MUGHAPAKKHA TEMIYA SUTTA CERITA TENTANG PANGERAN MUGHAPAKKHA TEMIYA ADDHITANA PARAMI TEKAD BY UNKNOWN
Pada saat itu bodhisatta terlahir di keluarga kerajaan, yang bernama pangeran temiya yang tekenal juga dengan nama mughapakkha, ketika ia berusia 1 bulan dan sedang digendong oleh ayahnya, ia mengetahui bahwa raja akan menghukum 4 pencuri meskipun masih bayi, ia mengetahui. Bahwa ayahnya akan mendapatkan karma buruk karena kepemimpinannya, sebagai seorang raja yang menjatuhkan hukuman kepada keempat pencuri itu pada keesokan harinya, ketika ia sedang tidur diteras istana ia teringat kembali dengan kehidupannya pada masa yang lampau. Ia mengetahui mengapa ia terlahir di alam yang kurang baik pada kehidupannya pada masa yang lampau karena ia melakukan karma buruk ketika ia memerintah sebagai seorang raja. Ia lalu betekad untuk keluar dari kerajaan.
Dewi penjaga teras istana yang menjadi ibunya, pada kelahirannya yang lampau menasehatinya anakku sayang, kamu dapat bertekad untuk berlaku seperti orang lumpuh meskipun tidak lumpuh, belaku seperti orang bodoh. Meskipun tidak bodoh dan berlaku sebagai orang tuli meskipun tidak tuli, kedua orang tuanya yang baik hati selalu menemani dan merawatnya berkata anakku sayang, temiya kami tahu dengan baik kalau kamu ini tidaklah lumpuh, tidak bodoh dan tidak tuli karena muka kuping dan kakimu tidak seperti orang cacat kami merindukan dan menyayangimu anakku, janganlah mengecewakan kami jagalah nama baik keluarga kita, tetapi tekad yang membaja dari temiya membuatnya tetap berdiam diri, ia berlaku seperti tidak mendengar perkataan kedua orang tuanya.
Raja tidak dapat lagi menerima kenyataan ini, ia lalu menjadi amat marah dan lalu memerintahkan untuk menyeret pangeran keluar, dari pintu belakang istana dan menguburnya hidup hidup, ratu amat sedih dan berduka mendengar perintah raja pada hari ulang tahun pangeran temiya yang ke 16 ini, ia lalu menghampiri raja. Mengingatkan dan memohon supaya raja mau mengampuni, pangeran dan menunda pelaksanaan hukuman yang telah dijatuhkan selama 7 hari lamanya, dengan amat sulit ratu berusaha untuk menenangkan raja dan juga membujuk anaknya, supaya dalam 6 hari pangeran temiya mengubah perilakunya, tetapi ratu gagal, pada hari ke 6 raja memerintah kepada kusir kudanya dengan berkata besok, kamu harus menyeret anak itu ke pekuburan gali lubang disana, pukul kepalanya dan kuburlah dia.
Ratu yang malang tidak sanggup mendengar perintah raja itu, ia lalu mendatangi anaknya untuk menyampaikan, perintah raja. Pangeran temiya amat kaget mendegar berita duka itu, tetapi ia bahagia tekadnya yang kuat untuk diam selama 16 tahun telah berhasil ratu amat bersedih dan berduka, kusir kuda tetap menyeret pangeran meskipun dihalangi oleh ratu yang menangis dan meratap-ratap, karena kesedihan inilah waktu yang amat kritis bagi pangeran yang suci itu, ia lalu berpikir tentang ibu yang amat dikasihinya kalau aku tidak bicara sekarang maka ibuku amat sangat menderita, tetapi kalau aku bicara maka tekadku selama 16 tahun tidak ada artinya lagi, semoga dengan aku tetap diam membawa kebahagiaan untuk kedua orang tuaku.
Dalam hal ini bodhisatta lebih mempertahankan, tekad yang kuat itu meskipun ia amat menyayangi ibunya, kebuatan tekadnya yang kuat. Akan membawa kebahagiaan untuk semuanya, kusir kuda itu lalu menyeret pangeran dalam gerobak dan berhenti di dekat pekuburan, ia lalu meninggalkan pangeran dan mulai menggali lubang seketika itu juga pangeran bangkit berdiri, lalu berjalan mengampiri kusir kuda yang sedang menggali lubang kusir itu sangat terkejut melihat, pangeran amat sehat dan gagah sekali pangeran temiya lalu memutuskan untuk tetap tinggal di hutan, kusir kuda lalu balik ke istana melaporkan apa yang telah tejadi kepada raja dan ratu, pangeran lalu hidup sebagai seorang pertapa dan banyak orang yang menjadi pengikutnya.
Setelah penerangan sempurna, yms buddha berkata aku bukan tidak suka kepada ibu dan ayahku, bukan pula untuk kemenanganku. Tetapi aku lebih mengetahui karena itulah aku bertekad.
Komentar
Posting Komentar