MENENTUKAN DIRI SENDIRI BY BHANTE ADHICITTO

 

Semua yang kita tuju objek dalam berbuat baik, pergi ke vihara terjadi pada waktu Sang Buddha masih hidup, para bhikkhu berkumpul. Masa itu belum ada mobil dulu pakai kereta kuda / naik tandu, melewati perjalan yang cukup menantang jalan tidak merata ibu hamil itu tidak bisa ikut, cuman orang tuanya berangkat jalan namun dibatin ibu ini ingin hadir ke tempat pembabaran ajaran, ia naik ke atas teras rumah ia melihat ke arah vihara sedang berlangsung, lilin yang dinyalakan bisa lihat betapa jauh kegelapan malam jadi indah lampu yang dihiasi, ada sinar bulan purnama begitu menyenangkan fokuskan pikiran ke sana ibu ini karena ada kegiuran yang muncul, itu tubuhnya ringan terbang tiba tiba duduk ditempat yang bisa secara langsung pembabaran ajaran, karena kekuatan kegiuran bisa terangkat tubuh kita, jadi jasmani ringan hal ini tidak aneh waktu dulu era spiritual berkembang lalu ada era industri, dizaman dulu tidak aneh sekarang juga bisa asal kembangkan kegiuran.

            Para pembuat saluran air, bisa mengalirkan air pembuat panah melengkungkan busur panah pandai kayu melengkungkan kayu, roda kayu / keranjang lihat orang yang melengkungkan besi ada samanera, umurnya masih belia. Samanera 7-19 tahun kalau usia pada kesempatan itu, samanera Sukha bersama bhante Sariputta ikut pindapatta lalu ada muncul perenungan, seandainya bukan benda hidup bisa diarahkan lalu gimana dengan kita berarti bisa sangat dibentuk, lalu samanera ini minta izin kepada bhante Sariputta tidak ikut menerima dana mampu capai tingkat kesucian, melihat para tukang yang bekerja membuat saluran air, kita pun bisa membentuk batin / pikiran kita jadi baik menundukkan diri sendiri apa dengan jalan menunduk itu, tidak seperti itu luluhkan / tundukkan egoisme kesombongan muncul menganggap orang lain tidak hebat, dari diri kita memandang orang lain lemah jadi sombong kalau kita sudah lulus dari universitas, tidak jadi sombong tidak jadi orang yang lebih dari orang lain, karena setiap orang ada potensi yang bisa melebihi kemampuan kita seandainya mampu berbahasa inggris, tiada satupun orang yang bisa bahasa inggris kita banggakan diri, apa itu bermanfaat kita menunjukkan diri kita diatas orang lain.

            Itu tiada manfaat, kalau mampu mengajak orang lain bisa bahasa inggris walau bisa mengajar tidak perlu sombong, kalau sombong keangkuhan yang tinggi. Tidak mau dikritik diri dia sendiri, kasih tahu nasihat tidak terima rugi diri sendiri orang tahun 80an mahir dibidangnya kalau tidak mau belajar, tidak mau terima nasihat dari junior itu jadi tidak berkembang itu sifat kerugian keangkuhan, semakin tinggi belajar jadi sombong walau punya title itu bukan untuk disombongkan, itu bisa bermanfaat untuk orang lain mampu / membantu diri sendiri agar ada manfaat hasilnya bisa tercapai, jadi terbebas dari kesombongan kalau masih sombong kita masih belajar lagi, disamsara salah satu belenggu yang dihancurkan tingkat batin luhur, kesombongan perlu kita hancurkan minimal bisa sampai sottapanna pandangan akan diri itu bisa kita hancurkan, kalau belum kita harus berjuang lagi pandangan akan diri ini yang harus dilepaskan, ada pertikaian dalam keluarga apa yang melatarbelakangi karena aku yang didahulukan, ketika suami lembur baru pulang malam istri ngomel kenapa karena kepentingan / kewajiban tidak dipenuhi, itu bukan keingian dari aku kalau seandainya pulang sediakan air minum, tanyakan kabar ia telah melakukan kewajiban sebagai istri.

            Jadi pupuk kebajikan berusaha menundukkan egois, ia bisa menerima keadaan jadi muncul harmonis dalam keluarga, jadi saling perhatian dari cara ini bila sedikit saja mau menundukkan diri sendiri, sifat keakuan itu bisa hilang. Ada manfaat & kebahagiaan yang besar maka mereka yang budiman, yang berbudi menundukkan diri sendiri siapapun yang mampu ia sebagai pemenang, menundukkan diri sendiri siapapun yang mampu ia sebagai pemenang menundukkan diri sendiri, ia pemenang sejati melebihi panglima perang tidak melukai tidak membunuh siapapun, bahkan mampu menghancurkan kekotoran batin ia peroleh kemenangan sejati, tidak bisa dihancurkan oleh siapapun tidak bisa menghancurkan orang yang sudah capai pembebasan kemuliaan & keluhuran batin, itu baik mulai merangkak dulu tidak bisa langsung, bayi yang lahir merangkak dulu lalu berjalan berdiri kita juga demikian belajar vinaya & dhamma untuk capai kebahagiaan, dari pembebasan perlu kita renungkan punya persepsi bosan, kejenuhan punya persepsi bosan kejenuhan penderitaan ini itu awal dari pembebasan, kalau belum ada kita mengejar yang bersifat duniawi & diatas duniawi.

            Lalu apa salah dapat kebahagiaan duniawi, ada yang patut dikejar apabila ada kesenangan bisa dinikmati, pikiran kualitas mental baik turun. Itu penderitaan makin panjang nikmati 5 indrawi, ada kenikmatan boleh tidak kita nikmati ada obat yang merangsang pikiran nyaman, itu merusak membuat waspada turun maka kenikmatan tidak usah dikejar kalau buat kualitas batin bajik berkembang, kebahagiaan apa yang dicerap oleh pikiran kembangkan konsentrasi itu kebahagiaan yang boleh, kita cari kita bisa lihat perbedaan kenikmatan meditasi & kenikmatan duniawi, mana yang lebih nyaman dari batin tidak usah diiming imingi lagi batin meditasi, ketika sudah capai hasil nyaman fisiknya tidak lakukan apapun tapi itu sudah dapat hal enak, itu bukan tujuan itu jhana bisa diibaratkan diri kita bahagia tidak rugikan siapapun, jika tidak diarahkan maka akan jadi negatif condong merusak kekotoran batin marah & walau hal yang positif, jadi tenang mau tidak mau punya beban kita mengurangi kekotoran batin, kita ada sebab yang menderita harus kita hancurkan kekotoran batin itu setelah direnungkan melatih diri, dengan cara melakukan hal baik untuk meditasi & berbuat hal hal yang baik, semoga mencapai kebahagiaan semua semoga semua makhluk berbahagia sadhu sadhu sadhu.

Komentar

Postingan Populer