ngomong A disisi lain ngomong B makanya beruntung sekarang kita bertemu lamrim, ini ada ajaran kapasitas kecil, menengah, & agung kesalahan besar terhenti, semua ajaran bebas dari pertentangan kalau kita pikirkan ajaran lain salah itu tidak mungkin, karena kita sudah tahu mungkin pengetahuan kita baru sampai di A.
Kita cek dulu sumber ajaran / keagungan ajaran, kia tahu A belum ada yang B itu sebnarnya ada, sikap aal dalam motivasi merenungkan manfaat dhamma. Sifat sesungguhnya cacat wadah hindari, manfaat untuk pemikiran guru kita, dokter dhamma obat Tahtagata adalah makhluk agung & berharap ajaran buddha yang sangat baik, semua juga dimulai mendengar ajaran, untuk bisa manfaat secara maksimal sikap sesungguhnya dalam mendengarkan dhamma, kita mau cari kebahagiaaan sejati itu sangat baik sekali ada meditasi statis & stabilisasi, perlu dianalisa diawal / itu jadi untuk batin keduanya harus berkembang bersamaan itu penting sekali dipelajari.
Sikap meditasi yang baik & benar juga itu ada penjelasan, kenapa kita juga banyak materi juga itu ada penjelasan, kenapa kita juga banyak materi juga ada baiknya. Ujian lagi karena sangat baik untuk dipahami, ujian memang susah karena susah mengeluarkan upaya untuk belajar, kita sakit kita tidak mau minum obat karena sulit mau tidak mau minum obat belajar, merenung, meditasi harus ada ujian belajarnya dikelas saja dengna ujian ini mau tidak mau, bisa jadi salah satu 6 aspek untuk memaksa kita batin kok tidak diguncang batinmu akan teperti itu saja, kita merasa baik baik saja padahal tidak kalau baik baik saja bisa makan kerja, tapi kita masih disamsara, masih duniawi mau tidak mau harus mengupayakan tidak bisa dengan jentikan jari, tapi harus ada upaya juga untuk kita kalau bisa transfer, bisa bebas dari samsara kalau tiada hal itu batin kita akan seperti ini saja kalau tidak diperbaiki, jadi landasan kenapa perlu ikut ujian prolam karena kita sakit ketemu obat dengan ikut kelas saja, jadi lupa terbiasa dengan kilesha kita terdistraksi ini yang menyebabkan kita belajar dhamma ngantuk.
Apakah kematian kita hanya itu, tidakkan karena kita sudah kerja kuliah kita sudah capai tubuh manusia, bisa tidak bisa sebenarnya bisa. Tapi karena rasa malas kita tidak keterbelakangan mental, kerja yang baik mau / tidak mau itu dari kilesha benaran tidak mampu / kemalasan, dalam kehidupan sekarang kenapa belajar dhamma susah hafalan itu susah, kematian topik awal tiada hal lain yang bisa menolong kita cuma dhamma saja yang menolong, kalau tidak belajar / menghafal kita mau bawa apa pasti ada rasa marah kebencian kalau belajar dhamma, oh iya kehidupan berikutnya saya harus bawa apa pasti ada rasa marah kebencian, kalau belajar dhamma oh iya kehidupan berikutnya saya harus bawa itu mudah dihafal / direnungkan, karena batin kita sudah familiar beliau melakukan retret selalu melafalkan sutta diucapkan lantang ternyata ada keseharian, seekor burung mencari makan disekitar situ burung itu mendengar terus menerus, ada satu ketika burung tersebut tidak datang ke sana beliau lahir dialam manusia, jadi ada sebab ketemu dhamma ia mudah menghafal & melafalkan dengan mudah, tapi ada satu hal yang sulit.
Saat burung tersebut tidak ketemu satu ajaran, jadi tidak familiar ada hal topik yang familiar & tidak familiar, belum ada jejak karma jadi kita harus hafalkan & mempelajari pada saat kia menjelang kematian, tidak mungkin baca buku. Jadi harus dihafal bukan soal nilai tapi lebih ke proses belajar itu, susah upaya dalam belajar itu dorongan batin kita mencapai pembebasan sejati, seberapa tekad batin kita mencapai pembebasan sejati seberapa tekad batin kita, nilai jelek tidak apa kita harus terima nilai itu apakah kita sudah mengupayakan sebelumnya, nah berikutnya kita harus lebih baik lagi / kita sudah belajar tapi cuman dapat segitu pasti akan lebih baik lagi, kita harus tingkatkan kapasitas batin kita jadi belajar, merenung, & meditasi jadi challange diri kita bahan ujiannya dapat apa sekedar lewat / kita paham soal topik itu, jadi niat kita yang benar benar harus dikembangkan kembali lebih ke pribadi tidak asal lewat, berkembang dibatin topik ujian bab 1-3 insruksi guru yang berharga riwayat hidup buddha & guru Atisha, juga guru Serlingpa mengapa jadi seorang buddhist, mendengar & menjelaskan ajaran.
Murid, tahapan jalan menuju pencerahan, serta juga dari lamrim tahapan menuju pencerahan ditulis oleh cendikiawan besar, dipelajari banyak hal lumrah sangat sulit dipelajari, baca pelan pelan ajaran ini perlu diulang ulang. Supaya kita menjadi pembiasaan batin kita, tetap pelajari jika masih sulit kita harus benar benar mempelajari hal itu bukunya memang berat untuk dibaca, pembebasan ditangan kita juga itu sama cuma dibuat transkrip oleh Pabhongka Rinpoche, dihadapan bhikkhu di Tibet itu pengajaran lebih tinggi perlu dipahami lagi / dipelajari lagi, buat kebaikan lagi butuh kebaikan itu pelita didepan altar kita mau mengulas dhamma, mohon guru buddha memberkahi batin kita jadi sangat baik sekali ujian ini, supaya lebih baik lagi diminggu depan renungkan & mengulang soal soal dhamma ada berkah, pencapaian apapun guru spiritual kita masing masing.
Komentar
Posting Komentar