SIKAP BUDDHA TERHADAP WANITA BY BHANTE DHIRACITTO

             Tema ini saya anggap mewakili malam ini, untuk besok 21 april itu ada hari yang istimewa, karena memang kebanyakan perempuan bersuka cita tentang hari kartini walau tidak kita mengenal, tapi karena sudah dikenal. Maka setiap tanggal 21 april kita merayakan kita menghormati beliau, sebagai salah satu wanita yang berjuang para kaum perempuan memang pada malam hari ini, sebenarnya pada sehari hari memang terjadi perbedaan perempuan & laki laki ada beberapa membuat organisasi setara gender, lalu bagaimana dengan Sang Buddha, apakah ada pemikiran Sang Buddha bisa kita buat pedoman bagaimana melihat antara laki laki & perempuan, ada dalam cerita Samyutta Nikaya ada seorang raja & ratu pas saat mau melahirkan, bertemu raja Pasenadhi sedang bercakap cakap dengan Sang Buddha karena ratu Malika melahirkan, pada saat itulah ada utusan dari kerajaan untuk memberikan kelahiran anaknya, raja Pasendhi tidak senang karena lahirnya perempuan tapi akhirnya beliau sedih / merasa tidak senang, tetapi Sang Buddha melihat itu lalu langsung mengatakan oh baginda, seorang perempuan bisa lebih baik daripada laki laki mungkin saja perempuan yang dilahirkan ini, lebih baik daripada laki laki ketika perempuan memiliki 4 kualitas batin, mungkin bisa jadi seorang pemimpin / pahlawan ada memiliki kebijaksanaan medavini wanita yang bijaksana, jadi Sang Buddha menyatakan memiliki kualitas batin bijaksana seorang wanita memiliki silavati, memiliki moralitas yang luhur untuk wanita minimal 5 sila, memperlakukan / menghormati ibu mertua & orang tua seperti dewa & dewi menjadi istri yang berbakti, ketika perempuan mengetahui 4 hal ini yang penting mengetahui ketika melakukan kebajikan akan datang kebahagiaan, jika akan dicela bijaksana kita harus lebih bijaksana.

            Mengetahui tentang hukum karma, mengetahui hidup ini adalah perubahan ini bisa direnungkan supaya bijaksana, ketika bilang hidup ini kekal. Itu tidak bijaksana ketika tahu perubahan ada dukha, rasa kesedihan / kepedihan apapun yang berubah dukkha karena ketidakmampuan kita, sesuai keinginan kita itu harus ingat tanpa diri ini memang agak tinggi ada yang lebih luhur lagi, kita harus mengetahui hidup ini adalah dukkha 4 kebenaran mulia kita tidak puas, jadi tidak puas diri ada rasa tidak suka ada rasa kebencian semua adalah penderitaan tidak hanya manusia, barang yang kita sukai berpisah / rusak jadi tidak suka karena berpisah dari tidak suka, berpisah dari yang disukai akan muncul bertemu yang tidak disukai, karena ketidaksukaan itu adalah benci jadi ada 2 penyebab berpisah dengan yang disayangi misalnya sepatu hilang, muncul tidak suka maka muncul rasa tidak suka bertemu dengan yang kita cintai, maka berpisah jadi munculnya salah satu mengetahui hidup ini adalah dukkha, bahwa usia tua ini adalah dukkha walau belum sampai usia tua ini adalah penderitaan kalau belum mampu mencapai kesucian.

            Sila seorang perempuan harus memiliki moralitas yang baik, lebih lebih pada saat upphosatta melakukan 8 sila, Ratu Mahamaya juga sebelum kelahiran Sang Buddha sudah menjalankan 8 sila, sebelum mimpi beliau meminta 8 sila. Pada guru kerajaan sepertinya Guru Asitakaladevala, lalu Boddhisattva masuk ke dalam rahim ibunya belum tentu devi Mahamaya sudah lama sekali menjalankan parami, sudah beradhittana saya ingin memiliki anak dari boddhisattva, bisa saja jadi pahlawan / menjadi pemimpin kerajaan 4 hal inilah yang disampaikan pada raja Pasendhi, bisa saja anak perempuan jauh lebih baik daripada anak laki laki, bukan karena kelahiran orang menjadi hina / mulia tapi karena perbuatan yang bisa buat hina & mulia, jadi hina & mulia itu karena perbuatan artinya dalam buddhist memiliki kesempatan yang sama menjadi mulia, memang dalam beberapa komentar untuk menjadi Sammasambuddha, harus manusia laki laki ketika saat itu sudah mampu mencapai arahat, sebenarnya ketika kembali pada cerita Pertapa Sumedha ketemu buddha Dipankara beliau sudah bisa mencapai arahat, baru membersihkan jalan saja beliau sudah mencapai jhana tetapi pada saat itu, belum tahu ada buddha muncul lalu turun bertanya buddha akan melewat ke sini, kalau begitu saya diizinkan ikut membersihkan jalan kalau seandainya mau tapi mengerjakan dengan usaha sendiri, pada saat belum selesai itulah biar Buddha Dipankara ini tidak menginjak air, tidak boleh meloncat makanya seorang buddha tidak meloncat.

            Lalu agar buddha tidak basah, beliau membuat dirinya jadi jembatan pada saat melihat Buddha Dipankara itu, bisa jadi arahat. Tapi beliau bertekad untuk jadi Sammasambuddha, setelah 4 asanseakappa akan mampu jadi Sammasambuddha pertama seorang manusia lelaki, ketika beradhittana sudah bisa mencapai jhana & arahat harus pada buddha hidup kenapa harus jadi lelaki mencapai Sammasambuddha, ini hanya logika kalau seorang wanita, pangeran Siddharta menyiksa diri 6 tahun mampu tidak bahkan bhikkhuni Uppalavana diperkosa, sudah mencapai arahat dianggap sebagai teratai begitu sangat cantik ingin mendapatkan Uppalavana, karena ingin banyak mendapatkan sudah siap menjadi bhikkhuni karena ditawari mau, sudah mencapai arahat lalu ada pangeran Nanda beliau menaruh hati, namanya suka tetap suka sebelum masuk ke kuti Nanda sudah masuk ke kuti dulu lalu dibekap & diperkosa, bertemu Raja Pasenadhi lalu dibuat kuti dikota tidak boleh jauh dari para bhikkhu, kalau laki laki tidak masalah bisa muncul nafsu indranya bisa muncul hal hal buruk.

            Dalam vinaya itu banyak sekali, pelanggarannya apa pernah ada seorang laki laki bahkan dengan mayat sekalipun memiliki nafsu, tetapi belum ada referensi tetapi kalau melihat tanda 32 agung, dimiliki seorang lelaki tidak bisa oleh perempuan ini jawabannya logika saja, dalam Digha Nikaya. Ada raja dewa dari Tavatimsa pada saat itu dijelaskan bahwa ada dewa Goppaka, menariknya ketika belum terlahir menjadi dewa Goppaka beliau lahir sebagai seorang perempuan bernama Goppika, ia bertekad menjadi laki laki berkeyakinan pada triratna, menjaga moralitas berdana memberikan makanan & minuman dia bertekad semoga dengan kebajikan ini, saya bisa terlahir menjadi seorang laki laki ternyata ada 3 bhikkhu yang dulunya, dicela bisa lahir lebih unggul daripada bhikkhu sama sama yakin kalau seandainya sekarang, kalau disini sudah bertekad memiliki keyakinan pada Sang Buddha sudah bermeditasi dengan baik, ternyata belum mencapai pencerahan bisa lahir disurga Tavatimsa dengan penuh semangat, bisa bertemu kepada Buddha 100 tahun dialam manusia 1 hari 1 malam, jika seandainya 2.500 tahun baru 26 hari * 100= 2.600 sepertinya baru saja di Surga Tavatimsa, sudah praktik ajaran dengan baik.

            Karena memiliki kualitas baik, ketika sudah dicela oleh Goppika deva ini ketika hal itu ditegur berusaha sangat keras, ketika ketiga bhikkhu ditegur. Ayo mari kita pergi & berusaha keras jangan lagi jadi pelayan mereka, dikatakan 2 dari 3 bhikkhu itu sudah mencapai sottapanna / anagami, bisa mencapai walau sulit dewa juga bisa mencapai kesucian kenapa lahir jadi wanita ada tekad pada Sang Buddha, bisa lahir jadi pria ada juga yang ingin menjadi perempuan bisa juga seperti ini, praktik hal hal baik bisa lahir jadi perempuan bukan karena kelahiran orang itu bisa buruk / mulia, kalau dalam kehidupan ucapan buruk pikiran buruk mending jadi wanita, ucapan baik pikiran baik bagaimana saat ini kalau bisa tidak lahir lagi bukan membahas mau jadi perempuan / laki laki, ketika jadi laki laki / perempuan sama saja baik laki laki / perempuan, sama sama mendapat penderitaan itu kita bertekad mengakhiri dengan penuh keyakinan, kalau belum mencapai minimal kita buat hal hal baik yang penting dalam dhamma, melakukan kewajiban dari istri dalam sigalovada sutta ada 5 harus setia, kewajiban istri & suami sama setia mengatur rumah tangga sangat baik apakah pembantu dirawat dengan baik, menutup jendela dengan baik mengecek semua kondisi rumah aman menjaga kekayaan, asalkan suaminya bekerja dengan baik menjaga itu hal baik tapi jika dihamburkan, itu namanya istri pencuri ada juga istri seperti menjaga anaknya menjaga kekyaan yang sudah diperoleh, mengatur rumah tangga dengan baik setia itu yang pasti mengecek seluruh rumah, melihat pekerjaan rumah tangga sudah sesuai / tidak.

            Itu adalah salah satu berbakti pada suami, harusnya istrinya senang mungkin bosan juga dirumah, ini sebenarnya kesepakatan suami & istri. Kalau seandainya suami sudah bekerja apakah bekerja itu tidak berbakti pada suami, itu tidak bijaksana tidak selalu seperti itu bisa cepat kaya, ketika masa muda harus berjuang untuk mengumpulkan kesejahteraan karena kekayaan memang penting, walau ada bahaya tapi sebagai perumahtangga jika tidak memiliki kekayaan masih ada keinginan, makanan enak pergi ke bioskop apakah tidak hutang karena hutang adalah penderitaan, kalau secara materi tidak mampu itu adalah penderitaan jika tidak memiliki kesejahteraan, hutang itu adalah penderitaan ada kesepakatan ada bunganya sekian, bunga itu penderitaan bagi yang hutang ada jatuh tempo 3 bulan setelah jatuh tempo itu jadi penderitaan, ketika tidak bisa membayar kita akan diusik.

            Ketika ditagih tidak bisa, rumahnya bisa sita ketika diusik tidak mampu membayar bisa dipenjara, ini akibat berhutang kalau materi tidak mampu. Hutang ingin rumah tingkat 3 bisa sampai seperti itu, kalau seandainya bisa bicara dari hati ke hati makan sama anak anak waktu bicara yang cocok, makan bersama itu harus sudah menabung menghindari kota pergi mencari rumah jauh dari rasa bising, perlu mempersiapkan masa tua ketika tiada tabungan itu bahaya siap siap memiliki tabungan, ada orang yang sudah tua tidak bekerja perkiraan umur 55 tahun sudah memiliki finansial, cari tempat tidak bising meditasi kebahagiaan bukan jalan jalan duduk saja dekat rumah, ada tanaman bambu membuat taman yang bagus tuanya bahagia kalau ada kesepakatan itu baik, demi kemajuan bersama punya banyak tabungan tidak merepotkan anak tinggal dipuncak, tidak jauh dengan desa bisa merenungkan dimasa tua sila sudah baik, dana sudah sering meditasi juga baik menikmati ada baiknya juga.

            Tapi perlu konsultasi sama keluarga, kalau suami sudah mampu buat kebutuhan keluarga bisa merawat tanaman depan rumah, menanam tanaman jadi kebajikan bisa buat tempat semut tinggal, ada bisa tinggal disana hewan lagi. Kalau bisa banyak pohon rumah itu untuk tinggal disana, kita melakukan kebajikan asal ada pengetahuan dengan batin senang bahagia seperti berdana sebelum berdana bahagia, saat berdana munculkan kebahagiaan setelah berdana juga kebahagiaan, ini kebahagiaan diawal saat melakukan juga saat akhir kalau saat memberi dengan pengetahuan, minimal mengerti hukum karma agar kemelekatan kita berkurang penderitaan juga berkurang, kebahagiaan & kedamaian bisa datang agar bisa siap menerima, jangan asal harus tahu manfaatnya kalau tahu manfaat dana juga kalau itu bisa jadi besar dengan spontan, tidak perlu diajak langsung berdana ketika sebelum berdana bahagia saat berdana bahagia saat selesai berdana bahagia, hasilnya juga bahagia bisa dana secara spontan harus sering, bukan selang seling karena spontan itu tahu manfaat sering berdana jadi tahu hal hal baik.

            Karena melakukan dengan bahagia pengetahuan, mencapai hal hal baik ada orang kaya raya tapi tidak menikmati, pakaiannya biasa saja makanannya biasa saja kereta yang ditumpangi tidak dinikmati, punya kekayaan tidak dinikmati. Tapi dibiarkan ternyata dikelahiran lampau ia menyesal, kenapa saya dana pada para bhikkhu pembantu saya memberikan pendapatan, berdana pada Pacekka buddha itu membuat kekayaan tapi karena menyesal tidak bisa dipakai, dalam dhamma juga dijelaskan kalau sering berdana lahir dimanusia itu sangat baik, ketika berdana makanan memiliki umur panjang karena ada orang yang meninggal karena lapar, berdana makanan memberikan usia memberikan kebahagiaan kalau lapar bahagia / menderita, karena dapat makanan itu bahagia terhindar dari kelaparan apalagi berdana kualitas baik, orang yang menerima akan lebih bahagia berdana makanan itu berdana wajah yang rupawan, orang busung lapar di Afrika kira kira bagaimana rupanya berdana  makanan itu bisa dapat rupawan, wajah baik berdana makanan itu buat wajah rupawan berdana makanan, timbul kekuatan juga bahkan saat mau baca / tulis saja susah berdana makanan buat kekuatan, karena dana makanan bisa jadi kekuatan berdana makanan juga buat kebijaksanaan, ketika masa kecil dulu harus makan dulu sebelum sekolah kalau tidak konsentrasi, kita mengetahui manfaat belajar dari makanan maka ada 4 sehat & 5 sempurna perbuatan baik jadi milik kita, sebenarnya wanita juga memberi peranan besar dalam buddha dhamma.

            Beasiswa bukan hanya bapak bapak berdana, ibu ibu juga berdana anak anak didaerah yang tidak mampu, ia bisa mempertahankan agama buddha. Pembangunan vihara itu mempertahankan buddhasasana, umat bisa puja bakti dengan  baik ada manfaatnya sama sama memiliki peranan, apalagi anak anaknya bisa mempertahankan buddhasasana mengarjakan moralitas kedermawanan, dari keluarga dulu lama lama ada peran lebih besar banyak peranan dalam wanita, ibu ibu aktif divihara justru paling aktif ibu ibu juga divihara ikut puja bakti, kalau berdana ibu ibu sangat luar biasa banyak paling penting berjuang benci kesal mengikisnya bagaimana, kekesalan itu ada 5 hal ini bisa kita praktikan mengembangkan cinta kasih semoga bahagia, kebencian masih muncul kasih sayang keseimbangan batin kalau memang sulit juga, kita tinggalkan tidak perhatikan orang itu tidak perlu dipikirkan semakin dipikir itu makin ingat, bahkan sakadagami hanya menurunkan bukan melenyapkan sottapana juga belum anagami baru bisa melenyapkan, harus mengabaikan kalau ketemu orang itu, rasa tidak suka itu muncul jangan bertemu kita harus merenungkan kepemilikan karma.

            Saya pemilik karma sendiri, kenapa harus benci itu kerugian diri kita mewarisi karma kita, kita lahir sesuai karma kita kita juga berkerabat. Sesuai karma kita terlindungi oleh karma kita, pelah pelan mengurangi kebencian itu cinta kasih & welas asih seimbang inipun akan berlalu tiada yang kekal, mengabaikan saja tidak usah dipikirkan / perenungan karma membenci itu kerugian kita, lempar bola panas kita dulu yang dilukai memang sulit sedikit demi sedikit tiada yang ujug ujug / tiba tiba, ini perlu latihan tapi jika kita tahu kebencian muncul sama halnya gelas, kalau gelasnya kotor ada kemungkinan kita bersihkan kalau tidak tahu itu bisa semakin tebal, kalau kita tidak tahu kebencian itu buruk bahaya maka harus perlahan lahan berjuang sedikit demi sedikit, kita kalau sudah tahu dalam batin duduk ditempat yang tinggi, kita tidak melekat sama halnya saya upposattha saya bekerja dibank tidak memakai wewangian, nasabahnya kabur tidak juga dengan tidak mandi seandainya bekerja tetap praktik upposattha, jangan menghindar tetap duduk dikursi mobil tetap menjalankan upposattha, yang paling penting tidak melekat coba tidur dilantai dengan alas tikar dilantai, intinya tidak melekat pada tempat duduk / tempat tidur objek ini akan selalu ada yang membedakan, nafsunya masih ada walau sammasambuddha juga tetap melihat vihara yang baik ada keinginan tidak, penderitaan itu karena keinginan sebab penderitaan kamma raga ada keinginan yang bisa dijalankan, ada juga yang menghindari tapi jika kesabaran itu muncul, melihat altar Sang Buddha kalau saja dulu manusia yang begitu gigih belum seberapa dengan Pangeran Siddharta, beliau hampir pingsan karena tidak makan.

            Karena melihat pertunjukkan ada objek kebencian, yang bekerjapun memang mengharuskan merias diri, daripada batal tetap upposattha. Ini hanya untuk tugas misal menghipnotis mengambil harta milik orang lain, gendam dipenjara pencurian tanpa sepengetahuan cuman memang dijelaskan dalam dhamma, cula kamma vibbhangga sutta suka berdana suka memberi, karena kebajikan berdana itulah ketika jadi manusia akan memiliki kekayaan sudah ada warisan, daripada usia 15 tahun sudah jadi tulang punggung keluarga kalau mencuri, memang mencuri perbuatan buruk akan masuk alam menderita neraka / binatang, tidak perlu jauh jauh lahir dimasa ini ketika mencuri dipenjara bahagia / sedih menderita, disini juga sudah ada pelajaran dalam kehidupan ini ada penderitaan minimal dipenjara, bisa digebugin disel kalau sekarang menderita karena perbuatan ini bisa jadi 4 masa kehidupan, saat ini bisa pada saat setelah kematian atau memang berbuah dikehidupan kehidupan mendatang, tidak sempat berbuah seperti Y.A Anggulimala membunuh 999 orang, yang tercatat tapi sudah mencapai arahat karena tidak lahir lagi maka tidak berbuah karma buruk.

            Tidak selalu berbuah saat ini ketika ada orang membunuh, malah dapat hadiah membunuh musuh raja, memenangkan suatu kerajaan jadi bahagia. Itu hanya saat itu karma tetap mengikuti, ketika perbuatan buruk berbuah tidak bisa lari sama dengan bhante Moggalana yang digebukin orang, karena buat masalah dimasa lalu kalau dipenjara nama buruk sudah tersebar, jadi bisa kita lihat dikehidupan ini kalau saat ini menderita jika neraka itu ada memang akan menderita, perbuatan buruk ini bisa berbuah di 2 kehidupan saat ini & mendatang, kalau dialtar tidak hidup kalau didepan Sang Buddha itu masih hidup objeknya sempurna dalam dhamma juga disebutkan, buddha mendatang adalah Buddha Maitreya antara buddha Gautama & buddha Maitreya, masih bisa dipelajari sama ajarannya tentang 4 kebenaran mulia buddha Maitreya tidak tahu kapan munculnya, buddha tidak muncul umur manusia dibawah 100 tahun, karena usia manusia pendek moralnya sangat tidak baik sangat sulit menembus 4 kebenaran mulia, bagaimana agar umat manusia bebas dari penderitaan umur manusia panjang.

            80.000 tahun pada saat itu bahagia, sulit juga bahagia terus karena itulah maka buddha tidak muncul, pada saat usia pendek / usia panjang dalam manusia. Bahagianya itu terus memang Sang Buddha parinibbana usia 80 tahun, kalau 10 disurvei 8 orang selalu berumur 100 tahun tidak selalu, bahkan ada yang berusia 120-160 tahun tidak selalu persis 100 tahun dalam dhamma umur manusia bisa panjang / pendek, karena perilaku sendiri kalau moralnya buruk usianya makin pendek, karena umur panjang tidak melukai makhluk lain dimasa lampau suka membunuh, karena menghabisi makhluk lain jadi umur pendek faktor kenapa manusia umur pendek / panjang, itu perilaku dari sila sendiri harus dijaga 5 sila bisa jadi umur panjang, karena sebab membunuh itu jadi usianya pendek moralitas itu yang buat jadi umur panjang / pendeknya manusia, ketakutan yang berlebihan harus berani maka ketika Sang Buddha menjadi Boddhisattva, ketakutan terhadap makhluk Boddhisattva ketika takut merinding ia tidak duduk, menghilangkan ketakutan itu tidak berjalan sampai ketakutannya hilang ketika duduk takut muncul, sampai lenyap berjalan ada rasa takut harus dilewati dengan cara berjalan, muncul karena pikiran kita harus berani ketika merasa takut dihutan boddhisattva harus datang melenyapkan ketakutan, kalau ketakutan terhadap makhluk tak kasat mata, kalau ingin dipukul orang kita harus tahu mengapa orang itu ingin memukul harus dihadapi, ketika kita hidup sebagai manusia memiliki kesempatan yang sama baik perempuan / lelaki, untuk pengembangan kualitas batin bukan karena kelahiran kita menjadi baik / mulia, bukan rendah / mulia kita harus menjaga pikiran ucapan perbuatan jasmani begitu juga wanita bijaksana, memiliki moralitas menghormati kedua mertuanya berbakti pada suami, kemungkinan anak yang lahir juga jadi anak baik bisa jadi penguasa kerajaan ada seorang pemimpin dari orang tua, membedakan ibu yang mana kualitas batin yang harus dikembangkan, harus setara moralitas sama sama berbuat kebajikan jangan suka mancing suka berdana istrinya jangan melarang, karena dermawan tidak setara juga bahaya kalau berdana kepada orang tua, istri juga mendukung itu dipersilahkan tidak suka membunuh jangan sampai ada hal yang tidak setara, kalau suaminya suka puja bakti divihara tidak melarang kalau ada istri ajak ke mal, jadi tidak bahagia setara dalam kebijaksanaan ini akan berubah kekayaan juga bisa hancur karena api, lenyap oleh air hilang oleh pencuri ahli waris tidak baik, didanakan kepada orang tua gelas bisa pecah didanakan jadi sejati dibawa kemanapun gelasnya tidak kita bawa, jasa kebajikannya dibawa.

            Kalau suami istri memiliki pemahaman itu, memiliki hal yang setara kebjikasanaan jadi bahagia, tetap ada menderita. Tidak sampai piring terbang tidak membeda bedakan lagi alangkah baiknya berjalan seiringan, contohlah seperti Putri Yasodhara & Pangeran Siddharta tetap berjuang dalam dhamma, semoga semua makhluk berbahagia sadhu sadhu sadhu.

Komentar

Postingan Populer