AGAMA BUDDHA & TRADISI BY Y.M BHANTE RATANADHIRO
Beberapa hari lagi seluruh dunia, komunitas tionghoa akan merayakan tahun baru imlek banyak anjuran, tidak merayakan imlek yang mengundang keramaian / kerumunan ini salah satu upaya, untuk jaga protokol kesehatan. Terlepas dari imlek yang muncul dimana saja banyak tradisi lain, seperti tradisi puja bakti itu suatu tradaisi tidak ada Sang Buddha mengatakan puja bakti itu hanya turun temurun, ini lebih banyak eksis di Indonesia puja bakti tidak lengkap, disini namakara gatha vandana meditasi meminta sila khotbah dhamma dedikasi & penutup itu ciri khas, mungkin ditempat lain hanya simpel tidak formal itu salah satu hal istimewa puja baktinya lengkap & formal, bahkan jadi acuan kalau kita lihat secara mendalam ada sisi positifnya, juga kalau hanya berpikir tradisi hanya tradisi berarti belum dapat manfaat kalau sudah melakukan puja bakti, damai bahagia timbunan kebajikan itu bisa mendukung kita puja bakti, tiada rugi itu banyak sekali kebajikan maka puja bakti sangat bermanfaat ada dalam satu sutta, memang ada beberapa pandangan seseorang melihat tradisi secara turun temurun dia yakin, kesukaannya bisa juga dalam sebuah teori jangan langsung percaya dengan tradisi, tahun baru imlek boleh dilakukan selama tradisi itu memberikan manfaat buat kita & orang lain tiada masalah, tapi kalau merugikan jangan melakukan tradisi harus ada manfaat.
Karena itu kunci penting dalam berbuat baik, boleh saja asal mengerti & yakin tradisi bermanfaat buat kita banyak yang melatih atthasila, pada zaman brahmana itu sudah ada pada zaman sebelum buddha juga, Sang Buddha bilang iu baik. Upphosatta sila itu menjalankan tradisi fangshen melepaskan satwa, yang kesulitan hidup / mengalami penderitaan kita banyak mengadopsi tradisi dari luar, sebulan pendalaman dhamma banyak beberapa vihara yang ada di Indonesia perayaan detik detik waisak hanya di Indonesia, tempat lain tidak ada itu baik juga maupuja bakti, meditasi berbuat baik pas detik detik waisak datang ke vihara berdana meditasi ikut berbuat baik, semua kegiatan tersebut semua tradisi sangat baik untuk mengembangkan kebajikan kalau tiada manfaat / rugi, sebaiknya kita pikirkan kembali tradisi sembahyang membunuh hewan & persembahkan dimeja altar, itu tidak sesuai dengan sila pertama harus dipertimbangkan lagi, tidak jadi beban dalam batin apa ada alternatif lain bagi para bhikkhu tradisi pindapatta, ini dari tradisi para buddha berjalan membawa mangkuk dari desa ke desa lagi itu namanya pindapatta, mengumpulkan makanan dengan jalan kaki ngerti / tidak dana makanan setelah dikasih pergi, kalau cukup akan pulang ke vihara.
Karena para bhikkhu tidak boleh membeli / memasak, hidupnya dari para umat dinegara buddhist para bhikkhu pindapatta, masa musim hujan tidak banyak pergi keluar 3-4 bulan tradisinya baik sekali, kondisi jalan tidak cocok untuk jalan. Bisa juga menginjak binatang binatang kecil / menginjak tumbuh tumbuhan, meski bukan makhluk hidup karena tumbuhan punya indra itu kepercayaan orang india, meski dalam buddhist tidak dianggap makhluk hidup tapi tetap sayang jika diinjak, memberikan anumodana selesai memberikan anumodana selesai memberikan persembahan, ada pembacaan paritta anumodana bahagia buat kita para bhikkhu juga, baca paritta singkat abis makan umat bisa langsung mendengarkan baca anumodana juga, masih banyak yang lain jadi agama buddha dengan tradisi tidak bisa dipisahkan, siapapun umat buddhaboleh menjalankan tradisi untuk yang bisa bermanfaat terus menambah kebajikan mengurangi kejahatan, juga mengembangkan batin kalau tiada manfaat / merugikan, itu jangan dijalankan para bhikkhu tidak diperkenankan menyalakan api itu bisa timbulkan risiko, bisa mmebakar tumbuh tumbuhan / bisa mengakibatkan kebakaran hutan, bisa membunuh makhluk hidup dengan pindapatta tidak usah memasak itu diberikan pada umat, karena berjalan & mengumpulkan makanan kalau tiada orang lagi musibah pandemi / paceklik, para bhikkhu boleh memetik buah sendiri sebenarnya tidak boleh, tapi itu untuk mempertahankan hidup alasannya seperti itu.
Karena bisa membahayakan banyak makhluk, sebelum imlek ada tradisi sembahyang leluhur dibuat sebuah upacara khusus, makan itu tradisi imlek. Apa boleh dana makanan ke vihara boleh juga untuk siapapun boleh, tetapi untuk pelimpahan jasa ingat kepada leluhurnya setelah berbuat baik, ingat untuk pelimpahan jasa itu wajib & diharuskan sebagai tanggung jawab bukan hanya meja altar leluhur, selagi masih ada hal baik juga melakukan pelimpahan jasa dalam buddhist, tiada untuk dalam istilah ajaran buddhist karena ada di Indonesia ada tapi dalam buddhisme belum ada / tidak ada, karena tiada ungkapn rasa syukur karena membandingkan sakit covid, itu dalam buddhist pembandingan suatu bentuk kilesha mana lebih rendah tinggi, bukan hanya sombong merasa sama juga itu mana / perbandingan karena ada konsep aku, kilesha sebenarnya dalam buddhist tiada konsep bersyukur kilesha itu juga harus dihilangkan itu kilesha halus sombong, itu yang diperjuangkan dalam hal hal suci ada rasa puas dengan apa yang ada, puas dengan apa yang dimiliki saat ini saya puas dengan kondisi sekarang meski ada rasa tidak enak, puas tiada ingin sesuatu yang tiada saya dapat hasil itu terima saja kalau mau lebih, jadi timbul rasa serakah bersyukur dengan rasa puas boleh punya cita cita / target.
Boleh dicari jika mampu, boleh saja target umat buddha sottapanna harapan cita cita keinginan boleh & kita coba berjuang terus, jika tidak capai kesucian. Puaslah pada masa sekarang bersyukur ala buddhist adalah rasa puas / santuti, dalam setiap puja bakti ada baca paritta singkat namo tassa, itu suatu tradisi juga untuk mengingat ajaran dari para bhikkhu mulai dihafal & dituliskan didaun lontar, ada teks / kitab suci baca paritta itu kita tahu bisa juga buat pikiran kita fokus & tenang, batin fokus pada kata kata yang baik dengan baca paritta bisa memberitahu orang lain, seperti berbagi ajaran dari yang belum tahu jadi tahu lalu bagaimana untuk pelimpahan jasa, setelah baca paritta melalui tindakan tidak mungkin sambil tidur tiduran / masak juga, ada sifat yang baik melalui perbuatan juga ucapan yang baik kita mengulang khotbah Sang Buddha, pikiran kita fokus kalau semua baik itu merupakan karma baik bisa dilimpahkan, mengembangkan cinta kasih juga melakukan perbuatan baik semua itu banyak perbuatan baik, hingga bisa pelimpahan jasa memang sudah dilakukan tadi itu sudah tepat, carilah yang sudah jadi bangkai tiada pesan daging bangkai prsembahkan bukan pembunuhan itu boleh, memang bisa dilakukan tiada rencana juga tidak lakukan pembunuhan bisa juga yang tiada daging, ada satu tradisi juga pada saat upphosatta di Tiongkok tiada daging pada ceit / capgow, ada ciacay memakan makanan hasil upphosatta ciacay tidak sama dengan vegetarian, kalau vegetarian shucay tradisi tiada penderitaan juga tidak langgar sila boleh boleh saja dilakukan dengan ambil jalan tengah.
Bukan konflik daripada ribut, cari jalan tengah bisa menyesuaikan diri keluarga masing masing tradisi, memang dalam literaturnya disebutkan. Bahwa yang bisa memungkinkan manffat besar, pelimpahan jasa makhluk peta apa lahir ditempat lain bisa tidak bisa juga cuman kecil, mungkin tidak terasa manfaatnya kita bertemu orang kelaparan haus juga makan & minum habis, kalau sudah kenyang makan sedikit saja makhluk peta itu selalu lapar & haus kalau kondisi sesuai, itu sangat bermanfaat sudah hafal sutta ikut bahagia tahu berbuat baik, itu hanya kecil kita pelimpahan jasa ke mereka dialam dewa bisa bahagia manfaat kecil sekali, itu tergantung pada kadarnya binatang juga asura neraka peta itu lebih kerasa kalau ke alam dewa sedikit, paling bermanfaat makhluk peta bisa alam yang lebih baik juga bahagia jika masuk alam baik aman, meskipun bisa kembali ke alam peta sehingga leluhur dialam peta bahagia, khususnya peta lebih membutuhkan cara menasehati teman emosi menasehati diri sendiri, untuk tidak terganggu orang lain kenapa melihat keluar karena masalah kita itu dalam diri, kita harus menasehati diri kita dulu itu bukan sebuah gangguan teman kita emosi satu hal, tapi batin kita tenang aman kita bisa tenang itu bisa dengan meditasi kita jangan ikutikutan emosi, ia sedang menderita kita justru kasihan pasti ada sebab yang buat emosi selesaikan sebab itu, baru kita nasehati dengna baik kita kasih solusi kita lihat dulu ke dalam, baru bisa berikan solusi.
Sebenarnya tidak salah umat bertanya pada bhikkhu, bhante sukanya apa itu tidak salah kalau minta itu salah, kalau menawarkan dana itu boleh kalau meminta tidak etis itu tidak boleh meminta, disadari saja lagi latihan lengah. Tapi sebenarnya tidak boleh meminta dikasih apa terima tidak boleh meminta, memang terkadang butuh sesuatu dengan cara yang halus ada sinyal tidak minta, seperti haus baru kasih minum dimaklumi saja kalau merasa mampu tiada masalah, bhantenya mau makan apa itu prinsipnya menerima kalau kondisi itu tiada masalah bhantenya mau makan apa, itu prinsipnya menerima kalau kondisi itu tiada masalah boleh berdana, kadang umat bingung kalau dihutan berbeda kebutuhan bertanya seperti itu umat bisa paravana, hal kesanggupan untuk memberikan hal hal yang memnuhi kebutuhan para bhikkhu, asal umat request paravana boleh bisa memberikan tiada masalah kita yang menyatakan, bukan hanya makanan kendaraan obat apapun bisa dalam hal paravana boleh sembahyang itu baik, simbol seperti buddha rupang keris itu boleh hanya simbol Sang Buddha kita juga mengingat bukan pusaka, tapi kenangan kepada orang tua kita bisa termotivasi mengingat pelimpahan jasa, boleh sembahyang jangan lupa persembahan jasa ingat keluarga sembahyang & pelimpahan jasa,menjalankan tradisi & manfaat.
Harus ada unsur buddhist, meditasi pelimpahan jasa itu baik sekali jangan melekat tetapi ingat berbuat baik, mau ada objek / tidak ada objek itu buat fokus & semangat dimanapun bisa baca paritta, meditasi, & pelimpahan jasa. Kalau ada kutu pergilah ke dokter hewan coba dimandiin, rawatlah dengan baik hewan peliharaan kita cari dokter hewan tidak usah membunuh cari yang bisa mengobati, cara mengingatkan orang yang merasa benar ingat diri kita dulu, bahwa sifatnya seperti itu maklum setiap orang berbeda sifatnya kita jadi lebih bijaksana bisa membuka pandangan kita, banyak karakter yang berbeda beda kita harus hatihati jangan sampai terpengaruh, kita punya pilihan merasa benar sendiri akan sulit mengubah sifat orang lain, kita bisa rubah sifat diri kita terima keadaan lebih baik jika bisa menyadarkan butuh cara / upaya yang sesuai, tergantung cara kita memberitahu mengubah sifat buruk butuh usaha selalu mencoba, jika ingin rubah orang lain rubah diri sendiri minus tidak bisa dilawan dengan hal negatif, harus dibalas dengan positif rubah diri sendiri bisa berikan kebahagiaan itu, kalau baik selesai kalau belum bisa lebih berubah.
Konsep tidak membunuh makhluk hidup pada satu makhluk hidup, punya niat melakukan pembunuhan makhluk itu mati, jadi dikatakan sudah pembunuhan. Itu melanggar sila pertama, kalau tiada niat itu bukan pembunuhan kalau satu tidak lengkap itu bukan pembunuhan ada makhluk hidup, upaya niat makhluk itu meninggal baru bisa dikatakan pembunuhan apa itu sembahyang, selama ini sembahyang kebanyakan orang pasang hio apa yang dipikirkan bukan ritual, apa yang kita ucapkan itu mana yang penting sembahyang leluhur bukan usia tua / masih muda, mau sembahyang dikasih tahu masih muda baiknya ornag lebih tua tidak usah dibantah, kita hargai kalau sudah paham ajaran mau muda tua janin itu jadi makhluk lain dialam berikutnya, dalam buddhist ada jeda kalau dalam tradisi theravada boleh boleh saja sembahyang, baca paritta meditasi mengenang kembali kebajikan kebajikan itu tetap semua harus ada pelimpahan jasa, tukaran coklat tukaran makanan boleh boleh saja itu tradisi dari barat, boleh ikut tradisi ada tidak manfaat ada manfaat berbuat baik melalui berdana kasih makanan parsel / hamper, dll boleh boleh saja berbuat baik.
Tukar tukaran itu ikhlas, memberi dengan baik dana bisa beri manfaat buat kita jadi tukeran langsung berbuah karma baik, lebih dari itu lakukan semua kebajikan penuh dengan keyakinan & bijaksana, bukan tradisi tapi esensi buat banyak makhluk. Ada cinta kasih & kasih sayang kita tahu esensi ada manfaat, bisa membawa kita bahagia bukan duniawi tapi juga bisa untuk bermanfaat dalam menempuh nibbana, kalau mati secara alami itu sudah tua dagingnya alot mana bisa / layak dimakan, tapi memang pada dasarnya mau makan / tidak makan daging pembunuhan itu memang sudah ada, kondisi membunuh juga buktinya makan sayuran yang tidak alami juga dibasmi, pembunuhan juga mendukung pembunuhan tidak logis sayur juga ada tanpa kita tahu, tapi misal ada membeli daging bukan membunuh kita tidak pusing tahunya sudah mati, ingin makan daging seperti itu tidak makan daging boleh saja bukan mengurangi pembunuhan, pilihan untuk hidup bisa makan dengan tenang ada beragam tujuan makan supaya kita hidup, tiada menentukan baik / buruk untuk kita bukan dari daging tiada niat membunuh & boleh boleh saja, jarang makan daging bisa diganti dengan hal lain.
Buruk untuk kita bukan dari daging, ada niat membunuh boleh boleh saja jarang makan daging bisa diganti dengan hal lain, meditasi bisa kita amati sadari. Ada rasa sedih senang gatal capek, itu bisa lenyap tidak abadi / tidak kekal kita tahu diri kita sendiri semua berubah tubuh jasmani tidak kekal, bisa meninggal setiap waktu berubah bisa sakit & sehat tidak bisa disetting, jangan kena covid itu tidak bisa yang penting bisa hidup berjuang dengna sungguh sungguh meditasi, bijaksana juga mengenal diri sendiri punya sifat kita tahu jadi sering melihat tindakan kita, orang bijaksana mudah juga kenal diri sendiri & juga untuk orang lain juga, jadi intinya kita harus lebih bijaksana dalam melakukan segala aktivitas yang baik semoga dhamma bisa semakin maju & ajaran selalu maju dibuat hal hal yang baik & bahagia mencapai semua ajaran, semoga semua sehat sejahtera & bahagia terbebas dari dukkha sadhu sadhu sadhu semoga bahagia.
Komentar
Posting Komentar