KETAKUTAN YANG MENYELAMATKAN BY UNKNOWN
Sms pembaca: semenjak mengenal ajaran karma, saya sering merasa takut akan akibat setelah melakukan sesuatu. Bagaimana mengatasinya? Tidak di langit, di tengah lautan, di celah-celah gunung atau di manapun juga dapat ditemukan suatu tempat bagi seseorang untuk dapat menyembunyikan diri dari akibat perbuatan jahatnya dhammpada 127 melakukan perbuatan adalah sesuatu yang tidak terelakkan dalam kehidupan kita sehari hari sedang perbuatan itu sendiri umumnya berawal dari pikiran, karena itu alangkah bijaksananya bila kita berpikir dengan seksama, sebelum melakukan setiap perbuatan namun walaupun telah melalui proses pemikiran, bagaimana kita tahu perbuatan yang dilakukan itu adalah perbuatan yang baik atau tidak baik? Bilamana suatu perbuatan setelah selesai dilakukan membuat seseorang menyesal, maka perbuatan itu tidak baik. Orang itu akan menerima akibat perbuatannya dengan ratap tangis dan wajah yang berlinang air mata.
Dhammapada 67 bila suatu perbuatan setelah selesai dilakukan tidak membuat seseorang menyesal, maka perbuatan itu adalah baik. Orang itu akan menerima buah perbuatannya dengan hati gembira dan puas dhammapada 68 dua ayat dhammapada tersebut di atas telah jelas menyuratkan markah dan akibat dari perbuatan baik maupun perbuatan tidak baik karena itu buddha, guru para dewa dan manusia, mengingatkan kita untuk menghindarkan diri dari perbuatan jahat dan menganjurkan kita untuk selalu tekun dalam perbuatan baik sebaiknya seseorang tidak melakukan perbuatan jahat, karena di kemudian hari perbuatan itu akan menyiksa dirinya sendiri lebih baik seseorang melakukan perbuatan baik, karena setelah melakukannya ia tidak akan menyesal dhammapada 314 walau selalu datang terlambat, namun penyesalan merupakan faktor penting yang dominan dalam perbaikan diri manusia, menyesal berarti pernah melakukan perbuatan tidak baik dan kini menyadari kesalahan itu dengan demikian, sebuah penyesalan selain memiliki sisi buruk yakni telah melakukan perbuatan tidak baik, juga memiliki sisi baik yakni pengalaman dan pengetahuan akan kesalahannya.
Pepatah mengatakan bahwa experience is the best teacher, sedangkan knowledge is nobility, pengalaman adalah guru yang terbaik. Sedangkan pengetahuan adalah kemuliaan dengan kata lain perbuatan yang telah dilakukan adalah pengalaman, sedangkan penyesalan yang dialami merupakan pengetahuan, pengalaman melakukan sesuatu yang tidak baik menghasilkan pengetahuan, bahwa perbuatan tidak baik akan membawa penyesalan dan akibat buruk, selain menjadikan pengalaman dan penyesalan sebagai guru yang baik agar tidak tersandung ulang pada batu yang sama, kita juga perlu melakukan pencegahan dengan jalan mengkondisikan diri sendiri, agar tidak mudah terseret dalam perbuatan perbuatan yang tidak baik, mengkondisikan diri berarti menempatkan diri dalam lingkungan atau kelompok manusia bijaksana, yang mendukung pengembangan dan pembinaan diri serta menjauhkan diri dari kelompok manusia, yang dapat mempengaruhi kita melakukan perbuatan jahat demikianlah yang tercantum, dalam dhammapada tersebut di bawah ini biarlah ia memberi nasehat petunjuk dan melarang apa yang tidak baik, orang bijaksana akan dicintai oleh orang yang baik dan dijauhi oleh orang yang jahat.
Dhammapada 77 selain itu dalam bagian pertama, dari mangala sutta buddha mengajarkan untuk tidak bergaul dengan orang sesat bala asevana, yang disusul dengan anjuran untuk bergaul dengan orang bijak, pandita sevana pada bagian kedua tentu bukan tanpa alasan, bila buddha menempatkan kedua berkah utama ini di bagian paling atas ajaran buddha ini juga seharusnya merupakan, anjuran bagi kita untuk berusaha menjadi orang atau kelompok bijaksana, yang membantu orang lain mengkondisikan diri agar selalu melakukan perbuatan baik, tapi bagaimana cara kita untuk mengenali. Bahkan memotivasi diri agar menjadi orang bijaksana, sungguh luar biasa buddha ternyata telah menguraikannya bagi kita semua dalam dhammapada 231, 232, 233 hendaklah orang selalu menjaga rangsangan jasmani, hendaklah ia selalu mengendalikan jasmaninya setelah menghentikan perbuatan-perbuatan jahat melalui jasmani, hendaklah ia giat melakukan perbuatan-perbuatan baik melalui jasmani.
Dhammapada 231 hendaklah orang selalu menjaga rangsangan ucapan, hendaklah ia mengendalikan ucapannya, setelah menghentikan perbuatan perbuatan jahat melalui ucapan hendaklah ia giat, melakukan perbuatan perbuatan baik melalui ucapan. Dhammapada 232 hendaklah orang selalu menjaga rangsangan pikiran, hendaklah ia mengendalikan pikirannya, setelah menghentikan perbuatan perbuatan jahat melalui pikiran hendaklah ia giat melakukan perbuatan perbuatan baik melalui pikiran, dhammapada 233 para bijaksana terkendali perbuatan, ucapan dan pikirannya sesungguhnya mereka itu benar-benar telah dapat menguasai diri dhammapada 234 dalam majjhima nikaya dijelaskan pula tiga ciri orang bijak secara lebih terperinci, yakni lazim berpikir dalam hal hal yang baik succintitacinti, lazim berucap dalam hal hal yang baik subhasitabhasi lazim bertindak dalam hal hal yang baik sukatakammakari di samping itu dijelaskan secara terperinci sifat, markah, tanda dan sikap orang bijak sebagai berikut orang bijak memiliki sifat sifat alobhajhhasaya, yakni kecenderungan tidak serakah, dalam wujud kepuasan sehingga tidak berhasrat mendapatkan atau memiliki sesuatu melebihi batas kewajaran.
Adosajjhasaya yakni kecenderungan tidak membenci, dalam wujud cinta kasih yang bebas dari rasa gusar, marah apalagi dendam. Amohajjhasaya kecenderungan tidak dungu dalam wujud kearifan yang bebas, dari ketidaktahuan dan pandangan sesat sehingga mampu membedakan yang benar dan yang palsu, yang bajik dan yang jahat orang bijak memiliki markah-markah musavada veramani, berpantang dari pendustaan termasuk penipuan, pembohongan, pengelabuhan, pembualan, pemutarbalikan fakta, kemunafikan, pelanggaran janji dan lain-lain.
Pisunavaca veramani, berpantang dari penghasutan dengan maksud menyulut perpecahan, permusuhan, pertikaian dan lain lain. Pharusavaca veramani, berpantang dari pembicaraan kasar umpatan, makian, celaan, bentakan, dan lain-lain samphappalapa veramani, berpantang dari obrolan kosong yang tak berguna tak beralasan dan tanpa bukti orang bijak memiliki tanda-tanda panatipata veramani, berpantang dari pembunuhan makhluk hidup termasuk pembantaian, penyiksaan penganiayaan dll adinnadana veramani berpantang dari pencurian termasuk perampokan, penjambretan penggarongan korupsi penyuapan penadahan pemerasan dll.
Kamesumicchacara berpantang dari perzinahan, pencabulan pelecehan serta segala penyimpangan tata susila, yang bersumber pada pengumbaran nafsu birahi. Pikiran positif kunci menuju kebahagiaan, kita sebagai manusia tidak terlepas dari kemarahan. Sering kali kita dihadapkan persoalan baik masalah kerja, masalah keluarga masalah percintaan yang menyebabkan kita kerap kali, dilanda kemarahan ketidaksesuaian yang dilakukan orang lain dengan apa yang kita inginkan, menyebabkan kita kecewa dan marah pertanyaan pertanyaan seperti mengapa dia memperlakukan saya dengan buruk, mengapa dia menyakiti saya terus melanda kita dan semakin kita berusaha menjawab pertanyaan tersebut, semakin kita terlarut dalam kekecewaan tersebut selain itu, kita juga diliputi dengan keinginan untuk membalas dendam agar mereka, dapat merasakan sakitnya seperti yang kita rasakan untuk ini kita perlu mengetahui dari mana semua ini berasal apa yang menyebabkan diri kita ini marah jawabannya adalah pikiran.
Sebenarnya hal ini telah ditemukan, oleh guru agung kita yakni sang buddha gotama sang buddha sendiri pernah bersabda, bahwa pikiran adalah pelopor & pembentuk yang merupakan ujung dari suatu tindakan, intinya yang menyebabkan kita kecewa dan marah karena pelabelan pikiran, akan suatu masalah itu sendiri. Sifatnya netral mengapa bisa terjadi pelabelan oleh pikiran, yang sifatnya negatif hal ini tidak terlepas dari kamma dan kemelekatan kita sendiri, kamma dan kemelekatan kita ini terjadi karena kebiasaan buruk yang sering kita lakukan akibat, kita tidak mengendalikan pikiran kita selalu dilekati dengan keinginan keinginan dihargai, keinginan dihormati keinginan didengarkan bila keinginan tersebut tidak diwujudkan, maka kita akan menderita padahal bila ditelusuri yang mewujudkan keinginan tersebut bukanlah kita, melainkan lawan interaksi kita dan masalah berikutnya kita sama sekali, tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan lawan interaksi kita agar berbuat sesuai dengan yang kita inginkan.
Jadi kesimpulan yang dapat diambil di atas, ada dua komponen penting yang menyebabkan kita merasa kecewa dan marah, yaitu pelabelan pikiran yang bersifat negatif dan tindakan dari lawan interaksi kita, dan seperti yang telah diuraikan. Kita tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan, lawan interaksi kita. Jadi satu satu caranya untuk menghindari terjadinya kekecewaan dan kemarahan, perubahan dari pelabelan pikiran kita sendiri pelabelan pikiran, yang bagaimanakah yang dapat membantu kita menghindari kekecewaan dan kemarahan, jawabannya adalah pelabelan pikiran yang sifatnya positif pelabelan pikiran positif dapat dilakukan, dengan mengendalikan pikiran kita agar selalu berpikir positif, berpikir positif dalam arti kita memandang segala sesuatu yang terjadi atau yang lawan interaksi lakukan sifatnya, adalah membantu kita dengan berpikir positif dapat menciptakan suasana yang tenang dan damai, dalam diri kita dan kita pun merasa bahagia sebagai contoh ketika seseorang memarahi kita, kita dapat berpikir secara positif mereka memarahi kita karena mereka peduli dengan kita, mereka mengharapkan kita agar menjadi lebih baik dengan kritik mereka selain itu dengan berpikir positif, kita dapat melihat seorang pemarah merupakan orang yang paling baik, yang selalu memberikan kita latihan kesabaran bila kita renungkan, adakah uang yang bisa membeli sesuatu yang sama seperti hasil dari latihan kesabaran yang telah kita capai, jawabannya uang tidak akan dapat membelinya maka dalam hidup ini kita sangat membutuhkan pemarah pemarah yang selalu memberikan kita latihan kesabaran agar dapat selalu berpikir positif.
Pertanyaan berikutnya, bagaimana caranya agar kita dapat selalu mengendalikan pikiran kita agar berpikir positif, caranya tidak lain dengan menyadari segala sesuatu yang sedang terjadi, jadi biasakan diri kita untuk selalu bertanya. Pada diri kita sendiri apa yang sedang kita lakukan, apakah hal yang kita lakukan ini sifatnya positif atau negatif dengan menyadari apa yang tengah kita lakukan, maka kita dapat mengatur pelabelan pikiran kita menjadi positif, cara ini dapat juga dilakukan dengan praktek meditasi untuk memudahkan pikiran kita untuk fokus akan suatu hal, dengan pelabelan pikiran positif maka kita akan terlepas dari pikiran dan prasangka buruk, otomatis akan membawa kebahagiaan untuk diri kita sendiri dan diri orang lain.
Komentar
Posting Komentar