MENJADI PEWARIS DALAM HAL YANG BERMANFAAT BY BHANTE ADHICITTO

Sama seperti halnya bila seseorang punya harta benda, uang tanah rumah itu bisa diwariskan kepada siapa yang akan mewariskan, orang tua yang cukup kkeayaan bisa diserahkan pada pewaris, istri anak anak / keluarga kita. Andai kata seorang yang punya banyak harta tidak ada anak istir, itu bisa diberikan kepada saudara pada zaman dulu kerjaan bila tidak ada pewaris, raja akan mengambil harta mereka bila sudah meninggal dunia pewaris itu mewarisi harta benda, namun disini hendaknya pewaris dalam hal yang bermanfaat yang dapat, jadi warisan kita dalam dhamma pewaris kebaikan yang membawa manfaat setelah paham ajaran buddha, dalam ajaran buddha menjalankan perbuatan baik dari perbuatan baik ini bisa jadi warisan kita, ini tidak bisa dicuri oleh pencuri manapun terkandung nilai kebajikan dari perbuatan yang bermanfaat, memiliki kualitas baik sukses dalam kerja karena karma baik itu, senantiasa untuk muncul jadi dalam sehari hari tiada sulit untuk itu kita harus punya warisan, ini yang bisa berguna bagi siapapun dalam hal hal manfaat ini bisa ditemukan dalam ajaran buddha, dengan keyakinan juga sungguh sungguh yang memiliki nilai luhur, jadi bisa dipraktikan & bermanfaat adalah mudah melakukan yang tidak baik & tidak bermanfaat mudah.

            Sebaliknya tidak mudah makhluk / manusia, cenderung suka hal yang tidak baik sedangkan hal yang baik tidak tertarik, melakukan terkadang sulit melakukan hal baik dalam diri tidak direnungkan, orang cenderung melakukan perbuatan oleh keinginan mereka bisa buat nyaman, walau dengan cara merugikan orang lain. Jadi perbuatan itu bisa bermanfaat tidak merugikan orang lain, jadi perbuatan itu bisa bermanfaat tidak merugikan diri sendiri / orang lain kalau tiada manfaat, hanya menguntungkan diri sendiri perampok itu merasa bahagia bermanfaat untuk dia, korban menderita jadi ia tidak pertimbangkan kerugian orang lain tidak tepruji, kalau bermanfaat bagi orang lain bagi diri sendiri tidak merugikan kedua belah pihak, praktik memberi misalnya naik kereta api ketika ada penumpang lain datang kita berikan tempat duduk, itu perbuatan baik supaya nenek / kakek itu jadi bisa praktik ajaran duduk meditasi mendengarkan ajaran, bisa tercerahkan mengembangkan metta itu perbuatan baik perbuatan tubuh, seperti tempat duduk berdana segelas air putih itu ada manfaat praktik pada orang tua, kembangkan kedermawanan persembahan air minum kedua belah pihak senang, karena sudah berbuat baik sama halnya seperti dikereta tadi ada 2 belah pihak yang bahagia tentu masih banyak sekali, tujuan perbuatan baik tersebut.

            Ketika Sang Buddha menjelang parinibbana, ada dalam mahaparinibbana sutta ada tidak yang masih belum jelas, namun waktu itu sampai 3x tidak ada yang bertanya sudah dianggap paham, yang menjadi guru setelah Buddha parinibbana. Dhamma & vinaya tiada yang ditunjuk bukan individu, jadi dhamma & vinaya sebagai guru kita yang menjadi pewaris murid murid Sang Buddha, mampu tidak jadi pewaris ajaran buddha kalau tidak mau usaha & mengerti apa yang kita wariskan, satu generasi lalu ada generasi berikutnya hilang ajaran buddha yang sangat mulia, tidak digali ajaran itu semenjak Sang Buddha parinibbana masih ingat dhamma vinaya untuk ajaran, itu tidak hilang dituliskan dalam daun lontar naskah ajaran buddha diwariskan para bhikkhu sangha, juga umat awam awalnya hafalan lalu pikiran akan mudah tergiur hafalan hilang, itu terjadi masa masa cukup penting sehingga ada sampai sekarang kita sungguh sungguh dalam ajaran, kita semua punya pekerjaan cukup mulia dari sekte lain bhante  Maha Kasappa sebagai pewaris, itu dilihat dari cara hidup bhante Mahakasspa tapi sejatinya, kalau di mahaparinibbana sutta dhamma & vinaya guru apabila seorang bhikkhu ingin hendaknya, bercita cita seperti bhante Sariputta / bhante Mahamoggalana.

            Jika praktik kesederhanaan itu, bhante Kassapa tidak monton individu bhikkhu tidak ada pewaris langsung ditunjuk, kalau ada versi maupun pendapat yang bersangkutan rujukkan kita ada beragam versi cerita demikian, apa itu benar. Belum bisa mengatakan iya kalau versi mereka demikian itu, pendapat sesepuh mereka itu bisa iya / tidak bila sudah menemukan sumber kita jadi bisa bahas lagi, dhamma & vinaya itu objek warisan kita adalah pewaris perlu kita jadi pewaris yang baik, ada 4 kelompok murid Sang Buddha bhikkhu bhikkhuni upasaka / upasika, tapi disisi Theravada ada terputus dalam silsilah bhikkhuni di Theravada Abhidhamma dhamma itu menyangkut luas vinaya, juga  ajaran tapi vinaya adalah aturan aturan dhamma itu adalah khotbah khotbah sang Buddha, sutta sutta sedangkan abhidhamma artinya ajaran yang lebih tinggi & luhur, inti khotbah itu jadilah abhidhamma jadi dulu sudah ada di dhamma & vinaya, lalu sudah dirangkumkanlah abhidhamma dulu ada ipa fisika kimia & biologi, itu sebenarnya sama pelajaran ipa fisika pelajaran bumi & geologi jadi dipisah agar dipahami, terjadi pada konsili konsili itu tidak sendiri merumuskan bersama sama agar jadi terpenuhi ajaran itu, ketika berdana praktik kedermawanan kebajikan memberi kalau praktik sila semua itu bisa menghasilkan kebajikan.

            Jadi dikenal kebajikan itu bisa dibuat, dari dana & sila bahwa jasa yang kita peroleh dari melaksanakan sila & dana, jadi kalau dikasih perumpamaan punya harta investasi dapat bunga bank / emas, dapat dana semua hasilnya berupa dana. Tiada beda oh beli investasi diperusahaan apa investasi emas, akhirnya jadi kaya sama halnya kebajikan ucapan anjuran kalau melakukan kejahatan, akan ada kondisi tidak baik jangan jadi orang pelit jangan doakan harapan orang lain celaka, kalau anjuran baik ini bisa peroleh hal hal manfaat kalau tidak dengar kita tidak bisa paksa, perbuatan kita baik untuk hindari perbuatan jahat itu perbuatan baik melalui ucapan diparitta, ada tidak yang tidak manfaat itu melatih perbuatan baik itu dari jasmani bila ada kesempatan membunuh kecoa, itu usir dari piring itu membiarkan makhluk hidup tidak celaka, mau bunuh dia bisa tapi kita tahan diri itu muncul dari perenungan akan cinta kasih kasih sayang, semua makhluk tapi jika ada kecoa dalam duduk mati itu tiada niat masih muncul penyesalan, karena merenungkan manfaat cinta kasih itu tidak akan ada hasil karma tapi supaya dikemudian hari, tidak mati harus hati hati kita butuh perhatian supaya makhluk itu tidak mati.

            Agar jadi mengalir kebajikan itu, diibaratkan petani mau buat air mengalir itu air yang bisa mengalir ke sawah, seperti petani yang mengalirkan air. Sama halnya kita tidak ada niat / sengaja membunuh praktik melatih sila, jadi berkembang tidak membunuh dengan sengaja  ada makhluk hidup, ada persepsi makhluk hidup ada niat juga usaha makhluk itu mati tapi ada niat bunuh seekor kucing, belum membunuh tapi menyakiti itu sudah ada penderitaan sakit jadi derita sakit, tidak perpendek umur tapi berbeda timbul welas asih ia bersumpah tidak mau membunuh jadi kecilkan, pembunuhan jangan sampai terjadi baik sekali kita bertekad melakukan hal yang bajik, itu bermanfaat jika ada rasa sesal baik kalau tiada rasa sesal itu jadi hal buruk, perbuatan buruk melalui pikiran niat jahat muncul perencanaan dengan racun itu ada niat, juga usaha itu melalui pikiran cara ia mati jadi niat buruk sudah ada tapi kita sadari, kita  sadar perbuatan buruk berlalu bisa dengar dhamma & nasihat ajaran itu bisa jadi pencegah agar tidak jadi, melalui ucapan / tubuh lalu penyesalan itu sudah jadi hasil sekuat apa niat mendasari buah pikiran itu kejam sekali.

            Kalau tidak kejam itu bisa lenyap hilang, kalau kita sadari perhatian tidak baik kita usaha hentikan pikiran itu baik, akibatnya penyesalan tidak percaya diri ketakutan akan dipukul orang, tidak kita lakukan tidak jadi buah karma eksternal. Tapi hanya dalam pikiran jadi mengenai perbuatan baik / buruk, melalui pikiran kita bisa sadari apalagi benci mikirkan orang jahat pada kita pusing, saat buah pikiran tiada manfaat itu muncul tidak lemah tidak muncul lagi, pikiran yang berlawanan marah pada seseorang ada omongan tidak enak gosip muncul amarah yang marah & sedih, diri sendiri daripada pikiran pikiran ini bisa kita amankan, semoga semua makhluk bebas dari derita lakukan perenungan positif kalau terbiasa kita tunggu dulu, kalau mengatakan saya buruk walau saya tiada buat buruk untuk apa saya emosi jadi tidak bawa hal negatif, jangan dibiarkan itu miliknya praktik hal hal baik memancarkan batin cinta kasih, semoga semua makhluk berbahagia semoga ia terbebas dari derita jadi ada benteng perlindungan kita, jika ada hal hal kabar miring.

            Tidak langsung benci mereka, kita bisa mengkaji tidak marah bisa memaafkan pancarkan pikrian positif, jika lakukan kesalahan menerima masukan terima kasih mau mengingatkan sehingga bisa perbaiki pikiran saya, tapi jika tidak salah saya berusaha melakukan hal bajik, tidak usah bertengkar cukup diam dulu. Apa yang ingin saya berubah jadi terjalin komunikasi yang baik, bisa seperti itu jadi hal hal yang baik bagi anak anak memperhatikan orang tua, bukan fisik saja tapi mental juga ia kaya raya bisa berikan harta benda tidak bantu rohani, itu belum cukup tapi jika kemampuan terbatas namun ia bisa mengarahkan orang tua dari tidak kenal ajaran, bisa praktik ajaran jadi bijak jadi seorang anak terpuji memberikan hal yang cukup, jadi manfaat punya pengertian pada Triratna tidak dalam satu kehidupan, bisa buat orang tua lahir bahagia karena kekuatan ajaranlah yang membantu jika ingin mmebantu, kasih nasehat praktik memberi mengurangi sifat kekikiran ini sangat dipuji oleh para bijaksana, sedang sakit diranjang kasih dulu pakaian ini pada orang tua ini pakaian mau mendanakan, pada orang yang lebih membutuhkan sekarang saya yang mewakili jadi saat ini hanya membantu jadi sepenuhnya kebajikan orang tua.

            Anak yang menjembatani pada ibu / bapak itu, saya mendanakan perbuatan itu terjadi sifat kikir / pelit dari orang tua, sifat pelit bisa dikurangi jadi praktik hal hal kedermawanan itu tiada berasa, lebih baik diberitahu dulu. Kalau jauh lewat telepon jadi bisa berbuat hal baik bisa ucapkan praktik sila, walau terbaring diranjang bertekad praktik pancasila buddhist itu melalui pikiran, berusaha tidak marah marah tidak gosip walau berbaring saya tidak bunuh makhluk hidup tidak mencuri, praktik sila 1-5 merenungkan bahagia walau sakit tidak perlu menderita ketika berbaring terima, jangan menderita arahkan pikiran kita kualitas dhamma itu apa saat saat sulit, tidak ada yang mampu mewakili kita kalau tiada pemahaman banyak orang mengeluh menyalahkan orang lain, saya terima kenyataan ini mau pancarkan metta karuna mudita & upphekka, itu jadi tiada menderita pikiran bingung saya saat mau meninggal merenungkan praktik ajaran, kalau tidak kita praktik saat ini tiada teman kita karma buruk & karma baik kita yang bawa, hal hal bermanfaat dhamma Sang Buddha syukur kita masih baik semua syukuri jadi kekuatan kita.

Komentar

Postingan Populer