MELATIH BATIN PADA KAPASITAS KECIL KHUSUSNYA KEMATIAN BY CI ERLINA ERWAN
Kenapa butuh outline rinpoche menyatakan juga, kita dengan ada outline urutannya jelas topik sangat penting, sampai topik tertinggi outlien itu ada keagungan sumberajaran keagungan dhamma, membangkitkan rasa hormat terhadap instruksi. Sumber ajaran darimana keagungan ajaran, itu sendiri metode mendengarkan & mengajarkan dhamma bagaimana metode mendengarkan yang baik pasti harus hindari 3 cacat wadah, ingat 3 itu supaya lebih aman bisa mengikuti metode mendengarkan dhamma yang baik, membimbing murid terhadap instruksi, bagaimana praktik melatih batin setelah berbakti pada guru spiritual nasihat agar makna memiliki kebebasan, bagaimana kita bisa tarik manfaat melatih batin yang serupa pada tahapan yang berkapasitas kecil, tahapan yang berkapasitas menengah juga tahapan yang berkapasitas agung, sebelum ada prolam setiap minggu kita membahas topik tertentu baik berurutan maupun tidak, kalau punya lebih baik kalau belum outline besar saja.
Kita 1 dapur ini beli gula garam & micin, kalau itu tidak ada bahaya jadi bisa bingung kalau belajar karma lagi, kita posisi dimana ada dapur. Tempat bahan bahan yang dimiliki karma melatih batin pada kapasitas kecil, berlindung dimana yang lain pun kita sudah tahu dalam latihan ada masalah, kita tahu apa bahan yang dimiliki bertemu masalah seperti masak makanan, kalau sudah tahu karma itu apa brlajar faktor mental kita sudah tahu cara menghadapi dapur kita rapi, kita sudah tahu sampai mana dengan prolam ini kita bersyukur dengan ada ini, kita bisa lihat sangat rapi kita jangan pernah merasa kita satu selesai kita harus ikuti terus, kecuali kita sudah kuasai patokan kita outline kita sudah tahu topik sebelum kemuliaan kelahiran sebagai manusia, identifikasi kebebasan & keberuntungan.
Merenungkan keuntungan & kerugian, 8 kebebasan 4 berkaitan dengan manusia 4 tidak berkaitan dengan manusia; bebas dari neraka, hantu kelaparan, binatang bebas dari alam dewa, 4 lagi berhubungan dengan manusia; bebas dari daerah terpencil, kelahiran dimana masa buddha belum muncul, bebas dari cacat mental, bebas dari pandangan salah 10 keberuntungan dibagi menjadi 2; 5 berhubungan dengan kita sendiri: lahir sebagai manusia, lahir dinegara pusat, tidak kehilangan kapasitas menyelesaikan upaya spiritual, indra yang baik, yakin pada Tripitaka lalu 5 dengan makhluk lain beruntung muncul ada para buddha, masa pembabaran dhamma ada, oleh para buddha ada ajaran yang dipertahankan apa jadinya kita tidak ada, kita tidak bisa nikmati kita bisa bayangkan zaman dulu ajaran buddha pernah menjadi mayoritas, lama lama sedikit kalau tidak ada kita hilang keberuntungan jadi kita masih beruntung bertemu ajaran yang mempertahankan & pelestarian buddha dhamma.
Adanya welas asih dari orang lain, maka Arya Nagarjuna seperti bangun tidur renungkan 8 kebebasan & 10 keberuntungan, fokus pada 1 aja. Saya beruntung bebas dari alam neraka waktu sehari jauh lebih berharga, menyandang 1 dari 18 permata apalagi lebih baik jika lengkap setiap bangun pagi, itu direnungkan dulu itu 18 permata mengidentifikasi 18 permata nilai besar 18 permata, dibagi menjadi 3 nilai besar sementara nilai besar rendah ke tinggi nilai besar dari masa ke masa, seberapa jauh keberhasilan sementara secara duniawi bukan tidak bisa kurang effort, apa beda kita dengan Bill Gates / Steve Jobs nilai besar manusia kita mampu itu hanya sementara, lalu tertinggi tubuh manusia ini mencapai kebuddhaan jangan mencapai yang sementara, tapi yang tettinggi kelahiran yang lebih baik kita bisa lihat seberapa besar kelahiran.
Setelah kematian datang kita belum raih apa apa, kita harus bisa seperti buddha kita gunakan bukan dengan mudah, komunitas kita belajar sangat beruntung. Jangan sia siakan / kita tidak ngapa ngapain, jika nilai besar luar biasa tidak masalah kita bisa setting berhasil seperti Bill Gates, lalu sisanya kita fokus ke buddha dhamma tidak masalah jika kita tahu umur kita, kan tidak maka sangatlah pas dengan tubuh manusia ini topiknya kita harus mengingat kematian, setelah yakin bisa kalau udah tahu kondisi saat ini kita bisa melihat zaman sekarang, dunia kita seperti diketahui di zaman dulu orang meninggal karena umur tua lebih banyak, ketika umurnya cukup kalau lihat seperti sekarang apa benar umur tua meninggal lebih banyak / tidak kematian bisa terjadi pada siapapun, baik usia muda / tua baik sakit / tidak bisa, tiba tiba terjangkit penyakit.
Dengan kondisi itu kita bisa tahu, kematian cukup banyak diusia muda setelah kita meninggal apa kebajikan kita cukup, berapa lama lagi usia kita. Kalau setiap bangun pagi ingat 18 permata, ingat ada kematian jadi tidak menyia nyiakan tubuh topik kematian ini setelah kelahiran mulia sebagai manusia, sebelumnya tujuan kita untuk mencapai kebuddhaan 18 permata itu jika kapasitas kecil, sama dengan kita pusaran selama masih dialam samsara kita berputar terus, walau kehidupan berikut bebas kita tidak tahu setelah itu target kita itu mencapai kebuddhaan, akan tetapi mencapai itu harus dimiliki kapasitas kecil, menengah, & agung, sama mau bangun gedung lantai 1-3 ibaratnya tiada fondasi kapasitas kecil terus tiada fondasi kapasitas menengah.
Kita tidak bisa mencapai itu, jadi kita tidak bisa remehkan itu harus paham dari topik awal sampai akhir, tetap dalam batin karma kematian pada kapasitas kecil. Fondasi itu harus dikuatkan menimbulkan sikap peduli kelahiran mendatang, seluar biasa apapun kita harus hadapi kematian kita, harus tahu setelah ini seperti apa setelah kematian apa yang kita alami jika tidak berbuat baik, semua sudah paham topik karma setelah yang kita lakukan itu baik jika tidak jatuh ke alam rendah, jika tidak baik bisa lahir ke alam rendah itu gimana caranya itu berlindung & mengerti hukum karma, menimbulkan sikap peduli pada kehidupan mendatang dibagi menjadi 3 mengingat kematian, kita tidak hidup lama walau sudah dapat itu tidak mudah jaga usia kita, ketika kita masih kecil nenek buyut kita ada 80-100 tahun tidak masalah, dimasa sekarang umur 80 tahun hebat umur manusia rata rata biasa itu yang umur diatas 70 tahun sedikit sekali, misalnya usia kita mencapai 70 tahun katakanlah kita sangat sehat hidup kita, tidak sampai berapa tahun kita mulai dari usia 16 tahun sampai umur 25 tahun; 9 tahun ikutin di Kadam Choeling.
Kita bayangkan usia kita 10-15 tahun kondisi kita, masih cukup untuk hadapi ini kalau kita tidak biasakan, orang tua bisa kalau dibiasakan. Kalau tidak dibiasakan apakah sanggup melakukan seperti itu, tidak bisa kita bandingkan kita manfatkan tidak ada jaminan usia muda aman kita tidak sia siakan, tidak boleh melupakan kematian melewati kapasitas kecil tapi target kapasitas agung, peduli pada kehidupan mendatang mengingat kematian kita tidak hidup lama, kita ingat kehidupan mendatang lebih bahagia kerugian tidak ingat kematian, jadi harus ingat kematian kerugian tidak mengingat kematian manfaat mengingat metode sesungguhnya tidak mengingat kematian, ada terbagi jadi 6 kerugian akan gagal mengingat dhamma, kalau ingatpun gagal praktik kalau berupaya praktik kita melakukan tidak benar tidak melakukan dengan sungguh sungguh, kerugian mengembangkan batin yang buruk kerugian pada saat kematian, kerugian tidak ingat kematian kerugian akan gagal mengingat kematian.
Akibat dari kegagalan mengingat kematian, karena kita ingat hidup ini hal lain akan menghalangi kita, lalu disisi lain kita ingat kita harus habiskan waktu untuk pembekalan selanjutnya gagal mengingat kematian, fokus pada masa ini itu akan menghalangi kita dalam praktik dhamma, selalu fokus cari makan enak. Sesuai dengan yang kita mau jadi kita tidak ada waktu sibuk kerja, untuk beli makanan sesuka kita lalu untuk baju baik keamanan yang kita cukup habiskan untuk duniawi, jadi tidak ingin habiskan ingat dhamma kalau itu kita gagal karena belum pikir kematian datang, kita butuh untuk penuhi semua hal agar itu diri kita nyaman, reputasi makanan pakaian kita gagal tidak merenungkan kehidupan mendatang seberapa besar pakaian / makanan, jadi lebih besar apalagi lakukan kebajikan setiap kali tidak ingat itu kita gagal mengingat kematian, jadi ingat ada saat ini saja waktu yang kita siapkan untuk kebajikan dengan sangat mudah kita belajar dhamma.
Tidak mudah apa itu masuk pikiran batin kita, tidak mudah apalagi tiada yang dorong kita waktu yang sehari hari itu, tidak sebanding kita bagi waktu. Lebih besar lagi perjuangan kita jika tidak gagal ingat kematian, jika kita sadar kematian begitu dekat agar kehidupan berikut cukup, kalau kita sadar belum cukup kita pasti ada dorongan besar kita tidak pentingkan hal lain, kehidupan ini seperti pengunjung suatu tempat jadi ada bekal untuk perjalanan berikutnya, setelah kita lanjutkan kematian ini apa yang kita bawa apa yang bakal terjadi, maka setelah ini kualitas tubuh manusia railah semaksimal mungkin untuk kita bawa perjalanan itu, kita gagal ingat dhamma kita benar benar lepas hanya ingat dhamma saat ini walau kita ingat dhamma, kita gagal mengingat kematian kita diperdaya oleh waktu yang menunda kita.
Tidak akan praktik kebutuhan akn uang, kita tidak praktik dhamma kita semua tau pada akhirnya kita akan mati, kita punya pikiran jahat. Kita tidak akan mati saat ini sampai beneran datang waktu kematian kita, dhamma adalah jaminan hidup kita gagal praktik kita tahu punya waktu praktiknya, besok saja sampai titik kita tidak mati hari ini sampai yang diranjang kematianpun, tidak yakin meninggal hari itu gagal walau coba praktik dhamma tidak praktik dengan benar, meskipun berupaya melakukan kita tidak bisa praktik dengan benar upaya kita jadi berkurang nilai jadi diri kita, cendikiawan / sedikit sekali praktik meditasi mantra mantar itu tidak bisa bebas, karena gagal mengingat kematian walau sudah praktik caranya tidak pas, karena yang kita pikirkan ini hanya kehidupan saat ini saja padahal fokus untuk fokuskan diri pada kehidupan berikutnya.
Jika kita selalu bisa terjebak hal itu, ini sangat halus walau praktisi agung bisa muncul hal yang tidak baik, terlihat bagus itu praktik dhamma melakukan tidak baik. Ketika guru Atisha ditanya, ketika ingat kehidupan saat ini saja peroleh saat itu apa yang diperoleh selanjutnya, lahir dialam hantu kelaparan / binatang hanya saat ini saja jadi bahaya untuk kehidupan mendatang, karena kita habiskan saat ini saja jika kehidupan berikut baik baik aja jika sebaliknya, kita harus hati hati kita lepaskan melekat pada hidup ini kalau fokus pada saat ini, ada kemelekatan disamsara ini tidak berarti hanya pengemis setelah ini pengemispun kehidupan mendatang, kita cari uang harus praktik dhamma itu mindset kita kerja agar untuk hidup, walau jadi pengemis bisa melekat kalau tidak lakukan yang seharusnya ada tingkatkan 8 angin duniawi.
Fokus kerja jangan menipu diri sendiri, itu yang tahu kita sendiri seberapa besar keluarkan effort praktik dhamma kita sendiri yang tahu, jika ternoda 8 angin duniawi. Bukan hal itu kita senang dipuji, kita kesal ketika dicela menikmati yang aman & nyaman kita ingin tenar tidak ada reputasi buruk, jika reputasi buruk kita tidak suka kita tidak bisa langsung kita harus tahu hal itu, tidak nyaman kenapa karena karma buruk saya jangan larut dalam kesedihan itu kita butuh kebajikan, untuk hal hal tersebut lebih pada faktor mental kita bisa lebih jelas lagi, pelan pelan kita harus tahu apa yang kita miliki harus tahu kita praktik dhamma, tinggalkan 8 angin duniawi itu sendiri.
Ada guru besar nanya ke guru Atisha, mengajar disuatu waktu apa meditasi / mengajar, meditasi digunung / goa. Tiada satupun hal yang berhubungan praktik apa yang harus dijalankan lepaskan, kehidupan duniawi fokus kita kumpulkan kebajikan bukan melekat rasa aman / nyaman, bukan melalui penyiksaan tidak melolong kalau tidak dapat fokus kita, latih pada batin kita walau kita tidak praktik dhamma satupun lepaskan keinginan kita setelah praktik, cek lagi jika ada kesombongan bukan dhamma jika duniawi itu bukan dhamma periksa ke batin kita sendiri, kecuali mengingat kematian kita tidak lepas melekat dalam hidup ini.
Kalau ingat ketian, kita tidak merasa penderitaan amat sangat hidup singkat kita lebih dewasa menghadapinya, maka kita tidak melekat tidak merasa kehilangan. Jika gagal melakukan kita senang waktu peroleh materi berharga, melekat pada semua hal ini kita tidak bisa hal baik, ada 8 angin duniawi; untung rugi, kenikmatan kesakitan, pujian celaan, ketenaran nama buruk, kita harus kembangkan kualitas baik pada diri kita jika tidak ingat kematian batin kita akn goyah, maka susah untuk terima segala hal bahagia jika dapat juga derita yang tidak kita dapatkan, jika kita gagal mengingat kematian kita lepaskan kehidupan saat ini, ingat ajaran dapatkah kita mencapai dhamma apa seperti hal yang kurang kita tidak masalah, kita dapat benda materi yang terpenting kalau tidak dapat tiada masalah kita peroleh / tidak.
Ketiak guru agung kita meninggalkan istana itu, untuk praktik dhamma yang tertinggi Je rinpochepun sama, untuk bebas dari kemelaktan. Ini sering disebutkan kemiskinan tertinggi jika hidup mewah itu terlena, guru guru besar seperti Buddha Sakyamuni tinggalkan kekayaan untuk melatin batin, untuk praktik dhamma tidak masalah miskin itu praktik batin kita kembangkan kebajikan kita, akan tetapi aku akan mati jika tidak dapat makanan walaupun menolak duniawi seperti ini, tiada praktisi dhamma yang mati kelaparan beliau mendedikasikan praktik dhamma, tidak akan kelaparan tiada seorang pembimbing dhamma mati kelaparan, jika seorang meditator yang tidak turun itu pasti besar sekali kebajikan kalau ada hal itu, kita melekat pada duniawi kalau praktik itu tidak masalah akan yang dimakan karena praktik dhamma, mendedikasikan untuk ajaran ketika praktik dhamma dapat semua kebjikan besar, semua aman aman saja praktik dhamma tidak melekat pada duniawi.
Jika gagal pada praktik dari luar, praktik dhamma jika melekat pada duniawi itu tidak ada hal yang baik, tidak melekat pada duniawi. Meski kita pikir untuk tubuh kita yang tidak nyawa lagi, setelah meninggal kita harus sisihkan uang kenyataannya tidak usah kita pikir kadang kala padahal kematian datang, mayat kita tidak mungkin dibiarkan pasti setelah diurusin sebagaimana baik, kalau tidak bawa bekal / kumpulkan kebajikan kita setelah itu malah akan jatuh ke alam rendah, makanya kita harus lebih baik itu sudah sangat jelas sekali 3 poin buruk bahas 3 poin tidak ingat kematian, gagal ingat dhamma walau ingat dhamma kita tidak praktik itu bisa gagal dalam praktik, walau kita coba praktik tiada yang baik jika melakukan ada unsur duniawi, disana tolak belakangan dengan kehidupan duniawi.
Komentar
Posting Komentar