PENGAJARAN DHAMMA BY UNKNOWN
Kemudian, para bhikkhu, ketika aku telah menetap di uruvelā selama yang aku inginkan, aku melakukan perjalanan secara bertahap menuju benares. Antara gayā dan tempat pencerahan, ājīvaka upaka melihatku dalam perjalanan itu dan berkata: ‘teman, indriamu cerah, warna kulitmu bersih dan cemerlang. Di bawah siapakah engkau meninggalkan keduniawian, teman? Siapakah gurumu? Dhamma siapakah yang engkau anut? Aku menjawab ājīvaka upaka dalam syair aku adalah seorang yang telah melampaui segalanya, pengenal segalanya, tidak ternoda di antara segalanya meninggalkan segalanya terbebaskan dalam lenyapnya keinginan. Setelah mengetahui semua in bagi diriku, siapakah yang harus kutunjuk sebagai guru? Aku tidak memiliki guru, dan seseorang yang setara denganku tidak ada di segala alam bersama dengan semua dewanya, karena aku tidak memiliki siapapun yang dapat menandingiku.
Aku adalah yang sempurna di dunia ini, aku adalah guru tertinggi aku sendiri adalah seorang yang tercerahkan sempurna, yang api-apinya telah padam.aku pergi sekarang menuju kota kāsi untuk memutar roda dhamma dalam dunia yang telah buta aku pergi untuk menabuh tambur keabadian dengan pengakuanmu, teman, engkau pasti adalah pemenang segalanya para pemenang adalah mereka yang sepertiku yang telah memenangkan penghancuran noda-noda aku telah menaklukkan segala kondisi jahat, oleh karena itu, upaka, aku adalah pemenang.
Ketika ini dikatakan, ājīvaka upaka berkata: ‘semoga demikian, teman.’ dengan menggelengkan kepala, ia berjalan melalui jalan kecil dan pergi. Kemudian, para bhikkhu, dengan berjalan secara bertahap, aku akhirnya sampai di benares, taman rusa di isipatana, dan aku mendekati para bhikkhu dari kelompok lima. Dari jauh para bhikkhu melihatku mendekat, dan mereka sepakat: ‘teman-teman, telah datang petapa gotama yang hidup dalam kemewahan, yang telah meninggalkan usahanya, dan kembali kepada kemewahan. Kita tidak perlu memberi hormat kepadanya atau bangkit menyambutnya atau menerima mangkuk dan jubah luarnya. Tetapi sebuah tempat duduk boleh disediakan untuknya. Jika ia menginginkan, ia boleh duduk.’ akan tetapi, ketika aku mendekat, para bhikkhu itu tidak dapat mempertahankan kesepakatan mereka. Salah seorang datang menyambutku dan mengambil mangkuk dan jubah luarku, yang lain menyiapkan tempat duduk, dan yang lain lagi menyediakan air untuk membasuh kakiku; akan tetapi mereka menyapaku dengan nama dan sebagai ‘teman.
Kemudian aku memberitahu mereka: ‘para bhikkhu, jangan menyapa sang tathāgata dengan nama dan sebagai “teman.” Sang tathāgata adalah seorang yang sempurna, seorang yang tercerahkan sempurna. Dengarkanlah, para bhikkhu, keabadian telah dicapai. Aku akan memberikan instruksi kepada kalian, aku akan mengajarkan dhamma kepada kalian. Dengan mempraktikkan sesuai yang diinstruksikan, dengan menembusnya untuk kalian sendiri di sini dan saat ini melalui pengetahuan langsung, kalian akan segera memasuki dan berdiam dalam tujuan tertinggi kehidupan suci yang karenanya para anggota keluarga meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah.’
Ketika hal ini dikatakan, para bhikkhu dari kelompok lima itu menjawabku sebagai berikut: ‘teman gotama, dengan perilaku, praktik, dan pelaksanaan pertapaan keras yang engkau jalani, engkau tidak mencapai kondisi apapun yang melampaui manusia, tidak mencapai keluhuran apapun dalam pengetahuan dan penglihatan selayaknya para mulia. Karena sekarang engkau hidup dalam kemewahan, telah meninggalkan usahamu dan kembali kepada kemewahan, bagaimana mungkin engkau telah mencapai kondisi apapun yang melampaui manusia, telah mencapai keluhuran apapun dalam pengetahuan dan penglihatan selayaknya para mulia?’ ketika hal ini dikatakan, aku memberitahu mereka: ‘sang tathāgata tidak hidup dalam kemewahan, juga tidak meninggalkan usahanya dan tidak kembali kepada kemewahan. Sang tathāgata adalah yang sempurna, seorang yang tercerahkan sempurna. Dengarkanlah, para bhikkhu, keabadian telah dicapai … dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah.
Untuk ke dua kalinya para bhikkhu dari kelompok lima itu berkata kepadaku: ‘teman gotama … bagaimana mungkin engkau telah mencapai kondisi apapun yang melampaui manusia, telah mencapai keluhuran apapun dalam pengetahuan dan penglihatan selayaknya para mulia?’ untuk ke dua kalinya aku memberitahu mereka: ‘sang tathāgata tidak hidup dalam kemewahan … dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah.’ untuk ke tiga kalinya para bhikkhu dari kelompok lima itu berkata kepadaku: ‘teman gotama … bagaimana mungkin engkau telah mencapai kondisi apapun yang melampaui manusia, telah mencapai keluhuran apapun dalam pengetahuan dan penglihatan selayaknya para mulia?
Ketika hal ini dikatakan aku bertanya kepada mereka: ‘para bhikkhu, pernahkah kalian mendengar aku berkata seperti ini sebelumnya?’—‘tidak, yang mulia.’ – ‘para bhikkhu, sang tathāgata adalah seorang yang sempurna, seorang yang tercerahkan sempurna. Dengarkanlah, para bhikkhu, keabadian telah dicapai. Aku akan memberikan instruksi kepada kalian, aku akan mengajarkan dhamma kepada kalian. Dengan mempraktikkan sesuai yang diinstruksikan, dengan menembusnya untuk kalian sendiri di sini dan saat ini melalui pengetahuan langsung, kalian akan segera memasuki dan berdiam dalam tujuan tertinggi kehidupan suci yang karenanya para anggota keluarga meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah. Aku berhasil meyakinkan para bhikkhu dari kelompok lima. Kemudian aku kadang-kadang memberikan instruksi kepada dua bhikkhu sementara tiga lainnya mengumpulkan dana makanan, dan kami berenam bertahan hidup dari apa yang dibawa kembali oleh ketiga bhikkhu dari perjalanan mereka menerima dana makanan. Kadang-kadang aku memberikan instruksi kepada tiga bhikkhu sementara dua lainnya mengumpulkan dana makanan, dan kami berenam bertahan hidup dari apa yang dibawa kembali oleh kedua bhikkhu dari perjalanan mereka menerima dana makanan.
Kemudian para bhikkhu dari kelompok lima, setelah diajari dan diberikan instruksi olehku, dengan diri mereka sendiri tunduk pada kelahiran, setelah memahami bahaya dalam apa yang tunduk pada kelahiran, mencari keamanan tertinggi dari belenggu yang tidak terlahirkan, yaitu nibbāna, mencapai keamanan tertinggi dari belenggu yang tidak terlahirkan, yaitu nibbāna; dengan diri mereka sendiri tunduk pada penuaan, penyakit, kematian, dukacita, dan kekotoran, setelah memahami bahaya dalam apa yang tunduk pada penuaan, penyakit, kematian, dukacita, dan kekotoran, mencari keamanan tertinggi dari belenggu yang tidak mengalami penuaan, penyakit, kematian, dukacita, dan kekotoran, yaitu nibbāna, mereka mencapai keamanan tertinggi dari belenggu yang tidak mengalami penuaan, penyakit, kematian, dukacita, dan kekotoran, yaitu nibbāna. Pengetahuan dan penglihatan muncul pada mereka: ‘kebebasan kami tidak tergoyahkan; ini adalah kelahiran kami yang terakhir; sekarang tidak ada lagi penjelmaan makhluk yang baru.
Kenikmatan indria para bhikkhu, terdapat lima utas kenikmatan indria ini. Apakah lima ini? Bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan, dan disukai, berhubungan dengan keinginan indria, dan merangsang nafsu. Suara-suara yang dikenali oleh telinga … bau-bauan yang dikenali oleh hidung … rasa kecapan yang dikenali oleh lidah … objek-objek sentuhan yang dikenali oleh badan yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan, dan disukai, berhubungan dengan keinginan indria, dan merangsang nafsu. Ini adalah lima utas kenikmatan indria. Sehubungan dengan para petapa dan brahmana itu yang terikat dengan kelima utas kenikmatan indria ini, tergila-gila pada hal-hal ini, dan menyerah total pada hal-hal ini, dan yang menggunakannya tanpa melihat bahaya di dalam hal-hal ini atau tidak memahami jalan membebaskan diri dari hal-hal ini, dapat dipahami bahwa: ‘mereka telah menemui bencana, menemui kemalangan, yang jahat dapat melakukan apapun yang ia sukai terhadap mereka.’ misalkan seekor rusa hutan yang terbaring terikat di atas tumpukan jerat; dapat dipahami bahwa: ‘ia telah menemui bencana, ia telah menemui kemalangan, pemburu dapat melakukan apapun yang ia sukai terhadap rusa itu, dan ketika pemburu itu datang rusa itu tidak mampu pergi ke manapun yang ia inginkan.’ demikian pula, sehubungan dengan para petapa dan brahmana itu yang terikat dengan kelima utas kenikmatan indria ini … dapat dipahami bahwa: ‘mereka telah menemui bencana, menemui kemalangan, yang jahat dapat melakukan apapun yang ia sukai terhadap mereka.
Sehubungan dengan para petapa dan brahmana itu yang tidak terikat dengan kelima utas kenikmatan indria ini, tidak tergila-gila pada hal-hal ini, dan tidak menyerah total pada hal-hal ini, dan yang menggunakannya dengan melihat bahaya di dalam hal-hal ini dan memahami jalan membebaskan diri dari hal-hal ini, dapat dipahami bahwa: ‘mereka tidak menemui bencana, tidak menemui kemalangan, yang jahat tidak dapat melakukan apapun yang ia sukai terhadap mereka.’ misalkan seekor rusa hutan yang tidak terbaring terikat di atas tumpukan jerat; dapat dipahami bahwa: ‘ia tidak menemui bencana, ia tidak menemui kemalangan, pemburu tidak dapat melakukan apapun yang ia sukai terhadap rusa itu, dan ketika pemburu itu datang rusa itu mampu pergi ke manapun yang ia inginkan.’ demikian pula, sehubungan dengan para petapa dan brahmana itu yang tidak terikat dengan kelima utas kenikmatan indria ini … dapat dipahami bahwa: ‘mereka tidak menemui bencana, tidak menemui kemalangan, yang jahat tidak dapat melakukan apapun yang ia sukai terhadap mereka.
Misalkan seekor rusa hutan sedang mengembara di hutan belantara: ia berjalan tanpa takut, berdiri tanpa takut, duduk tanpa takut, berbaring tanpa takut. Mengapakah? Karena ia berada di luar jangkauan pemburu. Demikian pula, dengan cukup terasing dari kenikmatan indria, terasing dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna pertama, yang disertai dengan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan sukacita dan kenikmatan yang muncul dari keterasingan. Bhikkhu ini dikatakan telah membutakan Māra, menjadi tidak terlihat oleh si Jahat dengan mencabut mata Māra dari kesempatannya.
Kemudian, dengan menenangkan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna ke dua, yang memiliki keyakinan-diri dan keterpusatan pikiran tanpa awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan sukacita dan kenikmatan yang muncul dari konsentrasi. Bhikkhu ini dikatakan telah membutakan māra kemudian, dengan meluruhnya sukacita, seorang bhikkhu berdiam dalam keseimbangan, dan penuh perhatian dan waspada penuh, masih merasakan kenikmatan pada jasmani, ia memasuki dan berdiam dalam jhāna ke tiga, yang sehubungan dengannya para mulia mengatakan: ‘ia memiliki kediaman yang menyenangkan yang memiliki keseimbangan dan penuh perhatian.’ bhikkhu ini dikatakan telah membutakan māra.
Kemudian dengan meninggalkan kenikmatan dan kesakitan, dan dengan pelenyapan sebelumnya atas kegembiraan dan kesedihan, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna ke empat, yang memiliki bukan-kesakitan juga bukan-kenikmatan dan kemurnian perhatian karena keseimbangan. Bhikkhu ini dikatakan telah membutakan māra kemudian, dengan sepenuhnya melampaui persepsi bentuk, dengan lenyapnya persepsi kontak indria, dengan tanpa-perhatian pada persepsi keberagaman, menyadari bahwa ‘ruang adalah tanpa batas,’ seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam landasan ruang tanpa batas. Bhikkhu ini dikatakan telah membutakan māra.
Kemudian, dengan sepenuhnya melampaui landasan ruang tanpa batas, menyadari bahwa ‘kesadaran adalah tanpa batas,’ seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam landasan kesadaran tanpa batas. Bhikkhu ini dikatakan telah membutakan māra kemudian, dengan sepenuhnya melampaui landasan kesadaran tanpa batas, menyadari bahwa ‘tidak ada apa-apa,’ seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam landasan kekosongan. Bhikkhu ini dikatakan telah membutakan māra kemudian, dengan sepenuhnya melampaui landasan kekosongan, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Bhikkhu ini dikatakan telah membutakan māra, menjadi tidak terlihat oleh si jahat dengan mencabut mata māra dari kesempatannya.
Kemudian, dengan sepenuhnya melampaui landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam lenyapnya persepsi dan perasaan. Dan noda-nodanya dihancurkan melalui penglihatannya dengan kebijaksanaan. Bhikkhu ini dikatakan telah membutakan Māra, menjadi tidak terlihat oleh si Jahat dengan mencabut mata Māra dari kesempatannya, dan telah menyeberang melampaui kemelekatan pada dunia. Ia berjalan tanpa takut, berdiri tanpa takut, duduk tanpa takut, berbaring tanpa takut. Mengapakah? Karena ia berada di luar jangkauan si Jahat Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Para bhikkhu merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.
Komentar
Posting Komentar