AJARAN BUDDHA BY BHANTE DHIRACITTO

 Kadang kala kesulitan itu menjadi ragu terhadap ajaran, misalnya berdana memberi makan pada yang membutuhkan, sering mengunjungi panti asuhan memberi barang yang sudah diberikan kita, sulit menemui hal hal tertentu. Menghindari untuk tidak membunuh praktik fangshen burung, ikan, dll kita melatih diri tidak mencari bersikap setia tidak berkata bohong / memecah belah, fitnah agar keluarga tidak harmonis jaga ucapan kita gosip tidak meminum minuman / makan makanan yang kesadaran kita lemah, tapi dalam kehidupan banyak kesulitan mungkin saja ikut meditasi & ret ret, tapi kesulitan masih ada padahal sudah kerelaan jaga moralitas meditasi yang baik, tapi kesulitan itu masih ada tidak tau apa apa caci maki mendapat tuduhan yang tidak baik, ada beberapa keluarga yang hilang peroleh penyakit yang muncul tiba tiba seolah olah, apapun yang kita buat berdana ragu terhadap ajaran itu sendiri praktik moralitas lalu membandingkan diri kita dengan orang lain, keluarga harmonis padahal suka memecah belah, sering membunuh kok sehat sehat saja diri kita sudah baik masih dapat kesulitan itu pandangan kita, tidak pernah lihat ia berdana tidak suka meditasi suka membunuh berarti tidak apa ini tiada manfaatnya, ada pandangan seperti itu ketika melihat orang lain berbuat buruk kok dia aman aman saja, tapi kita berbuat baik kok tiada manfaat.

Kadang sudah melakukan kebaikan masih saja ada kesulita, itu perbuatan yang kita lakukan ada masa saat ini, setelah 1x lahir kehidupan mendatang bisa berakibat dijangka waktu panjang / tiada kesempatan untuk berbuah, setiap berbuat kebajikan ada masanya menanam buah mangga, manis mangga itu dalam waktu lama. Tidak cepat langsung berbuah ada perbuatan yang berbuah saat ini, seperti Sumana ketika Sang Buddha muncul didunia ini menjual bunga melati kepada Raja Bimbisara, dari kejauhan melihat buddha merasa begitu mengagummi buddha walau saya dibunuh oleh raja, saya tetap danakan kepada Buddha bunga itu didanakan dengan cara menabur ke atas, bunga yang ada diatas Tahtagatha selalu menutupi tidak jatuh seperti payung & melindungi setiap buddha pergi ikut ke manapun berjalan, ketika berhenti itu juga berhenti istri dari Sumana, ini menyampaikan ini saya tidak ikut terlibat sebab ini karena bunganya dipersembahkan kepada buddha, Raja Bimbisara ingin melihat ketika melihat itulah yang terjadi.

Ketika itu kembali lagi ke vihara Jettavana, manfaat apa yang akan didapatkan karena mengabaikan kehidupan, bebas dari 4 alam derita. Kalau melihat cerita tersebut Sumana dapat hadiah dari raja bimbisara semua serba delapan, pelayan juga jadi orang kaya memang karma bisa berakibat saat ini juga, tapi tidak semua saat ini seperti Y.A Moggalana digebukin oleh sekelompokj orang pertapa telanjang, karena ada rasa iri perolehan pujian buddha & semua siswa penyokong pertapa telanjang berkurang, ada paling sakti Y.A Moggalana berduyun duyun yakin terhadap para Buddha, melakukan komunikasi terhadap makhluk peta ucapan salah pikiran salah dialam menderita, mereka memilih pindah keyakinan dicari itu berkurang penyokong ini semua gara gara Y.A Moggalana, jadi pada ingin membunuh Y.A Moggalana jadi akhirnya dikepung untuk dibunuh.

Sampai 6x bisa lolos, lalu yang ketujuh tidak bisa digunakan kesaktiannya telah wafat dibuang dipinggir jalan, tapi belum meninggal ini parinibbana. Kok digebukin dulu seolah olah tidak adil kalau lihat saat ini tidak adil, tapi ada dimasa lampau karena perbuatan itu dimasa lampau ingin membunuh ayahnya, lalu memukul ibunya yang kelak jadi Y.A Moggalana membunuh & dipukulin, memukul orang tua diakhir hidupnya digebukin sampai tulang patah perlakuan ini jauh dimasa lampau, tapi baru diterima diakhir kehidupannya tapi bisa juga berbuah saat ini / berbuah dalam 1x kelahiran, bisa dimasa mendatang lagi belum bebas dari lahir juga bisa tidak berbuah, seperti biji mangga ditaruh dikeramik tiada tanah biji itu tidak berbuah / tidak bermanfaat, bisa / tidak berakibat karma tidak berbuah seperti Anggulimala ketika bertemu dengan buddha, menjadi bhikkhu lalu disebut Y.A Angguliala sebelum meninggal juga dipukul & dilempar ini akibat penderitaan terakhir.

Kalau belum arahat bisa langsung neraka, tapi karena arahat tiada berbuah lagi dimasa berikutnya, jika dapat kesulitan saat ini tidak usah menghakimi. Mungkin saja dapat saat ini mungkin kehidupan lampau kita ada 4 macam, dalam perbuatan ini gelap perbuatan gelap ini dijelaskan melanggar moralitas, akan timbul hasil gelap jadi penderitaan lahir dialam rendah akhirnya, perasaan kita dari perbuatan itu hasilnya bisa dineraka perbuatan terang suka berdana menghindari karma hitam, mencapai jhana akibatnya juga terang alam dewa maka akan dapat rasa menyenangkan, perbuatan gelap & terang dunia ini buat hal baik & buruk kita dapat derita & bahagia itu dialam manusia, perbuatan tidak gelap & tidak terang bebas dari penderitaan inilah yang perlu kita lakukan ada rasa benci marah, serakah / hal hal buruk kalau belum arahat masih bisa berbuat, kalau bebas tiada penderitaan lagi harus bisa bebas dari hal hal tidak bajik.

Perbuatan baik / butuk yang kita lakukan, jadi bisa berakibat di 2 kehidupan bagi mereka yang berbuat baik didunia ini bahagia, kehidupan mendatang bahagia. Berbuat buruk disaat ini juga dikehidupan mendatang buruk, seperti sumana bebas dialam rendah & saat ini jadi kaya ada juga praktik dana dari Upasaka Damika, berdana moralitas & bhavana praktik itu semua & pada saat meninggal ingin mendengarkan sutta, tiba tiba sumana melihat ada 6 kereta surga datang ingin menjemput Sumana, semua ingin mengantar tapi membaca sutta itu belum selesai ia diminta untuk menunggu sebentar, akhirnya berhenti baca paritta ketika Upasaka Dhamikka untuk berhenti, lalu menangis pikiran yang berbeda ketika lihat menangis tiba saatnya ketika itu para bhikkhu pergi, kemana para bhikkhu pergi ketika masih sehat meminta sendiri bacakan khotbah tapi meminta berhenti, seolah olah tidak meminta untuk berhenti kapan saya meminta berhenti.

Pada saat baca Mahapatisattana sutta, bukan pada para bhikkhu tapi kepada para dewa untuk menunggu, dimana ada kereta alam dewa untuk membuktikan itu alam surga mana yang terbaik, memuji dewa Tusita diceritakan berdiam bakal Boddhisattva. Menetap disurga Tusita ibunya Boddhisattva lahir disurga Tusita, jadi Tusita yang tinggal para Boddhisattva ada banyak saya ingin lempar ke atas, ingin menggantung diatas apa yang dikatakan itu benar jika ingin terlahir yang saya alami, berdana praktik moralitas nah ini juga yang bisa masuk dialam Tusita bisa lahir dialam bahagia, dunia ini bahagia didunia berikutnya bahagia jadi perilaku murni bisa buat bahagia, untuk semua berbuat hal hal yang baik & bisa membuat kita bahagia selalu untuk lebih baik lagi.

  Kalau seandainya minum anggur untuk menghangatkan badan, itu melanggar kesadaran kita terpenting, selalu waspada adar tidak buat hal hal buruk. Kalau kita lihat dikisah masyarakat awalnya baik, tapi melemah jadi berani mukul & caci maki akibat minum miras kekayaan yang kita miliki berkurang, salah satu yang jadi runtuh kekayaan kita karena minum minuman keras ada penyampaian hal hal buruk, seperti Y.A Moggalana setelah dibunuh sampai didengar oleh Raja Ajjata 1, meminta menyelidiki & akhirnya bertengkar kamu berani sama saya siapa yang membunu Thera, kelompok orang yang sedang minum miras hingga pemuda ditangkap benar yang membunuh Y.A Moggalana, lalu ditangkap pertapa telanjang dihukum & dibakar secara hidup hidup, akhirnya miras buat penyakit kadang tingkah laku jadi tidak sopan tanpa sadar melakukan hal hal buruk yang kita perlu ketahui, akibatnya itu tetap sebuah pelanggaran.

Akibat terburuk apa, lalu perlu diketahui, tubuh layak dirawat walau bukan milik kita jadi harus dirawat untuk capai bebas, kalau minum anggar itu saat sakit. Tapi dengan catatan obat itu sembuh, kalau untuk hangatkan badan lebih baik hindari akibat miras sedikit jadi banyak lebih baik tahu akibat buruk, mungkin dengan api memakai baju tebal lebih baik mati daripada membunuh kalau jaga moralitas, akan buat kita bahagia dengan praktik sila akan lahir dialam bahagia, terus melakukan kebajikan kebajikan agar bahagia muncul setiap saat sadar melatih moralitas meditasi, maka keburukan akan tertunda maka kebajikan itu bisa lebih banyak lagi ajaran sama, tapi Buddha Maitreya sama 4 kebenaran mulia cara lenyap itu dukkha sama melenyapkannya, dukkha itu dengan 8 jalan mulia.

Waktu dulu ke bangkuk menyarakan jadi bhikkhu, menunggu buddha Maitreya muncul kalau saat nanti, kenapa menunggu sama ajarannya. Kita bisa berlatih kalau bisa bebas sekarang kenapa menunggu, belum ada pembabaran dhamma ada 4 kebenaran mulia maka buddha masa lampau, masa sekarang / masa mendatang itu sama tapi belum bisa menjawab untuk ajaran Buddha Amitabha, menangis karena haru & tidak suka kadang bahagia bisa menangis membaca pasti pernah terharu mencapai arahat yang berat, tapi buat keluar air mata itu saat haru tapi air mata berkumpul dengan tidak disukai, juga berpisah dari tidak mencintai itu akibat dari ketidaksenangan batin, kalau ada juga berdana terharu & bahagia tapi walau nonton film itu kita tidak tahu, tapi jadi seimbang batin kita kalau ketemu bahagia jika bahagia berlebih sulit ambil keputusan.

Sebaliknya jangan terlalu marah / sedih, karena tidak tahu kalau dipuji katakanlah ajaran seperti itu, kalau dicela kita bisa jelaskan / kita bisa bilang tidak seperti itu. Objek bentuk menyenangkan bahagia, itu bisa ada tawa & air mata kalau objek diri kita lahir kembali nafsu pada indria, pada saat nangis nonton film itu perlu kita sikapi dengan wajar sekali dalam ajaran secara moral pancasila menghindari pembunuhan, jika seandainya beli ikan sudah mati tidak masalah bukan karma buruk, makan daging boleh asal sudah mati tiada karma kalau masih hidup lepaskan itu perbuatan baik, itu ada di Majjhima Nikaya apa memakan makhluk hidup seorang perumah tangga, berdana pada bhikkhu ada 5 hal perbuatan makanan yang masih hidup ketika perumah tangga tangkap, ayam / hewan itu jadi ketika sudah niat tangkap ayam itu untuk dibunuh itu karma buruk ambil ayam itu, sudah jadi perbuatan buruk.

Bunuh ayam itu sudah jadi perbuatan ketiga, lalu menderita jadi perbuatan keempat karena hasil membunuh, itu karma buruk kelima. Maka jangan berdana tidak memesan hewan itu tiada karma buruk, kalau sudah beli ikan mati itu tiada masalah kalau masih hidup & dibunuh itu karma buruk, kalau dilepas itu karma baik kalau ada mata pencaharian yang lain lebih baik cari yang lain, kalau ada mata pencaharian lain cari pekerjaan lain memang hidup sulit mencari pekerjaan lain, jika ada itu jauh lebih baik sebenarnya dalam ajaran ada 4 hal ada kesedihan ratap tangis, tidak senang batin menderita nafsu indra rasa senang indra sang buddha menyatakan bahwa selalu hidup berubah itu, kalau buat memperindah diri itu penderitaan kita tahu penderitaan itu, nafsu indrawi kita ingin indah indah akan lahir lagi kalau masih ada hal hal itu akan lahir lagi, apa itu langgar sila itu tiada dalam pancasila tapi dalam Atthasila.

Melihat tubuh ini berubah, itu salah satu ketakutan saat meninggal belum terkendali akan terpisah dari suara merdu, rasa enak sentuhan indah. Dalam pandangan itu melekat pada indra & jasmani, semua akan terpisah dari kita karena belum mampu itu salah satu rasa cemas meninggal bahkan Sang Buddha dalam beberapa khotbah, belum puas melihat tubuh Buddha harus pergi tapi di izinkan memandang, tiada puas karena ada 32 tanda agung tapi tubuh ini sarang penyakit akan seperti mayat / sebatang kayu, supaya tidak melekat kalau ada cemas saat meninggal bisa lahir dialam peta, karena lekat sama jubah itu muncul kehidupan berikut jadi kutu jubah tapi tubuh ini masih perlu dengan tubuh ini, kalau untuk nyaman ketika bertemu tidak minder selama perumahtangga memang susah, tapi kalau masih melekat lahir terus indahnya tubuh ini karena karma tanha itu.

Kalau untuk pencaharian salon untuk orang lain, selama tidak merugikan makhluk lain / merugikan diri sendiri tiada masalah, tidak menyakiti diri sendiri / orang lain dengna menipu itu tidak baik, kalau tidak menipu yang penting tidak menyakiti makhluk lain. Masih boleh kalau tahu itu masih hidup hindari, kalau kepiting masih hidup kalau kita datang sudah masak boleh dimakan kalau masih hidup hindari, sudah jadi daging berburu mata pencaharian yang salah ketika membunuh buruan itu akibatnya buruk, saking makan enak itu jadi salah semua tidak bisa diketahui itu besar / kecil, setiap karma jika itu kita tahu salah cepat cepat beralih itu lebih aman lagi karena sangat berbahaya, dalam berburu ada dizaman Sang Buddha berpindapata bersama bhikkhu buddha bertemu nelayan, saat duduk sama sama nelayan ini menghormat kepada para Buddha menanyakan bhante, nama saya Ariya seorang Ariya tidak menyakiti makhluk lain kalau menangkap ikan itu tidak pas, seburuk apapun dalam kehidupan lampau bunuh ayam mencuri kita perlu menyesali, beberapa saat tapi sudah ada sesal kita harus berubah melakukan hal hal baik, kalau sudah merubah itu jadi hal yang baik sama seperti bulan tidak tertutup gelap.

Kalau berbuat baik itu aman, karena tanpa menyesal sulit jadi arahat seperti Anggulimala tapi jika sudah lepas, lalu mudah dengan jadi arahat seperti sebelumnya kita buat masa lampau perbuatan buruk, tidak perlu berlarut larut menyesal. Untuk mengingat boleh tapi kalau sudah mau bertobat aman, kalau sudah capai arahat aman seperti Anggulimala tidak akan dapat akibat buruk, lalu kalau sudah berbuat seberapa besar melakukan hal hal baik sama halnya air garam dalam ember, tapi kalau dituang perlahan tidak masalah dalam setahun anggap aja garam itu berbuat buruk, air itu bisa membuat hal hal baik itu agar aman gimana tidak terkondisi bisa aman tapi karma tidak terhapus, kalau muncul itu bisa aja seperti Y.A Moggalana itu perbuatan buruk muncul disaat mau mencapai artinya sulit untuk dijelaskan, karma tapi perlu lenyapkan kebodohan batin maka jadi orang suci, kita tidak terima hal hal buruk tetap bukan terima akibatnya fisik menderita batin, tiada masalah harus berjuang satu satunya cara berjuang bebaskan dari tidak lahir lagi, kalau lahir lagi kita terima.

Vegetarian menghindari pembunuhan, dalam dhamma ada 5 sarat mengetahui makhluk itu hidup, ada kehendak ingin membunuh. Ada usaha untuk membunuh makhluk itu meninggal itu sudah melakukan pembunuhan, kalau tiada niat seperti makan daging itu tiada unsur pembunuhan kalau vegetarian tidak membunuh, tapi nasi yang kita makan disemprot pestisida vegetarian baik dilakukan, agar tiada unsur makhluk hidup tapi kita tidak lantas menyebut yang makan daging tiada cinta kasih, itu tidak tepat tapi jika makan daging melanggar sila itu tidak melanggar, tapi tidak vegetarian tidak masalah baik juga tidak dilarang makan daging asal tiada meminta dibunuh / membunuh, jadi aman kalau tiada meminta.

Misal ada 5 pisang 2 diambil itu bukan sisa, tetap kebajikan silakan saja ada pisang 5 itu 3 didanakan, 2 diambil itu bukan sisa tapi kebajikan juga. Jadi itu tiada masalah karena semua itu akibat yang baik, ketika sudah lahir jadi manusia ini tidak mudah lahir tapi kita harus bebas dari penderitaan, tercapai cita cita luhur untuk berbuah pada waktu yang tepat & sesuai.

Komentar

Postingan Populer