BAGAIMANA BERBAKTI PADA SEORANG GURU SPIRITUAL BY KO ANDI
Keagungan ajaran dimana berasal, kualitas apa yang dimiliki cara mempelajari dalam ajaran tentu pada saat bertumpu pada guru spiritual, kita perlu mengenali kualitas kualitas beliau, hingga mencapai kualitas terunggul. Andalkan guru yang disiplin bersemangat memiliki pengetahuan yang mendalam, ini kualitas yang layak jadi objek bertemu pada spiritual kenapa butuh pembimbing, karena kalau tiada pembimbing tidak pas agar bisa melakukan hal yang baik, bukan hanya tindakan tapi kita butuh seorang guru dalam latihan walau kita memiliki batin, kita belum memahaminya sangat penting menemukan seorang guru yang tepat, harus ada karakter ideal sesuatu yang unggul harus dibarengi dengan bhavana kualitas murid yang tepat, selain analisa seorang guru kita juga harus analisa diri kita beliau harus yang sudah mendisiplinkan dirinya, sudah jaga sila dengan baik itu bisa layak jadi seorang guru, karena itu sangat penting kita tahu guru yang baik memakai jubah apakah seorang guru sudah laksanakan sila dengan baik, apabila ada sepuluh hal ini kita berusaha disekitar beliau, kalau ada kualitas yang baik kita harus lihat kapasitas diri kita tentu saja kita tidak ingin langsung sandarkan hidup kita.
Rela berikan waktu kita pada orang yang sangat kita yakini, bisa interaksi langsung itu sangat baik, kita bisa lihat sifat baik buru kita. Kalau ada hal tidak baik bisa hancurkan keyakinan pada guru kita, mereka yang telah berdisiplin seseorang yang telah melakukan sila dengan baik rampungnya latihan konsentrasi meditatif, karena kecendrungan kita akan melihat hal hal negatif, kualitas gurunya baik tapi ada emosi kita akan menjauh kita harus lihat furu yang sangat bersifat tenang, lalu gimana guru yang berpaling dari perbuatan salah lihat lagi dalam keseharian guru, oh beliau sudah lewatkan dalam hal hal bajik itulah yang sudah pas, dengan lewatkan guru yang tepat kadang sangat sulit jika ada guru yang tidak tenang bukan berarti, beliau tidak beres dalam meditasi.
Apa selalu marah / selalu tenang, itu kondisi yang kita lihat dalam film pasti berbeda karakternya apa, dalam kualitas hal bajik / mindset yang bajik. Kenyataan kita bisa berbuat baik dengan cara diingatkan kembali, beliau yang sudah sepenuhnya tentram bisa lihat secara tepat dari ketenangan meditative, munculnya kebijaksanaan tapi hanya kemampuan seperti itu tidak cukup harus juga dengan ketentuan kitab suci, ajaran ini dari siapa harus mengacu hal ajaran yang sudah teruji, bukan ajaran baru tapi ajaran yang sudah teruji pengetahuan berdasarkan kitab, itu bisa pada jalan yang sama kalau berbeda akan sulit berkembang batin kita sering kali menemukan jalan buntu, harus yang berpengetahuan mereka yang memiliki kualitas baik menemukan guru yang bersemangat, mereka tetap bersemangat menemukan ajaran.
Mereka tidak lakukan dengan terpaksa, senantiasa bersemangat itu kualitas yang tepat memenuhi satu syarat yang pas, harus ada cinta kasih. Yakin memiliki niat baik pada kita keadaan itu tidak sesuai dengan bayangan kita, yang terjadi berbeda senantiasa menghukum kita kalau tidak yakin pada welas asih, itu seperti melatih kesalahan saya pribadi sering kali berbeda, suhu bhadra ruci jadi guru saya seperti ingin berikan makanan sebaliknya memarahi kita tapi kalau ada mindset yang berbeda, dengan welas asih yang berbeda bisa jadi tumbuhkan kesombongan, beliau dengan sengaja tidak memberi dengan menerima senang hati itu bisa tinggi ego kita.
Ketika meyakini welas asih yang besar, itu sering banget kita ketemu kondisi ini kondisi sulit yang kita terima, hanya berniat baik. Itu semata mata menyukai kita bukan membenci kita ada juga yang diterima dengan baik, mungkin akan sulit kita terima kenapa pemberian yang lebih besar, tapi pemberian yang lebih kecil diterima oleh guru kita jadi ada pandangan salah, dia membenci saya ini poin yang kita sadari kalau ada pikiran buruk itu akan bahaya sekali, apalagi jika esensi buddha itu bahaya sekali berarti buddha pemikiran yang tidak terhingga, dalam buat hal bajik mungkin sering kita ulang jangan sampai lupa waktu kita sudah serng diulang, tapi kita belum sadari tiada satupun yang kondisi ideal.
Pada saat bertumpu guru spiritual, bahkan pada saat tinggal bersama pasti tiada yang ideal tetap ada yang harus kita lakukan, cobalah kita mengubah kenyataan itu berbeda sangat sulit bertumpu pada guru spiritual, ketika kita berhadapan langsung. Itu akan berbeda ketika ia mengikuti guru tidak pernah bolos, oh sudah berganti guru kenapa karena dia kecewa saya telah membuat semua untukmu, tapi tidak peduli pada saya lalu kita buang dia dengan marah juga kecewa terhadapnya, apalagi jika sudah ambil sumpah bodhisattva aktivitas apapun yang dilakukan demi semua makhluk.
Kalau kita tidak yakin gagal pada guru kita, itu halnya sangat besar aktivitas karma buruk kita, tapi dalam sadari kita gagal. Bisa jadi pintu pencerahan / pintu yang bukan menuju pencerahan ada satu pertanyaan, kenapa saya mau bertumpu yakinkan dulu kita ketemu jawaban itu, bisa jadi basis kuat dalam menjalankan sulit hal yang dijalani bertumpu itu sangat sulit, saat ingin melakukanya tapi pikiran saya berfikir hal lain saya ingin makan tapi pegang hp, jadi tidak makan dengan baik bisa lupa makanan apa yang kita makan karena kilesha.
Jadi lupa makan, sudah pas padahal makan sedikit tapi makin gemuk karena tidak kunyah makanan dengan baik, motivasi yang tepat. Saya bertumpu pada seorang guru tapi sudah pas / belum, itu sangat sulit apalagi sudah banyak yang membuang beliau bukan kita tanyakan mereka meninggalkan beliau, tapi tanyakan mengapa saya mau bertahan itu yang paling penting, jadi walau bagaimanapun kita bertahan jadi seorang murid yang diandalkan memiliki pengetahuan mendalam, tentang realitas rampungnya pengetahuan / makna realitas itu berbeda, pemahaman kesunyatan tapi pengetahuan realitas itu ketanpaakuan dengan fenomena seorang buddha sudah mengatasi semua ketidaktahuan, kalau arahat bisa menembus ketanpaakuan dirinya, jadi seorang buddha sudah melihat sebagaimana adanya belum bisa lihat semua fenomena, jadi segala sesuatu itu fenomena itu kumpulan itu bisa dikatakan Sammasambuddha, memiliki pengetahuan realitas pemahaman tepat tanpa aku itu bisa berikan efek yang sama, realitas tertentu paling tidak kita tahu itu sebuah pengalaman.
Karena secara esensi, kita belum paham apa bisa secara jelas oh iya beliau sudah ada pemahaman ini, beliau harus mahir terhadap pembimbing guru gurunya. Ada perbedaan ras perbedaan umur bagaimana bisa memberikan pemahaman, juga telah meninggalkan keputusasaan tidak semua murid yang cerdas, tapi jika sudah tinggal rasa putus asa tidak mudah menyerah tapi tetap berusaha secara mahir, ketika sesi kelas itu berbeda tapi akan berikan pengetahuan yang berbeda, kita bisa lebih paham itu dengan berinteraksi langsung kalau hanya andalkan ajaran beliau, Rinpoche keluar pakai baju biasa ya tahu ajaran yang pasti itu sebenarnya kondisi ideal, tapi kita bisa lihat dalam hidup sehari hari kita juga berinteraksi langsung, ego kita yang bicara banyak poin yang berbeda poin ini tidak bisa kita dapatkan kita tidak bisa berinteraksi dari jauh, tapi bisa dengan beliau yang dekat kalau jarak jauh jadi tidak real, itu sepuluh kualitas yang selayaknya ditempuh pada seorang guru spiritual dizaman ini, ada banyak penghalang jauh lebih sulit dalam bertemu seorang guru luar biasa, kita gagal mengenal dia memakai baju biasa baca salah jadi itu tiada keyakinan lagi semoga semua berbahagia.
Komentar
Posting Komentar