BERTUMPU PADA GURU SPIRITUAL BY KO WARDD

            Kebaikan guru lebih besar daripada buddha, kalau ada 10 syarat ini sebagai murid ada 5 syarat tiada melekat pada pandangan sendiri / orang lain, harus tahu mana baik & buruk harus ada 9 sikap, memiliki sikap anak yang patuh. Mengembangkan keyakinan ini sangat penting sekali, tanpa ada keyakinan kita tidak akan jalankan instruksi dengan baik mengapa kita menganggap guru kita sebagai seorang Buddha, terlepas dari guru kita adalah Buddha juga bukan tetap mendapat semua tujuan kita, ini diceritakan gigi anjing seperti relik Sang Buddha sampai benar benar jadi relik, keyakinan itu bisa berkembang hingga seberapa besar keyakinan pada Buddha, sama seperti Devadatta tidak bisa melihat sebagai Buddha gurunya walau ada kesalahan terhadap guru, ada keyakinan kuat yang timbul tiada rasa negative bisa mengubah kesalahan guru kita, menganggap kesalahan itu untuk pelajaran buat kita selalu memikirkan hal itu, jika lihat hal baik itu bisa tetap ada ibarat rembulan disiang hari walau tidak terlihat, tapi tetap ada kita bisa melihat metode bagaimana guru kita sebagai seorang buddha para guru tetap menjadi perwakilan para buddha dimasa kini.

            Guru Buddha Vajradhara ini adalah buddha, walaupun guru guru spiritualku bukan buddha sebenarnya, harus lebih baik itu salah. Tetapi ia adalah seorang buddha walau terlihat sebagai guru, pada periode 500 tahun terakhir aku akan hadir sebagai seorang murid ketika era akhir telah datang, aku akan hadir dalam wujud sebagai seorang guru orang biasa pernyataan ini dianggap benar, ada zaman kemerosotan sekarang sudah ada diakhir kenapa tidak perlu kita tidak yakin, mereka benar ada karena kilesha kita sudah banyak jadi tidak bisa mengenal lagi, ini kita bisa ketahui kelahiran manusia sudah tahu mana yang baik juga buruk.

            Mudah memahami instruksi, kita tetap menganggap mereka adalah emanasi para Buddha jadi ada pertentangan, karena karma juga kilesha. Kita tidak bisa temukan buddha untuk mengatasinya, kita harus meyakini guru adalah sebagai buddha dapat diketahui sebagai logika kalau ada bulan diatas langit, dalam wadah air bisa melihat hal itu ada realisasi langsung berupa kesunyataan, kebijaksanaan mereka dalam Pacceka buddha bisa juga sesuai dengan makhluk itu, ini juga dapat merujuk pada Jatakamala bisa emanasi binatang kesejahteraan makhluk lain ada beragam wujud juga.

            Alasan para Buddha membuat diri, jadi manusia biasa tidak mungkin kelihatan karena penghalang kilesha, karma baik yang kita miliki kurang cukup. Jadi tidak bisa melihat langsung wujud, lebih rendah tidak mungkin percaya walau aktornya sama tetap para buddha harus pada yang tepat, kalau kita punya sesuatu tapi tidak dikonsumsi kita tidak akan dapat merasakan kenyang, guru kita adalah wakil para buddha jika tetap tidak anggap guru sebagai buddha tidak mungkin bisa aman, jika makhluk bias aitu diandalkan para buddha mereka tidak bisa mengandalkan manusia biasa, para buddha mengandalkan manusia biasa ini bisa kita ketahui tidak bisa lebih tinggi.

            Juga lebih rendah itu tidak mungkin, jadi kita harus mengandalkan guru sebagai para buddha, mengandalkan mereka sebagai guru. Para buddha masih bertindak untuk mendorong semua makhluk dialam menderita, mereka pasti melakukan aktivitas untuk semua makhluk sejak mereka kembangkan welas asih, bodhicitta dialam neraka bertekad untuk bantu semua makhluk bisa sempurnakan menolong kita, mereka maha tahu tujuan awal mereka mendorong makhluk lain mustahil untuk tinggalkan kita, mereka akan bertindak untuk kepentingan kita, mereka membebaskan kita dengan cara mengajar membimbing kita bisa sampai tujuan & kebajikan yang tertinggi.

            Para buddha mengajar dimasa lampau, untuk kepentingan makhluk lain persepsi kita tidak dapat diandalkan, apapun yang kita rasakan. Semua wakil pelaksana para buddha persepsi kita tidak dapat diandalkan, karena kita tidak yakin pada persepsi dari waktu tanpa awal hingga sekarang, kita tidak tahu dari zaman dahulu hingga sekarang sifat air basa juga mengalir didalam persepsi manusia, sementara dewa hantu kelaparan itu berbeda beda hantu kelaparan cahaya bulan terasa panas, matahari terasa dingin saat demam kondisi dingin padahal belum tentu, gunung Meru dianggap melingkar tidak mungkin ada seorang pandita agung melihat seekor anjing bernanah, membuat sang pandita itu kasihan lalu pindahkan belatung itu dengan lidah.

            Kita bisa melihat, bahwa apapun yang dipersepsikan tidak bisa kita andalkan kita merasa beruntung membangkitkan rasa hormat, jadi karma & kilesha sangat berperan penting buat kita, selama masih ada dalam samsara. Itu masih berputar disamsara selain itu melihat sebagai kebenaran yang sesuai, kita lihat menganggap melihat benda sebagai sejati tapi jika terus pegang itu terus, itu yang akan membuat kita terjerumus ibarat ada seorang bhikkhu yang kehausan berjalan, tanpa melihat sungai Gangga pada kali ini kita tidak dapat ada eksistensi.

            Tidak makan daging itu sebagai Buddha, disini persepsi kita tidak melihat guru sebagai buddha, ada yang menganggap alam hantu tidak ada. Mereka menganggap alam hantu tidak ada mereka menganggap hal itu tidak ada, sama halnya kita tidak melihat guru guru sebagai seorang buddha, sama seperti Devadatta tidak menganggap Buddha Sakyamuni bukanlah Buddha, seorang Mara berwujud sebagai Buddha padahal bukan walau guru Ariya Nagarjuna tidak tampilkan wujud buddha, kadang kala persepsi kita lebih reaktif suka menjudge padahal itu belum tentu, jika melihat kesalahan guru kita harus coba cermati lagi bertanya pada diri sendiri, kita tahu jika sakit kuning itu melihat semua kuning yang bergerak itu kita karena sebagai dikendaraan yang berjalan, ada orang demam melihat kipas angin mengejar ngejarku sama sepetti melihat orang gila, menganggap sesuatu itu pada karma yang dimiliki ada dianggap sebagai makhluk jahat, apalagi kita harus tahu penghalang batin apa yang telah ditinggalkan emanasi seorang Buddha, tiada karma penghalang.

            Ada yang bisa melihat isata devata, itu sebagai hasil karma lampaunya hingga kita terbebas dari semua karma, tetap menganggap sebagai buddha seperti itu. Tapi jika Buddha dalam wujud lain, tidak bisa melihat para buddha Devadatta tidak bisa melihat aktivitas buddha itu tipu muslihat, padahal itu semua baik walau sebagai saudara persepsi kita lumayan baik pandita itu harus membuat purifikasi yang baik, jadi bisa mengetahui hal itu jadi tergantung pada penghalang karma kita, masih bisa lihat teks dhamma itu hidup karma baik dimasa lampau ini merupakan karma baik kita, kali ini telah matang pada kehidupan ini seharusnya kita tidak sia siakan, agar diri bahagia tidak bisa kita lihat dengan baik pertama tidak lakukan apapun, kedua kita harus berusaha lagi zaman kemerosotan ini lebih besar lagi karma penghalangnya, semua masa ini instan kita telah bertemu ajaran bertemu guru praktikan dengan semangat, apa akan ketemu lagi tanyakan pada diri sendiri segala sesuatu diluar diri itu lebih bahaya, ada juga menghentikan itu tidak mengajarkan hal itu karena ada alasan kuat hanya saja yang bisa melihat.

            Ketika ada pergi ke sana, ada desa banyak orang hebat tapi terlihat orang biasa saja bahkan menertawakan Jetsun Milarepa, seorang lelaki tua yang telanjang. “aneh” tidak bisa melihat hal yang bersih, bercahaya enak dipandang ada persepsi bahkan pada waktu dulu praktisi yang “aneh” kurus kering seperti pengemis tapi beliau sebagai realisasi pencerahan pengemis kucel itu yang sering dilihat, sehari hari ada perlindungan orang bau harus menghindar ada seringkali, yogi / yogini dalam bentuk aneh aneh jadi tidak bisa menolong kita ada pelindung datang dalam beragam bentuk, tidak melihat itu siapa ada baiknya merubah pola pikir, tidak menjudge apapun makhluk disekitar kita ada beragam karma baik pola pandang kita yang bisa lihat.

            Beliau seorang guru / bukan, sebenarnya mereka emanasi seorang Buddha tidak bisa melihat Buddha sebenarnya, tidak menganggap sebagai guru. Jangankan orang terdekat kadang kita tidak sadar pada diri sendiri, tidak perdulu pada diri sendiri kalau menganggap posisi ini kita tidak boleh menilai hal hal negatif, jika melihat hal itu cenderung melihat segala sesuatu, rubah cara pandang kita jadi positif ini sebagai seorang yang sempurna para buddha jika ada murid, Atisha yang tidak bisa melihat Buddha Maitreya padahal beliau seorang praktisi, terlebih lagi kita melihat guru yang salah para murid yang suka minum bir guru itu senang padahal itu referensi dari kita, kenapa bisa muncul rasa tidak senang aku melihat temanku jadi pemarah, itu tidak sesuai yang kita mau ketemu guru galak buat kita benci orang itu yang mebuat kita paham, jika tidak ada pola pandang itu menderita berpisah pada yang kita sayangi.

Komentar

Postingan Populer