BERSAHABAT DENGAN KEMATIAN BY BHANTE RATANADHIRO

 Kehidupan tidak pasti, kematian itu pasti demikian kesadaran terhadap kematian itu yang harus direnungkan, tidak masalah online tanpa mengurangi keyakinan. Bagi sebagian orang mungkin tidak tertarik bahas kematian, itu satu hal tabu menakutkan & menyeramkan tapi pandangan dalam buddhist, itu kematian tidak jauh dari kita bahkan dekat dengan kita berita covid-19 semakin banyak yang meninggal, banyak musibah di Indonesia tanah longsor kecelakaan pesawat, gempa bumi itu banyak sekali faktor yang buat kematian tidak perduli usia tua / muda, bisa anak kecil / bayi bisa meninggal juga dalam kandungan tidak bisa lepas karena kematian itu bisa datang kapan saja, bukan hanya orang dewasa anak anak bayi juga mengalami kematian, inilah hukum alam & fenomena kehidupan siapapun yang lahir itu akan menuju kematian mau / tidak mau, suka / tidak suka kematian itu.

            Sangat penting karena semua orang mengalami kematian, kenapa kita tidak siapkan contoh kelahiran anak, sudah disiapkan untuk ulang tahunpun sama. Tapi belum siap dengan kematian, jadi kematian menurut pandangan dulu kematian pada saat detak jantung tidak ada itu sudah meninggal, dalam dunia medis diubah bukan hanya detak jantung tapi dilihat batang otak menurut medis masih hidup, makanya ada istilah mati suri seolah olah mati tapi belum mati walau nafas tidak ada, tapi belum meninggal kematian itu ada 3 faktor yang hilang usia kehidupan, tanda tanda vital tidak ada tidak ada panas tubuh lagi tidak ada lagi kesadaran kalau masih ada kesadaran belum meninggal, kaku tiada gerakan sudah meninggal.

            Itu belum tentu sudah meninggal, tiada kesadaran vinana maka dalam abhidhamma dari cuticitta, lanjut ke kehidupan berikutnya itu berdasarkan dari buku dhamma kalau sudah tahu itu alami kepada siapapun, maka sudah harus mempersiapkan diri untuk kematian. Bukan hanya materi tapi spiritual, kalau materi ada pesan kremasi & sebagaian taruh abu dirumah abu sebagian dilarung ke laut, sudah ada persiapkan dalam materi, peti, rumah duka, dll ada surat  wasiat pesannya ditulis, dalam tulisan sudah meninggal hartanya bagaimana itu persiapkan segala sesuatu, tapi tidak kalah penting siapkan batin juga belum tentu batinnya siap didalam dhamma ada kondisi kondisi yang belum siap, hadapi kematian ada kisah waktu dizaman Sang Buddha dulu ada sampaikan pendapat yang selama ini, saya tahu tiada yang takut akan kematian semua takut dengan kematian, tapi ditanggapi Sang Buddha memang ada yang takut kematian tapi ditanggapi Sang Buddha, memang ada yang takut kematian tapi ada juga beberapa orang yang tidak takut kematian, orang yang takut kematian tidak bebas nafsu dari indra & jasmani.Belum melakukan apa yang baik & manfaat, tapi sebaliknya berbuat kejam & jahat orang bingung bagaimana yang benar, dhamma sejati disitulah ada rasa khawatir muncul akan kematian, tapi ada orang juga yang bebas. Ketakutan dari kematiannya itu kebalikan orang sudah bebas dari nafsu kesenangan indra, orang yang tahu & bijaksana orang yang paham akan ajaran apa saja maksud itu, melekat dengan indra mata telinga hidung pikiran tubuh mata masih senang melihat sinetron pertunjukkan, jadi selalu dengan ketakutan senang dengar musik melekat kuat pas meninggal bisa lahir dialam rendah, hidung melekat dengan parfum wangi lidah melekat dengan makanan enak, tubuh melekat dengan sentuhan menyenangkan kain sutra / orang yang mencintai pikiran melamun bahagia, bersama keluarga semua berjalan dengan baik ingin selamanya seperti ini, jadi takut dalam kematian kalau muncul belum bisa lahir dialam bahagia.

            Melekat dengan tubuh jasmani, six pack indah terhadap tubuhnya dalam hal ini, supaya membuang  / melepas karena saat setelah kita meninggal jadi mayat, terbujur kaku  / batang  pohon jenazah sudah meninggal tiada lagi kegunaanya, sama tubuh kita juga seperti itu kita harus lepaskan, kelihatan indah tapi itu itdak indah. Masih melakukan hal hal tidak baik ada rasa menyesal itu muncul, kenapa saya dulu sering melanggar sila malas belajar ajaran itu, kalau menyesal datang belakangan maka mulai dari sekarang, masih kuat & sehat hindari ucapan tidak baik & tidak bermanfaat, tambah perbuatan baik tambah perbuatan yang bermanfaat, menyumbang apapun materi  / donor darah melakukan baksos akan membantu disana, jangan menunggu sudah tua / saat meninggal tidak banyak lagi, maka banyak berbuat baik kenapa harus ditanda kita tidak tahu kedepannya, maka lakukan hal hal yang bermanfaat & dengan batin yang seimbang bagi mereka bimbang & ragu, inilah saatnya untuk belajar sebanyak banyaknya.

            Yakin terhadap ajaran, jangan sampai ragu saya sudah berbuat baik kenapa masih sulit & sakit sakitan, tiap hari baca paritta pandemi masih ada saya masih hidup, saya masih beruntung walau belum selesai masih punya banyak peluang, ini faktor yang beruntung. Terus lanjutkan yakin pada triratna & hukum karma, yakin berbuat baik bahagia kalau yakin berbuat baik bahagia, kalau berbuat jahat itu akan jatuh ke alam rendah ini lebih aman tidak tergoda, oleh hal hal duniawi perlu sekali kita renungkan kerap kali, saya wajar mengalami kematian tidak akan bisa menghindari kematian, harus direnungkan secara mendalam bukan supaya takut / pesimis, bukan merasa hidup pesimis tapi dengan renungkan kematian muncul ketergugahan, persiapkan kematian itu pasti muncul semangat di Bhutan, semua orang bahagia.

            Semua orang tidak tahu, asal mula keraguan kita tidak tahu lahir kembali, tidak tahu akan mati saya tahu pasti mati. Tapi kematian itu tidak tahu kapan kita bisa ambil, simpulan kematian pasti ada kehidupan sebelum mati, belum pasti tidak usah jauh jauh mikir lahir dimana praktikan ajaran sila, bhavana itu sebagai bekal kehidupan kita jangan sesali yang sudah berlalu, kita ambil hal hal pengalaman besok belum pasti adanya, kita punya cita cita tapi apa bisa diwujudkan belum bisa kita tahu, jangan pikirkan hal hal besok kebanyakan orang takut dengan apa yang akan terjadi, bukan didepan kitatakut naik pesawat mesin mogok diatas hilang, naik pesawat belum takut pada apa yang terjadi takut ketemu orang kita harus waspada, perhatian protokol covid tapi jangan sampai ganggu kondisi batin kita, biarkan tubuh ini sakit tapi jangan batin, kita sakit batin itu kondisi yang berbeda menderita cemas dll mari kita melakukan perenungan terhadap kematian, semoga bisa timbul kebijaksanaan hidup tidak pasti, tapi mati itu pasti jadi sadar & praktikan dhamma sejati, usia manusia tiada yang tahu usia manusia bisa hilang cepat tiada ragu, bisa bahagia orang meninggal dengan tenang lahir dialam bahagia, juga batin kita terarah juga semakin kuat dengan nibbana.

Komentar

Postingan Populer